yang berskala kecil rumah tangga sampai industri besarmodern serta usaha pelayanan jasa yang mendukung usaha produksi dan pengolahan.
1.2 Rumusan Masalah
Meskipun sektor perikanan secara keseluruhan tumbuh cukup menggembirakan, tetapi masih terdapat permasalahan, baik dari sisi produksi
maupun penanganan pasca panen. Dari sisi produksi hambatan yang sering ditemui dalam pengembangan kinerja penanganan dan pengolahan produk
hasil perikanan secara umum adalah sifat ikan sebagai bahan pangan yang mudah rusakbusuk, sehingga tingkat kesegaran ikan yang menjadi prasyarat
untuk pengolahan menjadi produk lanjutan sulit dipenuhi. Hasil tangkapan untuk beberapa jenis ikan bersifat musiman, sehingga mempersulit upaya untuk
menjaga kontinuitas bahan baku yang diperlukan dalam usaha industri. Kendala yang dihadapi pada kegiatan pengolahan tradisional di
antaranya adalah 1 penguasaan dan penerapan teknologi pascapanen masih lemah, termasuk diantaranya kurangnya keterampilan untuk melakukan
diversifikasi produk olahan guna memperoleh nilai tambah yang lebih besar, 2 rendahnya mutu bahan baku dan adopsi teknologi menyebabkan mutu produk
sangat beragam dan cenderung rendah, 3 kurangnya kemampuan modal dan manajerial yang menyebabkan kegiatan pengolahan masih terbatas pada
usaha kecil tradisional yang tersebar dengan target pemasaran lokal Dahuri, 2004 sehingga usaha pengolahan tradisional ini agak menyulitkan dalam
proses pembinaan dan pengembangan. Selain kontinuitas dan kualitas bahan baku, pengolahan perikanan modern juga tidak luput dari berbagai kendala,
seperti 1 investasi yang dibutuhkan relatif besar, dan selama ini persepsi bisnis perikanan masih dianggap beresiko tinggi; 2 rendahnya kemampuan
penanganan dan pengolahan hasil perikanan sesuai dengan selera konsumen dan standardisasi mutu produk secara internasional; 3 lemahnya kemampuan
pemasaran produk perikanan, diantaranya dikarenakan lemahnya market intelligence yang meliputi penguasaan informasi tentang pesaing, segmen
pasar dan selera, serta belum memadainya prasarana dan sarana system transportasi dan komunikasi untuk mendukung distribusi atau penyampaian
5
produk perikanan dari produsen ke konsumen secara tepat waktu. Kondisi semacam ini terutama sangat dirasakan didaerah terpencil di luar Jawa dan
Bali Dahuri, 2003; DKP, 2004. Sejak diberlakukannya UU mengenai otonomi daerah No.221999 setiap
daerah dituntut kemampuannya untuk mengindentifikasi potensi kelautan dan perikanan serta nilai ekonomi yang dimiliki, serta mampu mengolah sumber
daya perikanan dan kelautan secara tepat dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Keragaman kondisi tiap daerah dalam hal sosio-kultur tiap
masyarakat, kuantitas dan mutu masyarakat, sarana dan prasarana, iklim serta heterogenitas ketersediaan sumberdaya alam menyebabkan pengembangan
kelautan dan perikanan tidak dapat dilakukan secara terpusat. Implikasi dari kondisi tersebut adalah bahwa setiap daerah seharusnya mengembangkan
komoditas perikanan sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimilikinya. Ikan merupakan kelompok utama biota laut yang memiliki jumlah spesies
terbanyak kedua lebih dari 2.000 spesies dan beberapa spesies diketahui mempunyai nilai ekonomis penting, seperti ikan pelagis besar dan ikan pelagis
kecil. Ikan pelagis kecil diperkirakan meliputi lebih dari 1.200 spesies seperti kembung, layang, lemuru, selar dan teri yang penyebarannya berada diperairan
dekat pantai. Ikan pelagis besar yang jumlahnya lebih sedikit seperi tuna, cakalang, hiu dan setuhuk banyak ditemukan di zona permukaan laut atau ZEEI
seperti samudera pasifik dan samudera hindia Gema Mina, DKP, 2006. Ikan-ikan pelagis kecil yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan baku
olahan tradisional ada yang dapat ditingkatkan harga jualnya untuk bahan baku industri seperti ikan kembung, kuwe, layang, parang-parang, selar, sunglir,
talang-talang, tembang, terubuk, tetengkek. Dari beberapa jenis ikan demersal yang juga biasa dimanfaatkan oleh para pengolah tradisional antara lain ikan
beloso, cucut, gulamah, tigawaja, ikan lidah, nomei, peperek, manyung, ikan pari dan swangi.
6
1.3 Formulasi Masalah