Pemasaran CPO Peramalan Kerangka Pemikiran Teoritis 1. Harga CPO

menawar harga dengan importir atau broker Susilowati 1989. Pemasaran keluar negeri dilakukan juga melalui pasar berjangka, seperti yang dilakukan oleh PT PP London Sumatera, selama tahun 2004 sampai tahun 2005 perusahaan ini melakukan penjualan CPO nya melalui pasar berjangka. Penjualan crude palm oil CPO hasil produksi PT PP London Sumatera Indonesia TBk Lonsum ke pasar dunia relatif stabil karena mekanisme penjualan yang digunakan adalah sistem penjualan berjangka, atau kontrak 6 bulan ke depan. Oleh karena itu, meskipun tren harga CPO di pasar dunia melemah, harga penjualan CPO Lonsum stabil. Mekanisme penjualan kontrak berjangka merupakan strategi yang terbaik disaat menghadapi fluktuasi harga yang tidak menentu. Kontrak penjualan berjangka memakai mekanisme pematokan harga terhadap transaksi suatu komoditas hingga beberapa waktu ke depan. Dalam kaitan itu, harga rata-rata CPO FOB Belawan Lonsum mencapai pada tingkat US 380 per metrik ton dengan para importir di luar negeri. Mekanisme penjualan sistem kontrak berjangka itu ditempuh sesuai strategi penjualan sehingga Lonsum dapat memprediksikan fluktuasi harga CPO di pasar internasional dalam 6 bulan ke depan. Selain itu, cara itu cukup aman dalam menjaga biaya yang dikeluarkan dengan sebagian mata uang asing 1 .

3.1.4. Pemasaran CPO

Produsen CPO pada umumya memasarkan hasil produksinya dalam bentuk CPO dan PKO, sistem pemasaran dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pemasaran langsung dilakukan dengan memasarkan produknya kepasar internasional, yaitu diekspor. Pemasaran tidak langsung dilakukan dengan memasarkan CPO melalui Kantor Pemasaran Bersama KPB di Jakarta, sistem pengiriman barang oleh produsen ke pihak pembeli berdasarkan pesanan, dalam hal ini pembeli memesan barang melalui KPB. Setelah tercapai 1 www.Agroindonesia.com.28 Januari 2006 kesepakatan harga antara pihak pembeli dengan produsen baik mutu, dan jumlah barang, syarat pembayaran, waktu dan tempat penyerahan barang, pihak produsen akan mengirimkan pesanan melalui pasar lokal pelabuhan terdekat kepada pembeli dengan syarat penyerahan secara FOB Simanjuntak, D 2003

3.1.5. Konsep Pasar Berjangka dan Pasar Fisik

Bursa berjangka merupakan pasar derivatif, yang berbeda dari pasar komoditi secara fisik yang telah umum kita kenal. Di pasar berjangka, diperdagangkan kontrak berjangka atas komoditi tertentu yang telah dipersyaratkan secara standar. Berdasarkan UU No.321997 tentang perdagangan berjangka komoditi, perdagangan berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan kontrak berjangka dan opsi atas kontrak berjangka Badan Pengawas Berjangka Komoditi, 2003a. Beberapa ketentuan yang telah ditetapkan secara standar dalam kontrak berjangka, antara lain jenis komoditi, mutu, jumlah satuan perkontrak, bulan penyerahan, tempat penyerahan, dan persyaratan penyerahan. Karena bentuknya yang standar itu, maka yang di”negoisasi”kan hanya harganya saja. Performance atau ”terpenuhinya” kontrak berjangka sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam kontrak, dijamin oleh suatu lembaga khusus yaitu Lembaga Kliring Berjangka. Dengan demikan di bursa berjangka akan terdapat banyak pasar berjangka, sesuai dengan banyaknya komoditi yang diperdagangkan. Di bursa, pembeli dan penjual bertemu satu sama lain dan melakukan transaksi untuk membeli atau menjual sejumlah komoditi untuk kemudian hari, sesuai isi atau spesifikasi kontrak. Harga komoditi yang terbentuk di bursa berlangsung secara transparan. Dengan demikian, harga tersebut akan mencerminkan kekuatan pasokan dan permintaan yang sebenarnya. Transaksi di bursa dilakukan oleh para anggota bursa, yang terdiri dari Hedger para petani produsen, pedagang komoditi, prosesor dan industri pemakai, Investor spekulator dan pialang berjangka, baik dengan cara berteriak open outcry atau secara elektronik authomated atau electronic trading system. Selanjutnya, harga yang terjadi dicatat menurut bulan penyerahan masing-masing kontrak berjangka dan diumumkan secara luas kepada masyarakat. Menurut Djunaidi 1999, perbedaan antara perdagangan berjangka futures dengan perdagangan fisik forward adalah sebagai berikut: 1. Kontrak Pada perdagangan fisik syarat kontrak berdasarkan negoisasi sedangkan pada perdagangan berjangka syarat kontrak standard sesuai dengan ketetapan yang berlaku di bursa dan menurut Rambey 1999 kontrak forward yang diperdagangkan di pasar fisik dibuat secara ’tailor made’, tidak terstandarisasi, umumnya hanya terdapat satu delivery date, Settlement dilaksanakan diakhir periode kontrak dan umumnya terjadi delivery berupa cash settlement pada saat berakhirnya kontrak. Sedangkan kontrak berjangka diperdagangkan sesuai standard melalui bursa dan terdaftar pada lembaga kliring, terdapat delivery date dalam satu rentang waktu dengan settlement dilaksanakan secara harian melalui mekanisme margin trading dan kontrak umumnya diakhiri sebelum maturity. 2. Aktivitas Pasar Pada perdagangan fisik aktivitas pasar tidak diregulasi, sedangkan di pasar berjangka diregulasi oleh bursa. 3. Penetapan Harga Penetapan harga pada perdagangan fisik kurang kompetitif karena adanya negoisasi antara penjual dan pembeli. Sedangkan di pasar berjangka terjadi tawar menawar secara kompetitif sesuai dengan sistem lantai bursa. 4. Likuidasi Likuidasi pada perdagangan fisik biasanya sulit, sedangkan pada perdagangan berjangka mudah di offset ditutup. Manfaat utama dari penyelenggaraan perdagangan berjangka komoditi yaitu sarana pembentukan harga price discovery yang transparan dan wajar, yang mencerminkan kondisi yang sebenarnya dari komoditi yang diperdagangkan dan sebagai sarana pengelolaan resiko risk management melalui kegiatan lindung nilai atau hedging Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, 2003a. Pada dasarnya, harga komoditi primer sering berfluktuasi karena ketergantungannya pada faktor-faktor yang sulit dikuasai seperti kelainan musim, bencana alam, dan lain-lain. Dengan kegiatan lindung nilai menggunakan kontrak berjangka, mereka dapat mengurangi sekecil mungkin resiko yang diakibatkan gejolak harga tersebut. Dengan memanfaatkan kontrak berjangka, produsen komoditi dapat menjual komoditi yang baru akan mereka panen beberapa bulan kemudian, pada harga yang telah dipastikan atau “dikunci” sekarang sebelum panen. Dengan demikian, mereka dapat memperoleh jaminan harga sehingga tidak terpengaruh oleh kenaikan atau penurunan harga jual di pasar tunai. Sebagai jaminan, semua pengguna pasar berjangka, dipersyaratkan menyerahkan sejumlah uang yang disebut “margin”. Besarnya per kontrak umumnya berkisar antara 5 - 10 dari nilai kontrak. Adapun besarnya margin berbeda-beda tergantung pada komoditi, waktu, dan gejolak harga yang terjadi. Dalam perjalanannya, margin ini memerlukan tambahan margin call, karena berkurang dari margin awalnya akibat pergerakan harga yang berlawanan dengan yang diperkirakan semula. Bila saldo margin mencapai batas tertentu, kepada setiap nasabah yang memiliki posisi “terbuka” baik beli atau jual, harus menambahkan marginnya kebesaran semula margin awal. Margin yang telah ditetapkan berlaku untuk periode waktu tertentu, dan dapat diubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Selain itu ada biaya komisi yang dikenakan oleh pialang berjangka, yang besaran minimumnya ditetapkan bursa atas persetujuan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Bapppebti, 2003b.

