Trofodinamik organisme planktonik Trophodynamic of phytoplankton zooplankton as determination of fish larvae survival at Lagoon of Pulau Pari, Seribu Island
«¬
produksi primer Parson et al., 1984. Hasil akhir dari produksi primer ini adalah penambahan biomassa fitoplankton.
Proses pembentukan bahan organik oleh fitoplankton dengan bantuan sinar matahari terjadi melalui proses fotosintesis. Proses fotosintesis secara
keseluruhan merupakan kumpulan reaksi fotokimia yang sangat komplek, dengan komponen utama yang berperan adalah pigmen fotosintetik seperti klorofil.
Dalam proses fotosintesis cahaya matahari disadap oleh pigmen klorofil. Cahaya matahari tersebut menjadi sumber energi bagi reaksi kimia dari karbon dioksida,
air dan zat hara untuk menghasilkan senyawa organik misalnya karbohidrat. Senyawa organik ini mempunyai potensi energi kimia yang tinggi yang disimpan
dalam sel fitoplankton untuk dipergunakan dalam proses pertumbuhan fitoplankton. Dari proses reproduksi ini terbentuk biomassa fitoplankton yang
baru selama selang waktu tertentu. Pigmen fotosintetik merupakan komponen utama untuk melangsungkan
proses fotosintesis tumbuhan. Dalam sel fitoplankton terdapat beberapa jenis
pigmen fotosintetik bergantung pada jenisnya. Pigmen klorofil merupakan
pigmen fotosintesis utama yang menyerap energi pada panjang gelombang yang lebih besar dari 600 nm sedangkan energi panjang gelombang kurang dari 600 nm
diserap oleh pigmen asesoris seperti carotenoid. Pada tumbuhan terdapat beberapa jenis klorofil yaitu klorofil-a, -b, -c,-d dan -e Devlin, 1975 dalam
Nontji, 1984, namun untuk alga laut yang dapat diisolasi dengan pasti barulah klorofil -a, -b dan -c Jeffrey, 1980 dalam Nontji, 1984. Selain klorofil pada
algae laut juga dijumpai beberapa pigmen asesoris seperti peridinin, fucoxanthin, carotene,
carotene, diadinoxanthin, alloxanthin, zeaxanthin, lutein, neoxanthin, dan violaxanthin Ston, 2002. Menurut Parson et al. 1984 klorofil-
a merupakan pigmen utama yang ditemukan pada semua kelompok fitoplankton, sementara klorofil-b hanya ditemukan pada kelas chlorophyceae dan
prasinophyceae, sedangkan klorofil-c ditemukan pada fitoplankton dari kelas bacillariophyceae, dinophyceae, chrysophyceae, xanthophyceae, cryptophyceae
dan haptophyceae. Karena klorofil dianggap sebagai pigmen fotosintesis utama, maka selanjutnya dikembangkan metode pendugaan biomassa fitoplankton
®
melalui kandungan pigmen klorofil dalam sel fitoplankton. Selain klorofil, pigmen karotenoid juga dapat digunakan untuk menduga biomassa fitoplankton.
Salah satu pigmen karotenoid yang digunakan untuk mengukur biomassa fitoplankton adalah fucoxanthin yang digunakan oleh Lehman 1981 dalam
Nontji 1984. Proses fotosintesis membutuhkan energi sebanyak 112 kcal untuk
pembentukan setiap mol karbohidrat, dan energi ini berasal dari sinar matahari yang diserap oleh pigmen fotosintesis. Energi cahaya matahari yang digunakan
untuk aktivitas fotosintesis adalah cahaya dengan panjang gelombang antara 400 700 nm atau dikenal dengan istilah photosinthetic active radiation PAR.
Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa ultra violet radiation UVR terutama UVA panjang gelombang 370
400 nm juga dapat meningkatkan fiksasi CO
2
pada fitoplankton Nilawati et al., 1997 dalam Gao et al., 2007. Sementara menurut Wu et al. 2005 dalam Gao et al., 2007 menyatakan bahwa
UVA dapat meningkatkan produksi biomasa Arthrospira Spirulina platensis. Dalam penelitiannya Gao et al. 2007 menemukan bahwa UVR berfungsi sebagai
energi tambahan dalam proses fotosintesis fitoplankton sehingga dapat meningkatkan produktivitas primer fitoplankton. Selain panjang gelombang nilai
intensitas cahaya juga sangat menentukan berlangsungnya proses fotosintesis. Dari grafik hubungan antara laju fotosintesis dengan intesitas cahaya dapat
diketahui bahwa laju fotosintesis naik seiring dengan naiknya intensitas cahaya sampai pada nilai asimptotik laju fotosintetik maksimum dimana sistem menjadi
jenuh oleh cahaya Parson et al., 1984. Nilai PAR dalam suatu kolom air dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di perairan dangkal nilai PAR sangat
dipengaruhi oleh kecepatan angin Montes-Hugo et al., 2004, yang selanjutnya mempengaruhi proses pengadukan masa air dan turbiditas serta penetrasi cahaya
ke kolom air. Selain itu ukuran partikel terlarut juga dapat mempengaruhi dampak atenuasi PAR, ukuran partikel yang kecil dapat meningkatkan dampak
atenuasi PAR dalam kolom air bila dibandingkan dengan ukuran partikel yang besar, karena partikel-partikel kecil mempunyai masa tinggal yang lebih lama bila
dibandingkan dengan partikel yang berukuran besar Montes-Hugo et al., 2004.
