Berdasarkan sudut alokasi pangsa pasar, Indonesia diperkirakan masih menguasai pasar untuk negara-negara di beberapa Eropa Barat seperti Inggris,
Italia, Belanda, dan Jerman. Malaysia lebih banyak menguasai pasar China 1.8 juta ton, India 1.7 juta ton, EU 1.5 juta ton, Pakistan 1.1 juta ton, Mesir 0.5
juta ton, dan Jepang 0.4 juta ton. Seperti kebanyakan harga produk primer
pertanian, harga CPO relatif sulit untuk diprediksi dengan akurasi yang tinggi. Harga cenderung fluktuatif dengan dinamika yang perubahan yang relatif
sangat cepat. Dengan kesulitan tersebut, maka proyeksi harga yang dilakukan lebih pada menduga kisaran harga untuk periode 2000-2005. Jika tidak ada
shock dalam perdagangan dan produksi, maka harga CPO di pasar internasional pada periode tersebut diperkirakan lebih tinggi bila dibandingkan dengan situasi
harga tahun 2001 yang dengan rata-rata sekitar US 265ton. Di samping itu, mulai menurunnya stok pada periode menjelang 2005 juga mendukung perkiraan
tersebut. Dengan argumen tersebut, harga CPO sampai dengan 2005 diperkirakan akan berfluktuasi sekitar US 350-450ton Susila dan Supriono
2001 dalam Susila 2006. mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
2.4.2. Peluang Pasar Indonesia mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Secara umum, ada dua sumber permintaan peluang pasar untuk CPO Indonesia yaitu konsumsi domestik dan ekspor. Setelah sebelumnya meningkat
dengan laju sekitar 8 per tahun, peluang konsumsi CPO di dalam negeri diperkirakan akan meningkat dengan laju antara 6 pada tahap awal dan
menurun menjadi sekitar 4 pada akhir dekade mendatang. Untuk periode 2000- 2005, konsumsi domestik diperkirakan meningkat dengan laju 5-6 per tahun.
Selanjutnya, untuk periode 2005-2010, laju peningkatan konsumsi diperkirakan adalah 3-5 per tahun. Dengan laju pertumbuhan tersebut, maka konsumsi
domestik pada tahun 2005 dan 2010 masing-masing adalah 3.92 juta ton dan 4.58 juta ton Susila 2006.
Selain mengandalkan pasar domestik, pasar ekspor merupakan pasar utama CPO Indonesia. Ekspor CPO Indonesia pada dekade terakhir meningkat
dengan laju antara 7-8 per tahun. Di samping dipengaruhi oleh harga di pasar internasional dan tingkat produksi, kinerja ekspor CPO Indonesia juga sangat
dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, khususnya tingkat pajak ekspor.
Berdasarkan asumsi tingkat pajak ekspor adalah masih di bawah 5, maka ekspor CPO Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan laju 4-8 per
tahun pada periode 2000-2010. Pada periode 2000-2005, ekspor akan tumbuh dengan laju 5 persen – 8 persen per tahun sehingga volume ekspor pada periode
tersebut sekitar 5.4 juta ton. Pada periode 2005-2010, volume ekspor meningkat dengan laju 4 persen -5 persen per tahun yang membuat volume ekspor menjadi
6,79 juta ton pada tahun 2010 Susila, 2006. Pada lima tahun terakhir, ketika Indonesia mengalami krisis multi-dimensional dan tingkat persaingan pasar
Gambar 1. Proyeksi Ekspor CPO Indonesia. 2000-2010
minyak nabati yang dihadapi CPO semakin ketat, laju pertumbuhan industri CPO mulai melambat.
2.6. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai peramalan dengan menggunakan metode kuantitatif
sebagai alat bantu sudah banyak dilakukan. Hasibuan 2003 melakukan penelitian mengenai peramalan produksi CPO PT Sucofindo Medan, penelitian
ini bertujuan mengidentifikasi pola data produksi CPO dengan mengamati plot data dan plot autokorelasinya. Berdasarkan plot data dan plot autokorelasi data
produksi CPO PT Sucofindo Medan, diketahui bahwa pola data tidak stasioner, memiliki unsur trend dan musiman. Berdasarkan nilai MSE terendah, maka
metode peramalan yang dipilih adalah metode ARIMA 1,1,1. Zega 2003 melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi penetapan harga CPO di PTPN III dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran CPO, dari hasil penelitian ini diketahui bahwa
pemasaran CPO sangat dipengaruhi oleh faktor produk. Faktor produk yang dimaksud adalah kualitas CPO, sedangkan penetapan harga CPO sangat
tergantung kepada mekanisme pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan pemasaran CPO di
PTPN III, yaitu faktor internal yang terdiri dari kapasitas pabrik dan pengadaan modal kerja, kebijaksanaan harga jual dan para kesan pembeli. Faktor eksternal
yang diketahui terdiri dari kebijakan pemerintah, perkembangan perekonomian dunia, perkembangan sosial ekonomi masyarakat dan situasi persaingan. Selain
itu, fluktuasi harga CPO dipengaruhi oleh beberapa faktor yang antara lain penawaran dan permintaan yang terjadi, kondisi politik dan keamanan negara,
kondisi nilai tukar rupiah, perkembangan komoditi subtitusi CPO dunia, siklus informasi aktual dunia dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan.
