Pembentukan biomassa zooplankton Trophodynamic of phytoplankton zooplankton as determination of fish larvae survival at Lagoon of Pulau Pari, Seribu Island

» misalnya larva kakap merah Lates spp dan kerapu bebek Epinephelus spp mempunyai ukuran bukaan mulut pertama adalah 120 m, sementara larva L. argentimaculatus mempunyai bukaan mulut 145 m Imanto Melianawati, 2003, pada larva ikan betutu bukaan mulut pertama berukuran 1,0 2,8 µm Insan et al., 2002. Ukuran bukaan mulut menentukan jenis makanan apa yang dapat dimangsa oleh larva, dan hal ini yang menjadi salah satu penyebab adanya selektifitas dalam proses makan larva ikan. Beberapa penelitian mengenai makanan larva ikan menunjukkan bahwa makanan utama larva ikan didominansi oleh organisme planktonik, seperti yang dilakukan oleh Voss 2002, Lough dalam Werner 2000, Hirakawa et al. 1997 dalam Hao Shieh Sheng Ciu 2002, Rossi et al. 2006, Pepin Dower 2007. Pada awal proses makan, nauplii Copepoda lebih banyak dimanfaatkan atau terserap oleh sebagian besar larva ikan Voss, 2002; Conway et al., 1998; Tudela et al., 2002 dalam Rossi et al., 2006, atau bahkan pada beberapa jenis ikan fitoplankton lebih banyak dijadikan mangsa utama,misalnya larva ikan betutu berumur 3 hari memanfaatkan fitoplankton jenis Coelostrum sp Insan et al.,2002. Hasil penelitian Voss 2002 menunjukkan bahwa komposisi isi perut larva ikan sprat adalah sebagai berikut: nauplii 49,8 , fase Copepod Acartia yang terdiri dari A. bifilosa, A. longiremis, A. tonsa 35,1 , cladocera jenis Bosmina coregoni maritime 3,7 , Temora longicornis sebanyak 1,5 , Pseudocalanus elongatus linutus sebanyak 0,9 , Centropages hamatus 0,3 , Evadne normannii 0,1 , dan Podon spp 0,4 . Selain jenis-jenis diatas juga ditemukan polychaeta sebanyak 0,1 , bivalvia 0,4 , gastropoda 0,1 dan diatomacea 0,9 . Hasil penelitian Voss 2002 lainnya terhadap komposisi isi perut larva ikan cod Gadus morhua menunjukkan bahwa isi perut larva ikan cod didominansi oleh nauplii 86,4 , fase Copepod calanoid 9,1 , dan Bosmina dan Evadne masing-masing hanya ditemukan sebanyak 0,1 . Dari keseluruhan isi perut larva ikan cod jenis plankton diatom dan dinoflagellata hanya ditemukan sebanyak 0,1 . Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya terhadap ¼½ komposisi isi perut larva ikan cod di George Bank yang dilakukan oleh Lough tidak dipublikasikan dalam Werner et al. 2000 yang menunjukkan bahwa mangsa utama larva ikan cod di George bank adalah organisme planktonik golongan calanoid seperti Calanus finmarchicus, Pseudocalanus spp dan Oithona spp. Penelitian lainnya terhadap makanan alami larva telah dilakukan terhadap larva ikan anchovy Engraulis sp. Di Jepang, Hirakawa et al. 1997 dalam Hao Shieh Sheng Ciu 2002, menemukan bahwa makanan larva ikan anchovy Jepang Engraulis japonicus adalah Copepodit dari Paracalanus dan Oithona. Jenis ikan anchovy lainnya di perairan Mediterania E. encrasicoulus juga ditemukan mengkonsumsi fase nauplii dan Copepodit dari Copepod Conway et al., 1998; Tudela et al., 2002 dalam Rossi et al., 2006. Larva ikan biasanya melakukan seleksi terhadap mangsanya. Variasi yang terjadi pada komposisi makanan larva ikan menunjukkan adanya ketergantungan ukuran komposisi makanan berdasarkan variasi musim dan ukuran larva. Hal ini menjadi indikasi bahwa larva melakukan seleksi terhadap mangsanya, yang menunjukkan adanya perubahan kecenderungan makan yang berasosiasi dengan pertumbuhan dari larva tersebut Pepin Dower, 2007. Seleksi terhadap mangsa biasanya dilakukan berdasarkan ukuran dan jenis. Ukuran mangsa disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut larva, sehingga semakin besar larva maka mangsa yang dimakan pun mempunyai ukuran lebih besar. Pada larva ikan sprat konsumsi nauplii berkurang saat panjang tubuh larva bertambah. Saat larva semakin besar 8 10 mm dalam isi perut larva mulai ditemukan Cladocera yang jumlahnya semakin meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran larva menjadi 10 saat panjang larva 16 mm. Sementara seleksi terhadap jenis makanan ditunjukkan pada saat larva ikan sprat berukuran 8 10 mm yang lebih memilih Acartia spp walaupun di lokasi yang sama masih banyak ditemukan Copepod jenis lainnya Voss, 2002. Seleksi terhadap jenis makanan juga ditunjukkan oleh larva ikan cod yang menghindari semua Copepodit Acartia spp, satu-satunya Copepodit yang dimakan oleh larva ikan cod adalah P. elongates. ¾¿ Selain komposisi jenis dan ukuran, konsentrasi atau kelimpahan mangsa juga mempengaruhi pertumbuhan larva. Salah satu yang menentukan keberhasilan proses makan oleh larva ikan adalah pertemuan antara larva dengan mangsanya. Sehingga keberadaan larva dan mangsanya akan saling mempengaruhi kondisi kelimpahan dan distribusinya. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Runge et al. 2000 yang menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi larva ikan dipengaruhi oleh variasi spasial dan temporal dari produksi Calanus finmarchicus yang merupakan makanan utama larva ikan. Kondisi sebaliknya dapat juga terjadi dimana kelimpahan larva ikan dapat mengontrol populasi Copepod, seperti hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Houde Schekter 1978 dalam Laurence 1984 yang menunjukkan bahwa larva Sea bream dapat menstimulasi penyebaran dari Copepod pada waktu yang bersamaan.

