zooplankton sebanyak dua kali dalam setahun. Dari pemodelan ekosistem yang dilakukan selanjutnya oleh Kaswadji 1997 menunjukkan bahwa sumber daya
fitoplankton dan zooplankton yang ada dalam laguna tersebut dapat menunjang kelangsungan hidup larva ikan.
Biomassa larva ikan naik nilainya setelah zooplankton meningkat jumlahnya. Namun demikian informasi mengenai berapa
jumlah biomassa yang sesungguhnya dibutuhkan untuk kelangsungan hidup larva ikan dan jenis-jenis plankton apa saja yang dapat menunjang kelangsungan hidup
larva ikan di laguna tersebut belum diketahui. Keberhasilan kelangsungan hidup larva ikan di laguna Pulau Pari
dipengaruhi oleh dinamika yang terjadi pada sistem jaring makanan organisme planktonik yang ada. Skema hubungan trofodinamik yang mempengaruhi
kelangsungan hidup larva ikan di laut dapat digambarkan sebagai berikut Gambar 1:
: garis yang mempengaruhi biomassa : garis penguraian
Gambar 1. Skema hubungan trofodinamik yang mempengaruhi kelangsungan hidup larva ikan modifikasi dari Kaswadji, 1997.
Nutrien Fitoplankton
Zooplankton Larva ikan
Bakteri Protozoa
1.3 Kebaruan Penelitian
Penelitian mengenai interaksi antara larva ikan dengan makanannya masih sangat jarang dilakukan, hasil penelitian ini memberikan beberapa informasi baru
mengenai trofodinamik yang terjadi antara larva ikan dengan makanannya yang digambarkan melalui diagram pemangsaan diantara organisme planktonik. Selain
itu penelitian ini juga menghasilkan informasi mengenai musim produksi larva ikan karang di laguna Pulau Pari dan status ekologis dari laguna Pulau Pari serta
alternatif pengelolaannya.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Didasari atas pentingnya pengetahuan tentang kelangsungan hidup larva ikan yang merupakan pengetahuan dasar dalam aplikasinya di bidang perikanan,
khususnya dalam mendeterminasi daerah pemijahan atau daerah asuhan, penelitian ini difokuskan pada pengungkapan fenomena kehidupan larva ikan di
sebuah laguna semi tertutup dengan tujuan: 1. Mempelajari dinamika temporal biomassa dan komposisi struktur
organisme planktonik
yaitu nanofitoplankton,
mikrofitoplankton, mikrozooplankton dan mesozooplankton serta dinamika dan komposisi
struktur larva ikan. 2. Mempelajari dinamika hubungan trofik fitoplankton dan zooplankton
dengan larva ikan terkait dengan kondisi fisika-kimia lingkungan perairan. 3. Mempelajari proses hubungan trofik antara fitoplankton dan zooplankton
dengan larva ikan yang berperan sebagai konsumen pertama. 4. Menduga pertumbuhan dan perkembangan morfologi larva ikan di laguna
Pulau Pari
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk mendeterminasi fungsi ekologis dari suatu kawasan sebagai daerah pemijahan atau daerah asuhan serta mendeterminasi
musim produksi larva di kawasan tersebut.
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan untuk menjawab tujuan penelitian adalah: 1. Apabila biomassa nanofitoplankton dan fitoplankton yang ada dapat
menunjang pembentukan biomassa zooplankton maka ketersediaan sumber daya makanan bagi larva ikan terjamin sehingga dapat mendukung
kelangsungan hidup larva ikan. 2. Dinamika hubungan trofik antara fitoplankton dan zooplankton ditentukan
oleh konsentrasi nutrien dan fluktuasi suhu perairan. 3. Puncak biomassa komponen zooplankton akan terjadi beberapa saat
setelah biomassa fitoplankton mencapai puncak biomassa. Puncak biomassa larva akan terjadi pada kondisi jumlah makanan maksimal.
4. Pada saat biomassa makanan alami tinggi, maka larva ikan akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan fase morfologi.
Gambar 2. Diagram alir pendekatan masalah
Cahaya Suhu
Hara
Fitoplankton
Zooplankton
Larva ikan Prod.
primer
grazing Biomassa
Fito
Biomassa zoo
sesuai ?
Efektif grazing
? Adaptasi,
distribusi Struktur
komunitas larva
grazing
Ked.goba Suhu
cahaya Hidro
dinamika mixing
Kelangsungan hidup larva
Sumber daya
makanan Nanozoo
protozoa grazing
sesuai?
sesuai?
Manajemen larva Suplai
makanan
¢ ¢
.
£ ¢ ¤
JAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi lingkungan Perairan Laguna Pulau Pari
Laguna Pulau Pari terletak di bagian selatan dari wilayah Kepulauan Seribu.
Unit gugusan Kepulauan Pari terdiri atas 6 pulau kecil yaitu Pulau Pari, Burung, Kongsi Timur, Kongsi Tengah, Kongsi Barat, dan Tikus. Gugusan pulau-
pulau ini menjadi satu kesatuan oleh adanya pertumbuhan terumbu karang. Dalam kesatuan kepulauan ini, terumbu karang membentuk laguna di tengahnya sehingga
kepulauan ini dapat dikatakan sebagai Pulau Atol dalam bentuk mini. Pulau Pari merupakan daratan rendah dengan luasan 0,495 km
2
, Pulau lainnya merupakan karang timbul, dimana Pulau Kongsi tengah mempunyai
luasan 0,085 km
2
, Pulau Kongsi Barat mempunyai luasan 0,028 km
2
, Pulau Burung mempunyai luasan 0,022 km
2
, Pulau Kongsi Timur mempunyai luasan 0,013 km
2
dan Pulau Tikus mempunyai luasan 0,012 km
2
. Menurut Wikanti 2005 di gugusan Pulau Pari terdapat empat kelompok
bentuk lahan di mana dataran aluvial pantai merupakan bentuk lahan terluas. Bentuk lahan terumbu cincin terbentuk oleh pertumbuhan terumbu karang atau air
laut naik pada terumbu samudra. Bentuknya seperti cincin dan disebut juga atol. Bentuk lahan ini biasa berasosiasi dengan terbentuknya lagun. Sedangkan bentuk
lahan laguna merupakan genangan air laut yang berada di tengah terumbu karang yang terbentuk oleh pertumbuhan terumbu karang atau air laut naik. Bentuk lahan
terumbu penghalang berupa terumbu karang yang muncul ke permukaan laut oleh pertumbuhannya atau penurunan air laut. Bentuk lahan ini muncul ke permukaan
sebagai pulau-pulau karang timbul. Sedangkan, bentuk lahan permukaan planasi terbentuk oleh proses denudasi hingga membentuk suatu relief hampir datar.
Bentuk lahan ini terdapat di Pulau Pari yang material penyusunnya merupakan sedimentasi pasir.