¯°
Selain cahaya, nutrien dan suhu juga memegang peranan penting dalam proses fotosintesis Tilman et al., 1982; Needoba et al., 2003; Nieuwerburgh,
2004. Nutrien yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan fitoplankton adalah nitrogen dan fosfor Valiella, 1984; Tilman et al., 1982. Hal ini
dibuktikan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Jäger et al. 2008 menunjukkan bahwa kenaikan biomassa fitoplankton dapat terjadi pada saat
fitoplankton terpapar oleh konsentrasi fosfat yang tinggi dan pencahayaan yang baik, seperti di perairan dangkal sehingga akhirnya fosfat menjadi unsur
pembatas. Namun menurut Downing et al. 1999 nutrien yang paling berpengaruh bagi pertumbuhan fitoplankton laut adalah nitrogen, besi Fe dan
silikat Si, hal ini ditunjukkan oleh hasil eksperimen yang dilakukannya mengenai pengaruh jenis nutrien terhadap waktu penggandaan fitoplankton.
Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuruhwati 2003 yang menunjukkan bahwa nutrien jenis NH
4
memberikan kontribusi paling besar terhadap peningkatan konsentrasi klorofil-a biomassa fitoplankton.
Ammonium lebih disukai oleh fitoplankton sebagai sumber hara untuk pertumbuhannya, bila dibandingkan dengan nitrat NO
3
, hal ini terjadi karena penggunaan nitrat membutuhkan lebih banyak energi dan harus menggunakan
enzim nitrat reduktase untuk mengasimilasi nitrat Wetzel, 1983 dalam Nuruhwati, 2003. Silikat merupakan nutrien pembatas bagi kelompok diatom,
karena diatom membutuhkan silikat untuk pembentukan cangkangnya. Pentingnya peranan silikat bagi diatom ditunjukkan oleh Nieuwerburgh et al.
2004 dan Escaravage Prins 2002 dalam penelitian uji coba penambahan nutrien terhadap populasi fitoplankton terkontrol. Dari hasil uji cobanya
Nieuwerburgh et al. 2004 menemukan bahwa saat dalam populasi fitoplankton ditambahkan Si, maka diatom langsung mendominasi komunitas fitoplankton
yang diamati, sementara pada kontrol, komunitas fitoplankton berada dalam kondisi stabil dan seimbang. Silikat juga berperanan dalam memperbesar ukuran
sel, memperberat cangkang dan menghasilkan metabolit sekunder, sehingga menurunkan kemungkinan diatom tersebut untuk dimangsa oleh Copepod. Hal
ini berakibat pada tingkat pemanfaatan diatom yang rendah oleh Copepod dan
±±
menyebabkan terakumulasinya biomassa diatom dalam perairan sehingga tidak terjadi proses transfer biomassa ke tingkat trofik yang lebih tinggi.
Biomassa fitoplankton yang terbentuk melalui proses fotosintesis merupakan makanan bagi organisme herbivor. Kehadiran organisme herbivor ini
memegang peranan penting dalam mengontrol populasi fitoplankton. Banyak penelitian menunjukkan bahwa grazing oleh organisme herbivor menjadi
penyebab utama kematian fitoplankton yang dapat mengurangi biomassa fitoplankton di perairan Strom Strom, 1996; Doberfuhl et al., 1997; Ruiz et al.,
1998; Reeden et al., 2002; Stoecker Gustafson, 2002; Sommer et al., 2002; Nuruhwati, 2003; Sarnelle, 2005; Kartamiharja, 2007. Organisme herbivor yang
berperan dalam proses grazing sebagian besar adalah zooplankton dari berbagai ukuran seperti mikrozooplankton, mesozooplankton, ciliata, dan larva ikan.
Namun peranan organisme herbivor tingkat tinggi juga cukup besar dalam mengurangi biomassa fitoplankton di perairan. Ikan-ikan dewasa seperti lemuru
Sardinella fimbriata dan bandeng Chanos chanos merupakan ikan yang bersifat planktivor yang menjadikan plankton sebagai makanan utama.
Kondisi biomassa fitoplankton selain dipengaruhi oleh proses fotosintesis dan pemangsaan oleh herbivor, juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.
Kestabilan kolom air tempat hidup fitoplankton memegang peranan penting dalam mempengaruhi konsentrasi biomassa fitoplankton. Faktor-faktor fisika yang
mempengaruhi kestabilan kolom air seperti kedalaman, pencampuran massa air Jäger et al., 2008 dan kekuatan angin Moline Prezelin, 1996 pada akhirnya
juga dapat mempengaruhi kondisi biomassa fitoplankton. Hasil penelitian Jäger et al. 2008 menunjukkan bahwa pencampuran
masa air dapat mempengaruhi waktu yang dibutuhkan oleh fitoplankton untuk mencapai puncak biomassa. Pada kolom air tercampur, waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai puncak biomassa fitoplankton bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman. Sementara pada kolom air yang tidak tercampur,
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncak biomassa, tidak sepenuhnya bergantung pada kedalaman. Sementara Moline Prazelin 1996 menunjukkan
bahwa pola musiman dan tahunan dari biomassa fitoplankton dan produktivitas