mmmmmmm
Jafarudin, M. 2005 melakukan penelitian mengenai Peramalan Produksi TBS di Kebun Percobaan Betung II A. Tujuan penelitiannya adalah menganalisis
pola data produksi TBS dikebun percobaan Betung II A dan mendapatkan metode peramalan time series yang paling sesuai untuk meramalkan produksi
TBS di kebun percobaan Betung II A. Berdasarkan plot data disimpulkan bahwa data produksi tidak stasioner, terdapat unsur tren dan musiman. Dari hasil
analisis metode peramalan terbaik disimpulkan bahwa metode ARIMA merupakan metode yang terbaik dengan nilai MSE yang terkecil dibandingkan
dengan metode peramalan yang lain. Peramalan produksi Crude Palm Oil CPO dan Palm Kernel Oil PKO di
PT Panamtama Kebun Teluk Dalam, Asahan Sumatera utara dilakukan oleh Siringoringo T. S 2005. Berdasarkan penelitiannya metode peramalan
kuantitatif yang terbaik untuk produksi CPO dan PKO adalah metode ARIMA. Penentuan metode terbaik dilakukan berdasarkan nilai MAPE yang dihasilkan
dan keefisienan dalam menerapkan metode. Berdasarkan hasil ulasan terhadap penelitian sebelumnya diperoleh
kesimpulan bahwa peramalan terhadap produksi CPO telah banyak dilakukan, mulai dari penelitian Hasibuan 2003, Jafarudin, M. 2005, dan Siringoringo T.
S 2005, sedangkan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO di PTPN III dilakukan oleh Zega 2003. Hasil ulasan penelitian
sebelumnya diperoleh manfaat yang dapat digunakan dalam penelitian ini, yaitu hasil penelitian Hasibuan 2003, Jafarudin, M. 2005, dan Siringoringo T. S
2005 dapat diketahui bagaimana pola data dan metode peramalan terbaik, yang dapat digunakan untuk meramalkan produksi CPO di perusahaan
perkebunan kelapa sawit swasta dan negara. Penelitian Hasibuan 2003 berkaitan tentang peramalan CPO di PT Socfindo menjadi bahan masukan
dalam menentukan metode peramalan yang akan diterapkan dalam meramalkan
produksi CPO dan PKO PT. PANAMTAMA. Tiga model terbaik dari penelitian Hasibuan adalah model ARIMA, model regresi dan model Winters.
Berdasarkan penelitian Zega 2003 dapat diketahui mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi pemasaran CPO dan faktor-faktor yang
mempengaruhi penetapan harga CPO di PTPN III. Dengan demikan, hasil penelitian Zega 2003 menjadi bahan masukan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi harga minyak sawit domestik dan internasional.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Harga CPO
Harga adalah sejumlah nilai yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk beserta pelayanannya Swastha, 1997. Biaya
yang dikeluarkan suatu perusahaan dalam memproduksi, mendistribusikan, memasarkan dan biaya atas resiko harus dapat menentukan perusahaan dalam
menetapkan harga jual. Untuk menentukan harga diperlukan suatu metode yang terdiri atas penetapan harga mark up, penetapan harga sasaran pengembalian,
penetapan harga nilai yang diterima, penetapan harga tingkat yang sedang berlaku dan penetapan harga tawaran tertutup. Di dalam bauran pemasaran
harga merupakan satu-satunya unsur yang mewakili pendapatan Kotler, 2000. Menurut Bangun 2005 harga dapat menggambarkan bagaimana
prospek suatu usaha kedepannya, industri kelapa sawit diperkirakan akan tetap eksis kedepannya. Optimisme itu muncul karena harga CPO mentah di pasar
dunia terus membaik. Diperkirakan harga tersebut dalam waktu dekat akan meningkat. Indikasi ke arah sana semakin menguat setelah melihat
perkembangan harga pasar. Naik turunnya harga TBS dalam negeri dipengaruhi oleh naik turunnya harga CPO mentah di pasar Rotterdam dan Malaysia.
Perbaikan harga di kedua bursa itu, dipicu oleh permintaan industri minyak nabati India yang terus membesar. Pada tahun 2002 industri minyak
India membutuhkan lebih dari satu juta ton per bulan dan separuh dari total permintaan itu dipasok dari industri CPO Indonesia.
mmmmmmmmmmmm Penetapan harga CPO sangat tergantung pada mekanisme pasar, baik
pasar lokal maupun internasional. Umumnya produsen CPO tidak dapat