16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Belajar
Djamarah 2002: 11 mengemukakan bahwa belajar adalah proses
perubahan perilaku karena pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan
maupun sikap. Sedangkan menurut Dimyati 2002: 7, belajar merupakan tindakan dan
perilaku siswa yang kompleks. Belajar hanya dialami oleh siswa sendiri karena siswa adalah penemu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.
Menurut Hudojo 2003, kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan intelektual siswa berlangsung bertahap secara kualitatif. Walaupun perkembangan
itu nampaknya berjalan dengan sendirinya, tetapi perlu diarahkan sebab perkembangan tersebut dapat dibantu atau terhalang oleh keadaan lingkungan.
Agar pembelajaran dapat berlangsung, diperlukan beberapa unsur belajar. unsur-
unsur belajar menurut Rifa‟i Anni 2009: 84 adalah sebagai berikut. 1 Pembelajar yaitu berupa siswa, warga belajar, atau peserta pelatihan.
2 Rangsangan stimulus indra pembelajar misalnya warna, suara, sinar, dan sebagainya. Agar pembelajar dapat belajar optimal ia harus memfokuskan
pada stimulus tertentu yang diminati.
3 Memori pembelajar yaitu berisi berbagai kemampuan seperti pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
4 Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori respon.
2.1.2 Teori Belajar
Teori belajar adalah konsep-konsep dan prinsip-prinsip belajar yang bersifat teoritis dan telah terurai kebenarannya melalui eksperimen Sugandi,
2004: 7. Teori belajar yang mendukung penelitian ini antara lain sebagai berikut.
2.1.2.1 Teori Piaget
Piaget Suherman, 2003 mengemukakan tiga prinsip utama dalam pembelajaran, antara lain:
1 Belajar aktif Proses pembelajaran merupakan proses aktif, karena pengetahuan
terbentuk dari dalam subjek belajar. Sehingga untuk membantu perkembangan kognitif anak perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak
dapat belajar sendiri, misalkan melakukan percobaan, memanipulasi simbol- simbol, mengajukan pertanyaan dan menjawab sendiri, serta membandingkan
penemuan sendiri dengan penemuan temannya. 2 Belajar lewat interaksi sosial
Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadi interaksi di antara subjek belajar. Piaget percaya bahwa belajar bersama akan
membantu perkembangan
kognitif anak.
Dengan interaksi
sosial, perkembangan kognitif anak akan mengarah ke banyak pendangan, artinya
khasanah kognitif anak akan diperkaya dengan macam-macam sudut pandang dan alternatif tindakan.
3 Belajar lewat pengalaman sendiri Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada
pengalaman nyata daripada bahasa yang digunakan untuk bekomunikasi. Jika hanya menggunakan bahasa tanpa pengalaman sendiri, perkembangan kognitif
anak cenderung mengarah ke verbalisme. Piaget dengan teori konstruktivisnya berpendapat bahwa pengetahuan akan dibentuk oleh siswa apabila siswa
dengan objekorang dan siswa selalu mencoba membentuk pengertian dari interaksi tersebut.
Siswa akan memahami materi bila siswa aktif sendiri membentuk atau menghasilkan pengertian dan hal-hal yang diinderanya, penginderaan dapat
terjadi melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Pengertian yang dimiliki siswa merupakan bentukannya sendiri dan bukan
hasil bentukan dari orang lain.
2.1.2.2 Teori Thorndike
Edward L.Thorndike sebagaimana dikutip dalam Suherman 2003: 29-30 mengemukakan beberapa hukum belajar antara lain sebagai berikut.
1. Hukum kesiapan law of readiness menerangkan bagaimana kesiapan seorang anak dalam melakukan suatu kegiatan. Seorang anak akan lebih
berhasil belajarnya jika ia telah siap untuk melakukan kegiatan belajar. 2. Hukum latihan law of exercise menyatakan bahwa jika hubungan
antara stimulus dan respon sering terjadi, akibatnya hubungan akan semakin kuat, sedangkan makin jarang hubungan stimulus-respon
dipergunakan, maka makin lemah hubungan yang terjadi.
3. Hukum pengaruh law of effect menyatakan bahwa jika terdapat asosiasi yang kuat antara pertanyaan dan jawaban, maka bahan yang
disajikan akan tertanam lebih lama dalam ingatan anak. Penghargaan
dari guru akan memberi kepuasan pada siswa, dan siswa cenderung untuk berusaha melakukan atau meningkatkan apa yang telah
dicapainya.
Hukum latihan law of exercise dan hukum pengaruh law of effect dalam teori belajar Thorndike sangat mendukung penelitian penggunaan model
pembelajaran Time Token dengan Performance Assessment dalam meningkatkan hasil belajar aspek kemampuan komunikasi matematis. Pembelajaran Time Token
menekankan pembelajaran dengan banyak berlatih mengubah bahasa matematika ke dalam bahasa sehari
– hari dan sebaliknya sesuai dengan hukum latihan law of exercise. Performance Assessment mendorong siswa untuk mengerjakan soal
dengan bahasa matematika dan sistematika yang benar. Hal ini sesuai dengan hukum pengaruh law of effect dalam teori belajar Thorndike.
2.1.3 Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Joyce, sebagaimana dikutip oleh Trianto 2007:5, bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat
–perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku
–buku, film, computer, dan lain–lain. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu: 1 rasional teoritik logis yang disusun oleh
para pencipta atau pengembangnya; 2 tujuan pembelajaran yang akan dicapai; 3 tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil; dan 4 lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif