12
a.Unipolar Line Coding
Kode ini menggunakan hanya satu non-zero dan satu zero level tegangan, yaitu untuk logika 0 memiliki level zero dan untuk logika 1 memiliki level non-zero.
Implementasi unipolar line codingmerupakan pengkodean sederhana, akan tetapi terdapat dua permasalahan utama yaitu akan muncul komponen DC dan
tidak adanya sikronisasi untuk sekuensial data panjang baik untuk logika 1 atau 0. Secara diagram pulsa ditunjukan pada gambar berikut:
Gambar 1.5. Diagram pulsa kode unipolar
b. Polar Line Coding
Kode ini menggunakan dua buah level tegangan untuk non-zero guna merepresentasikan kedua level data, yaitu satu positip dan satu negatip.
Permasalahan yang muncul adalah adanya tegangan DC pada jalur komunikasi, untuk pengkodean polar terdapat 4 macam jenis kode polar seperti
ditunjukan pada gambar berikut:
Gambar 1.6. Struktur kode polar
13
1 Non Return to Zero NRZ
Terdapat dua jenis kode NRZ yang meliputi: x Level-NRZ, level sinyal merupakan representasi dari bit, yaitu untuk
logika 0 dinyatakan dalam tegangan positip dan untuk logika 1 dinyatakan dalam tegangan negatip. Kelemahan kode ini memiliki
sinkronisasi rendah untuk serial data yang panjang baik untuk logika 1 dan 0.
x Invers-NRZ, merupakan kode dengan ciri invers level tegangan merupakan nilai bit berlogika 1 dan tidak ada tegangan merupakan nilai
bit berlogika 0. Untuk logika 1 dalam sederetan data memungkinkan adanya sinkronisasi, walaupun demikian untuk sekuensial yang panjang
untuk data berlogika 0 tetap terdapat permasalahan.
Gambar 1.7. Diagram pulsa pengkodean NRZ Berdasarkan diagram pulsa di atas ternyata untuk pengkodean dengan NRZ-I
masih lebih baik dibanding pengkodean dengan NRZ-L, walupun demikian keduanya tetap tidak memberikan sinkronisasi yang lengkap. Oleh sebab itu
penerapan kode ini dapat memberikan sinkronisasi yang lengkap apabila setiap untuk setiap bit terjadi perubahan sinyal.
2. Return to Zero RZ
Kode RZ level sinyal merupakan representasi dari bit, yaitu untuk logika 0 dinyatakan dalam tegangan negatip dan untuk logika 1 dinyatakan dalam
14 tegangan positip, dan sinyal harus kembali zero untuk separuh sinyal
berdasarkan interval dari setiap bit, artinya bila waktu untuk satu bit bik logika 1 atau logika 0 sama dengan 1 detik maka pernyataan logika 1 dengan level
tegangan positip adalah 0,5 detik dan 0,5 detik berikutnya level tegangan kembali ke nol volt zero. Demikian juga untuk pernyataan logika 0 level
tegangan negatip adalah 0,5 detik dan 0,5 detik berikutnya level tegangan kembali ke nol volt zero.
Gambar 1.8. Diagram pulsa pengkodean RZ Penggunaan kode ini memiliki sinkronisasi sempurna, untuk kode balik bit
dilakukan dengan perubahan 2 sinyal, kecepatan pulsa adalah 2x kecepatan kode NRZ dan diperlukan bandwidth sekuensial bit yang lebih lebar.Sebagai
awal sebuah bit data dapat digunakan level non-zero.
3. Manchester
Pada kode Manchester terjadi inversi level sinyal pada saat sinyal bit berada di tengah interval, kondisi ini digunakan untuk dua hal yaitu sinkronisasi dan bit
representasi. Kondisi logika 0 merupakan representasi sinyal transisi dari positip ke negatip dan kondisi logika 1 merupakan representasi sinyal transisi
dari negatip ke positip serta memiliki kesempurnaa sinkronisasi. Selalu terjadi transisi pada setiap tengah middle bit, dan kemungkinan satu transisi pada
akhir setiap bit. Baik untuk sekuensial bit bergantian 10101, tetapi terjadi
15 pemborosan bandwidth untuk kondisi jalur berlogika 1 atau berlogika 0 untuk
waktu yang panjang, kodedigunakan untuk IEEE 802.3 Ethernet
Gambar 1.9. Diagram pulsa pengkodean Manchester
4 Diferensial Manchester
Pada kode Diferensial Manchester inversi level sinyal pada saat berada di tengah interval sinyal bit digunakan untuk sinkronisasi, ada dan tidaknya
tambahan transisi pada awal interval bit berikutnya merupakan identifikasi bit, dimana logika 0 jika terjadi transisi dan logika 1 jika tidak ada transisi, memiliki
kesempurnaan sinkronisasi. Baik untuk jalur berlogika 1 pada waktu yang panjang, tetapi terjadi pemborosan bandwidth untuk kondisi jalur berlogika 0
untuk waktu yang panjang, kodedigunakan untuk IEEE 802.5 Token Ring.
Gambar 1.10. Diagram pulsa diferensial Manchester Gambar 1.11 menunjukan contoh format pengkodean bit biner data ke dalam
metode pengkodean dalam bentuk diagram pulsa, yaitu pengkodean biner ke unpolar NRZ Non Return Zero, biner ke format polar NRZ, dari biner ke
16 unipolar RZ Return Zero, dari biner dikodekan ke bipolar RZ Return Zero
dan dari biner ke kode manchester.
Gambar 1.11 Pengkodean bit biner line-code.
c. Bipolar Line Coding
Kode bipolar menggunakan dua level tegangan yaitu non-zero dan zero guna menunjukan level dua jenis data, yaitu untuk logika 0 ditunjukan dengan level
nol, untuk logika 1 ditunjukan dengan pergantian level tegangan positip dan negatip, jika bit pertama berlogika 1 maka akan ditunjukan dengan amplitudo
positip, bit kedua akan ditunjukan dengan amplitudo negatip, bit ketiga akan ditunjukan dengan amplitudo positip dan seterusnya.
Dalam menggunakan jalur saat melakukan pengiriman data membutuhkan lebih sedikit bandwidth dibanding dengan kode Manchester untuk sekuensial bit
logika 0 aau logika 1, kemungkinan terjadi kehilangan sinkronisasi untuk kondisi jalur berlogika 0.
17 Gambar 1.12. Diagram pulsa kode bipolar
d. Pengkodean 2B1Q
Pengkodean dengan cara ini adalah dengan melakukan pengkodean 2 dua biner untuk dijadikan 1 satu kuarter, pola data yang terdiri dari 2 bit dikodekan
menjadi sebuah elemen sinyal yang merupakan bagian dari sinyal berlevel empat. Sedangkan data dikirim dengan kecepatan 2 dua kali lebih cepat
dibanding dengan pengkodean NRZ-L, dan pada bagian penerima memiliki empat threshold untuk melayani penerimaan data terkirim.
¾ Jika level sebelumnya adalah positip maka untuk nilai bit berikutnya 00 levelnya adalah +1, untuk bit 01 levelnya adalah +3, bit 10 levelnya adalah -
1 dan bit 11 levelnya adalah -3. ¾ Jika level sebelumnya adalah negatip maka untuk nilai bit berikutnya 00
levelnya adalah -1, untuk bit 01 levelnya adalah -3, bit 10 levelnya adalah +1 dan bit 11 levelnya adalah +3.
Konversi positip dan negatip dapat digambarkan diagram pulsanya sebagai berikut:
18 Gambar 1.13. Diagram pulsa pengkodean 2B1Q
e. Kode Blok Block Coding