Kebiasaan Bekerja Ilmiah Pembahasan

grafik yang ada tanpa sebelumya menyebutkan nama grafik. Pada kemampuan praktikan dalam menanggapi pendapat orang lain , beberapa praktikan lebih suka diam dan tidak menanggapi pendapat kelompok lain. Hal tersebut menyebabkan skor yang didapatkan belum mencapai hasil yang maksimal.

4.2.4 Kebiasaan Bekerja Ilmiah

Berdasarkan teori dan data penelitian, didapatkan bahwa ketiga aspek penyususn kebiasaan bekerja ilmiah mendapatkan persentase hasil yang besar dan termasuk dalam kategori baik. Persentase yang didapatkan juga relatif stabil antara praktikum satu dengan yang lain. Hal ini menggambarkan bahwa kebiasaan untuk bekerja secara ilmiah telah terbentuk Pertama, sikap ilmiah. Dari kelima aspek tersebut didapatkan persentase rata-rata yang termasuk dalam kriteria baik. Hal ini menggambarkan bahwa kemauan praktikan untuk selalu bersikap baik agar mendukung lancarnya praktikum sangat tinggi. Selain itu perbandingan antara indikator satu dengan yang lain tidak menunjukan perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukan bahwa kebiasaan praktikan untuk mengasah sikap ilmiah dalam praktikum sudah baik. Kebiasaan untuk selalu bersikap ilmiah terbangun. Kegiatan-kegiatan penunjang yang menjadi pendukung aspek sikap ilmiah sudah dipaparkan dalam sub bab Sikap Ilmiah. Kedua, keterampilan proses praktikum. Dalam penelitian ini yang didapatkan persentase rata-rata termasuk dalam kategori baik. Hal ini menggambarkan bahwa praktikan mampu melakukan langkah-langkah dalam proses praktikum dengan baik. Kemampuan praktikan dalam melakukan praktikum secara runtut juga sangat tinggi. Hal ini disebabkan praktikan mengetahui hal-hal yang harus dipecahkan dari awal praktikum sampai yang terakhir pengambilan kesimpulan. Pada aspek komunikasi ilmiah didapatkan persentase rata-rata yang termasuk kategori baik. Hal ini menggambarkan bahwa kemampuan praktikan dalam berkomunikasi secara lisan ataupun tulis sudah baik. Selain itu kemampuan praktikan dalam mengomunikasikan hasil praktikum secara ilmiah sangat tinggi. Tujuan dari komunikasi ilmiah ini adalah agar setiap praktikum atau penelitian yang dilakukan bisa pahami secara objektif oleh orang lain. Hal ini dikuatkan pula, bahwa penelitian yang dilakukan harus mengarah pada sikap objektif, artinya terfokus pada kebenaran apa adanya terhadap objek yang diteliti dan tidak bersifat subjektif Herabudin. 2010: 66. Sehingga perlu adanya kemampuan komunikasi ilmiah yang baik untuk menyampaikan hasil praktikum. Dari ketiga hasil yang telah dipaparkan tersebut, terlihat bahwa ketiga aspek penyusun kebiasaan bekerja ilmiah praktikum mendapat kategori baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebiasaan bekerja ilmiah praktikan pada paraktikum fisika dasar dapat dikategorikan baik. Hasil tersebut menggambarkan bahwa kemampuan praktikan untuk melakukan praktikum secara runtut, bersikap positif saat praktikum serta mengomunikasikan hasil praktikum kepada orang lain sangat tinggi. Selain itu kegiatan praktikum yang dilakukan dapat memberi dampak positif bagi praktikan dalam mengembangkan kebiasaan bekerja ilmiah. Sehingga dengan praktikum, praktikan akan terbiasa melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah terstruktur yang menjadi tujuan dari adanya praktikum. Meskipun kebiasaan bekerja ilmiah yang didapatkan termasuk dalam kategori baik, namun persentase hasil yang didapatkan belum maksimal. Hal ini disebabkan karena pada aspek-aspek penyusun kebiasaan bekerja ilmiah juga mengalami beberapa kendala yang telah dijabarkan pada sub bab pembahasan sebelumnya. Sehingga diperlukan solusi untuk meningkatkan skor tersebut agar dapat mencapai hasil yang dicapai maksimal.

4.2.5 Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian