Penyebaran dan keragaman nyamuk Anopheles spp.

sebagai habitat perkembangbiakan larva nyamuk. Nyamuk dewasa bisa tinggal di sekitar habitat perkembangbiakannya, tetapi dapat juga terbang beberapa kilometer, tergantung spesies dan berbagai faktor lain. Perubahan lingkungan dan aktivitas penduduk seperti perkembangan infrastruktur, pertanian, pembuatan tambak dan irigasi, dapat menyediakan tempat perkembangbiakan bagi Anopheles Oaks et al. 1992. Telur nyamuk harus diletakkan di permukaan air yang mengalir lambat atau air yang tenang. Larva mencari makan di bawah permukaan air, dan bernafas dengan udara permukaan Minakawa et al. 1999. Telur nyamuk diletakkan secara berderet-deret seperti rakit di permukaan air Culex dan pada tumbuhan air Mansonia, atau satu per satu dilekatkan pada dinding bejana yang berisi air Aedes. Telur nyamuk Anopheles spp. diletakkan satu-per satu di atas permukaan air, menyerupai perahu dengan pelampung dari khorion yang berlekuk-lekuk di sebelah lateral Hadi Koesharto 2006. Berbagai tipe habitat mempengaruhi perkembangan dan keberhasilan larva Anopheles ssp menjadi nyamuk. Penelitian di Kenya menunjukkan adanya hubungan positif antara stabilitas habitat dan keberadaan pupa. Larva Anopheles gambie terutama terdapat pada lubang tanah, jejak kaki sapi, jalur ban, dan saluran drainase Minakawa et al. 1999. Mikrohabitat ini sangat mendukung perkembangan nyamuk yang bersifat sinantropik karena mikrohabitat tersebut menyatu dengan kehidupan manusia. Oleh karena itu, berbagai jenis ekosistem buatan merupakan sumber ancaman penyakit dari berbagai nyamuk vektor. Hal ini juga terjadi di sepanjang Sungai Santa Ana sampai di lahan basah Prado dan lembah Chino California Selatan yang menunjukkan semakin besarnya ancaman nyamuk vektor dari waktu ke waktu akibat semakin berkembangannya berbagai habitat nyamuk sebagai dampak kegiatan pertanian Mian 2006. Nyamuk yang hidup di alam dapat ditemukan pada berbagai ekosistem di antaranya adalah ekosistem hutan, semak, perkebunan dan permukiman, yang masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda. Berikut ini perbedaan dari masing-masing ekosistem tersebut. Ekosistem Hutan merupakan areal lahan yang dihuni oleh vegetasi tingkat tinggi menahun yang didominasi oleh vegetasi tingkat pohon, sedangkan semak merupakan suatu areal yang didominasi oleh vegetasi yang rendah dengan banyak cabang yang muncul di atas atau dekat permukaan tanah. Ekosistem perkebunan merupakan areal lahan hasil konversi dari lahan hutan, semak atau dari lahan dengan fungsi lain yang kemudian dikelola secara berkesinambungan dengan memodifikasi vegetasi alaminya dengan tanaman budidaya berupa tanaman kelapa, cokelat, pala dan jenis tanaman komoditas lainnya. Ekosistem semak adalah areal yang terdiri atas vegetasi dengan ukuran tinggi tanaman yang rendah dan dicirikan oleh percabangan pada bagian pangkal pohon. Adapun ekosistem permukiman merupakan areal lahan yang peruntukannya dikhususkan untuk kawasan tempat tinggal atau permukiman. Beberapa jenis habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles antara lain berupa kobakan yang merupakan lubang kecil yang berisi air, biasanya muncul setelah hujan terbentuk, baik disengaja maupun secara alami oleh erosi percikan atau erosi permukaan yang mengakibatkan munculnya lubang kecil yang dapat menampung air hujan. Di Purworejo, Lestari et al. 2007 menemukan dua spesies Anopheles di kobakan yaitu An. maculatus dan An. balabacensis, sedangkan Muliadi 2010, menemukan An. farauti dan A. kochi pada bebebrapa kobakan di Desa Doro, Halmahera Selatan. Kubangan merupakan habitat yang berupa lubang atau cekungan dipermukaan tanah yang yang terbentuk secara alami ataupun akibat aktivitas manusia yang dapat menampung air hujan, ukuran dan retensi airnya lebih besar dari kobakan. Muliadi 2010, menemukan An. farauti dan A. vagus pada bebebrapa kobakan di Desa Doro, Halmahera Selatan. Jenis habitat lainnya adalah tapak ban terbentuk dari jejak roda kendaraan roda 2 atau roda empat, atau gerobak yang ditinggalkan dipermukaan tanah, terjadi jika kondisi tanah yang dilewati dalam keadaan lembek, becek dan sering terbentuk setelah hujan, sedangkan tapak hewan merupakan jejak kaki sapi atau kaki kerbau yang potensil menampung air hujan. ParitSelokan merupakan saluran air yang sengaja dibuat dipermukaan tanah dengan cara dibuat galian secara memanjang untuk mengalirkan air permukaan dan mencegah banjir. Setyaningrum et al. 2008 melaporkan rata-rata kepadatan Anopheles spp. yang ditemukan di Desa Way Muli, Lampung mencapai 12,5 ind250 ml. Jenis habitat yang lebih besar adalah kolam yaitu tempat penampungan air di permukaan tanah yang sengaja dibuat untuk menampung air dalam jangka panjang, sehingga kedalamannya lebih tinggi dibanding habitat lainnya. Kolam biasanya berbentuk persegi panjang atau bentuk lainnya. Mardiana et al. 2002, menemukan An. subpictus dan An. vagus pada beberapa kolam yang terdapat di trenggalek, sedangkan Sukowati 2010 menemukan An. farauti dan An. vagus pada kolam yang terdapat di beberapa desa di Halmahera Selatan. Habitat yang juga berukuran relatif besar adalah lagun yang terdapat di mulutmuara kali kecil yang alirannya tidak permanen sepanjang tahun, terbentuk akibat hempasan gelombang laut yang membawa pasir ke bibir pantai dan menutup mulut muara secara temporer. Selama beberapa waktu tertentu hubungan dengan air laut terputus sehingga salinitas menurun drastis akibat terus bertambahnya suplai air tawar. Sukowati, 2010 menemukan lima spesies Anopheles pada beberapa lagun yang terdapat di Halmahera Selatan, yaitu An. punctulatus, An. vagus, An. barumbrosus, An. subpictus dan An. tessellatus.

2.5 Pengaruh iklim global terhadap malaria

Perubahan iklim didefinisikan sebagai perubahan kondisi iklim yang ditandai oleh perubahan sifat dari rata-rata variabel yang berlangsung lebih dari satu periode. Perubahan iklim merupakan dampak dari meningkatnya suhu global yang mencapai 0.74 ˚C dalam waktu 100 tahun, dan akan meningkat hingga 5˚C pada tahun 2008. Pengaruh perubahan iklim terhadap kesehatan manusia telah diprediksi secara global. Terdapat hubungan antara variabel iklim, penyakit diare dan malaria serta kisaran faktor bukan iklim dengan kesehatan manusia Bhandari 2010. Perubahan iklim global yang berdampak terhadap perubahan cuaca mikro secara global juga berdampak luar biasa terhadap resiko penyakit kevektoran. Penambahan suhu 0,5 ˚C menyebabkan meningkatnya kelimpahan vektor 3-10. Efek ini disebut dengan amplifikasi biologis dari perubahan iklim Pazcual et al. 2006. Alonso et al. 2010 melaporkan bahwa perubahan suhu berperan penting terhadap meningkatnya kasus malaria yang disebabkan oleh semakin melimpahnya jumlah nyamuk dan semakin cepatnya perkembangan parasit. Selain itu juga ditunjukkan bahwa fluktuasi iklim berperan penting dalam memulai epidemi malaria di daerah tersebut. Suhu berpengaruh terhadap masa perkembangan dan perbedaan tahapan dalam siklus hidup nyamuk, laju mencari makan, siklus gonotrofik dan usia nyamuk. Kapasitas vektoral dan laju inokulasi entomologi dipengaruhi oleh kelimpahan vektor dalam hubungannya dengan jumlah orang pada suatu tempat, laju kelangsungan hidup harian, laju mencari makan, laju mencari makan dan waktu yang dibutuhkan selama periode siklus sporogoninya. Tahap ini sangat peka terhadap suhu lingkungan Sukowati 2010. Patz dan Olson 2006 meneliti hubungan antara waktu yang dibutuhkan untuk perkembangan parasit Plasmodium falciparum dan P. vivax dalam tubuh nyamuk An. gambiae, yang menunjukkan bahwa setelah melewati nilai suhu 18 ˚C, maka perkembangan keduanya akan semakin tinggi dengan kenaikan suhu. Masa inkubasi parasit malaria dalam tubuh nyamuk juga dipengaruhi oleh fluktuasi suhu harian. Fluktuasi suhu diurnal dibawah 21°C akan menghambat perkembangan parasit dibandingkan dengan suhu konstan, sedangkan fluktuasi yang melebihi 21°C mempercepat perkembangan parasit. Nyamuk memerlukan air tergenang untuk habitat perkembangbiakan dan membutuhkan kelembaban untuk viabilitasnya, curah hujan akan menciptakan habitat perkembangbiakan atau menyapu nyamuk fase pradewasa dan menyebabkan vektor lebih infektif, akan tetapi suhu dan kekeringan yang terlalu tinggi akan mengurangi kelangsungan hidup nyamuk.