2.6 Perkembangan larva ikan

Secara ontogenetik, larva ikan mengalami perubahan morfologi berdasarkan pada fase perkembangannya. Bebeberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui tahapan perubahan dari beberapa jenis larva ikan Faria et al., 2006; Re Meneses, 2008. Fase perkembangan awal dari ikan ada tiga tahap yaitu fase kuning telur, fase larva dan juvenile sebelum akhirnya menjadi ikan dewasa. Fase kuning telur adalah fase pertama setelah ikan menetas dari telur. Fase ini diawali dengan menetasnya telur menjadi larva dan diakhiri dengan habisnya kuning telur yang menempel pada tubuh larva Re Meneses, 2008. Pada fase ini larva ikan belum mengambil makanan dari luar tubuhnya. Kuning telur yang menggantung di perutnya menjadi sumber makanan bagi larva tersebut. Fase ini dikenal juga dengan sebutan fase endogenous feeding . Fase larva adalah fase dimana ikan telah menghabiskan kuning telurnya Re Meneses, 2008 dan mulai mencari makan dari luar tubuhnya. Fase awal mencari makan dari luar tubuhnya dikenal dengan fase eksogenous feeding . Tahap larva dibagi menjadi tiga berdasarkan perkembangan notochord selama pembentukan sirip caudal, yaitu fase preflexion, flexion dan postflexion. Fase preflexion diawali dengan habisnya kuning telur dan diakhiri dengan terjadinya lengkungan flexion pada ujung notochord. Fase flexion diawali dengan mulai melengkungnya ujung notochord dan diakhiri dengan tulang hypural sirip caudal yang sudah berada pada posisi vertikal. Fase post flexion diawali dengan pembentukan sirip caudal dan diakhiri dengan bentuk sirip ekor yang sempurna. Fase juvenile adalah fase dimana sirip ekor jumlahnya sudah lengkap dan morfologi ikan sudah menyerupai ikan dewasa. Gambar 7. Tahap perkembangan larva ikan Sumber: Re Meneses, 2008.

2.7 Hipotesis match and mismatch antara larva ikan dengan

fitoplankton dan zooplankton di laguna Pulau Pari Salah satu penentu keberhasilan hidup larva adalah adanya makanan yang cukup yang memenuhi kebutuhan larva. Tetapi tidak hanya kuantitas dan kualitas makanan saja yang menentukan keberhasilan proses makan dari larva