pembentukan sirip caudal, yaitu fase preflexion, flexion dan postflexion. Fase preflexion diawali dengan habisnya kuning telur dan diakhiri dengan terjadinya
lengkungan flexion pada ujung notochord. Fase flexion diawali dengan mulai melengkungnya ujung notochord dan diakhiri dengan tulang hypural sirip caudal
yang sudah berada pada posisi vertikal. Fase post flexion diawali dengan pembentukan sirip caudal dan diakhiri dengan bentuk sirip ekor yang sempurna.
Fase juvenile adalah fase dimana sirip ekor jumlahnya sudah lengkap dan morfologi ikan sudah menyerupai ikan dewasa.
Gambar 7. Tahap perkembangan larva ikan Sumber: Re Meneses, 2008.
2.7 Hipotesis match and mismatch antara larva ikan dengan
fitoplankton dan zooplankton di laguna Pulau Pari
Salah satu penentu keberhasilan hidup larva adalah adanya makanan yang cukup yang memenuhi kebutuhan larva. Tetapi tidak hanya kuantitas dan
kualitas makanan saja yang menentukan keberhasilan proses makan dari larva
ÀÁ
ikan, namun ketepatan waktu antara produksi larva dan produksi makanan alaminya juga memegang peranan yang sangat penting. Hal ini dirumuskan oleh
Cushing 1975 dalam hipotesis yang diajukannya match and mismatch hypothesis. Hipotesis ini diajukan untuk menjelaskan adanya variasi dalam proses
rekrutmen di alam. Dalam hipotesis ini dijelaskan mengenai hubungan antara waktu produksi larva dengan waktu produksi nauplii zooplankton sebagai
makanan larva. Ada tiga kondisi yang dijelaskan oleh Cushing 1975 mengenai kondisi antara produksi larva dengan produksi nauplii zooplankton, yaitu 1
makanan hadir pada fase awal produksi larva, 2 makanan hadir pada saat-saat fase terakhir dari produksi larva dan 3 makanan hadir pada saat pertengahan
masa produksi larva Gambar 8. Pada kondisi pertama dimana produksi makanan terjadi pada fase awal
produksi larva, maka makanan akan tersedia lebih awal dan ketersediaanya akan naik secara perlahan-lahan namun jumlahnya sedikit, karena sudah ada tekanan
pemangsaan oleh larva yang mulai ada dalam jumlah yang tidak banyak. Pada kondisi ini kelangsungan hidup larva akan rendah, karena walaupun larva
mendapatkan makanan, namun ketersediaan makanan sedikit sehingga pertumbuhan larva akan lambat dan larva akan mudah dimangsa oleh organism
lain yang lebih besar. Pada kondisi kedua dimana makanan hadir pada saat-sat terakhir produksi larva, komponen makanan akan tumbuh dengan sangat cepat,
karena hampir tidak ada lagi tekanan pemangsaan oleh larva ikan yang jumlahnya mulai habis. Pada kondisi ini kelangsungan hidup larva akan sangat rendah
namun larva yang bertahan hidup akan mempunyai peluang tumbuh dengan baik, karena makanan tersedia dalam jumlah yang cukup banyak sementara persaingan
dari sesama larva dalam memanfaatkan makanan rendah, namun dapat juga menjadi kondisi yang berbahaya bagi larva karena ada kemungkinan larva tidak
akan menemukan makanan pada saat kuning telur yang menempel di tubuhnya habis. Kondisi ketiga dimana makanan hadir pada pertengahan produksi larva
merupakan kondisi dimana larva akan mendapatkan suplai makanan selama fase perkembangannya, walaupun dalam jumlah yang tidak maksimal, kondisi ini
merupakan kondisi yang paling ideal bagi keberhasilan hidup larva dan dapat menunjang keberhasilan proses rekrutmen.
ÂÂ
Gambar 8. Hipotesis Cushing 1975 mengenai kondisi match dan mismatch antara larva dengan makanannya, jumlah nauplii per larva
menunjukkan tingkat keberhasilan makan, tiga kurva yang terbentuk menunjukkan tiga kondisi produksi dan tiga kondisi
keberhasilan makan.
à Ä
Å Æ
Ç È
É Ç
Ä Ê
Ë Ä
Ì Í
Í Ç
Ä Ê
Ë Ä
Ç Ä
Î Ï
Î Ä
Å Æ
Ç È
È
Æ Ð
Ê Å
Î È
Ñ Ë
Ò Ç
Å Ó
Ð
ÔÕÖ × Ø
III.
3.1 Waktu Penelitian
, 40
- -
. ,
, .
, ,
, 1,
2,
. ,
, ,
, 1997; , 2005.
. . 1, .
. 2, . . 3,
. 4 . 5.
,
.
9.