3.1.5.1. Lindung Nilai Hedging Dalam setiap kegiatan perdagangan, pengusaha selalu mengharapkan

keuntungan, akan tetapi juga dihadapkan kepada resiko kerugian yang selalu melekat dalam kegiatan usahanya. Resiko umumnya berasal dari akibat perubahan harga barang, perubahan kurs mata uang, suku bunga, inflasi dan lain sebagainya. Untuk melindungi pengusaha dari resiko tersebut, dapat dilakukan lindung nilai yaitu suatu kegiatan pengambilan posisi di pasar berjangka yang berlawanan dengan posisinya di pasar fisik Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, 2003b. Dengan lindung nilai, resiko tersebut dapat dialihkan kepada investor yang mengharapkan keuntungan dari perubahan harga di Bursa Berjangka. Manfaat lindung nilai selain merupakan sarana untuk mengurangi atau meminimalkan resiko akibat perubahan harga juga memberikan kepastian berusaha karena membantu pengendalian produk dan persediaan bahan baku guna memenuhi kebutuhan produsen, pengolah atau pabrikan. Lindung nilai memberikan peluang bagi Bank untuk menyediakan dana yang lebih besar karena lebih terjamin. Menurut Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi 2003b secara garis besar ada dua jenis lindung nilai yaitu lindung nilai jual untuk mengatasi resiko turunnya harga dan lindung nilai beli untuk mengatasi resiko kenaikan harga.

3.1.6. Peramalan

Peramalan merupakan alat kuantitatif yang digunakan untuk membantu didalam mengambil suatu keputusan. Suatu keputusan akan lebih baik hasilnya bila memadukan antara hasil kuantitatif peramalan dan intuisi pendapat pribadi. Hampir setiap organisasi memerlukan ramalan baik secara eksplisit maupun secara implisit, karena hampir setiap organisasi harus membuat perencanaan agar sesuai dengan kondisi masa depan yang tidak diketahui dengan baik. Selain itu, peramalan dibutuhkan pada semua lini fungsional, begitu pula pada semua jenis organisasi. Peramalan dibutuhkan dalam bidang keuangan, pemasaran, personalia, dan lingkup produksi, dalam pemerintahan dan organisasi pencari laba, dalam klub sosial kecil, dan dalam partai politik nasional Hanke et al. 2003. Gaynor dan Kirkpatrick 1994 mengungkapkan bahwa peramalan merupakan pendugaan terhadap kegiatan masa depan. Metode peramalan dapat berdasarkan pengalaman, penilaian, opini dari ahli atau model matematika yang menggambarkan pola data historis. Peramalan merupakan suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa depan berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki, agar kesalahan dapat diperkecil. Peramalan dapat juga diartikan sebagai suatu usaha memperkirakan perubahan, agar tidak disalahpahami bahwa peramalan tidak memberikan jawaban yang pasti tentang apa yang akan terjadi, melainkan akan mencari yang sedekat mungkin dengan apa yang akan terjadi Mulyono 2000.

3.1.7. Metode Peramalan