Bahan dan Metode .1 Tempat dan Waktu

4.3.7 Faktor cuaca dan populasi larva Anopheles spp. pada berbagai habitat

perkembangbiakan di Desa Saketa Akumulasi jumlah larva per bulan dari semua jenis habita Anopheles di Desa Saketa dan data cuaca curah hujan, kelembaban, suhu dan kecepatan angin yang diperoleh dari stasiun BMKG Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan disajikan dalam Tabel 8 berikut : Tabel 9 Jumlah larva, curah hujan, kecepatan angin, kelembaban rH dan suhu dari Bulan September 2010 hingga Agustus 2011 Bulan Jumlah larva Curah Hujan mm Kecepatan angin kmjam Kelembaban Suhu C September 50 1,3 86,3 25,3 Oktober 120 33,5 1,5 81 27,8 November 144 52,8 1,5 84 25,5 Desember 376 83,3 1 85 25,8 Januari 594 39,3 1 84,8 26 Februari 234 24 1,5 84 24,8 Maret 182 54,8 1,3 84,5 26,5 April 484 61 1,5 81,8 25,8 Mei 31 48,5 1,5 85,8 26,3 Juni 111 38 1,3 85,5 25,3 Juli 98 31,5 1,8 85,5 25,8 Agustus 422 2,5 1,8 83,8 25,8 Faktor fisik dan kimia berperan penting dalam perkembangan dan penyebaran nyamuk. Faktor-faktor tersebut meliptui suhu, salinitas, kedalaman, pH, kecerahankekeruhan, velositas dan jenis substrat, demikian pula halnya dengan faktor cuaca seperti suhu harian, curah hujan, kelembaban dan kecepatan angin. Setiap spesies nyamuk membutuhkan faktor fisik dan kimia yang berbeda, juga dipengaruhi oleh faktor cuaca. Brown 1979 dalam Setyaningrum et al. 2008. Hubungan antara faktor cuaca dengan jumlah larva disajikan dalam Gambar 17 berikut : Gambar 17 Hasil analisis regresi hubungan antara kelembaban, curah hujan, kecepatan angin dan suhu terhadap populasi larva Anopheles spp. pada berbagai habitat perkembangbiakan di Desa Saketa Bulan September 2010-Agustus 2011. Dari Gambar 17 tampak bahwa kenaikan curah hujan dapat memicu meningkatnya jumlah larva, tetapi pada kecepatan tertentu akan bertindak sebagai penghambat dan menyebabkan turunnya jumlah larva. Kenaikan curah hujan dari sekitar 23 mm hingga sekitar 40 mm akan menaikkan jumlah larva, tetapi peningkatan curah hujan yang melebihi 50 mm secara perlahan nakan menurunkan jumlah larva dan pada curah hujan yang melebihi 80 mm akan menyebabkan jumlah larva mencapai titik terendah dibawah 50 ind. Gambar 17 menunjukkan bahwa secara polinominal, terdapat pengaruh antara kelembaban, curah hujan, kecepatan angin dan suhu terhadap populasi larva. Pengaruh tersebut dapat mencapai 29,6; 24,2; 34,1 dan 52,4 untuk masing-masing faktor tersebut secara berurutan. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa faktor suhu turut mempengaruhi jumlah populasi larva Anopheles spp. di Desa Seketa. Dalam hal ini, setiap perubahan positif dari suhu sebesar satu satuan, 200 400 600 800 1000 1200 0,9 1,1 1,3 1,5 1,7 1,9 Ju m lah Lar v a Kecepatan Angin mdt 200 400 600 800 1000 1200 80 82 84 86 Ju m lah Lar v a Kelembaban 200 400 600 800 1000 1200 24 25 26 27 28 Ju m lah Lar v a Suhu Udara oC 200 400 600 800 1000 1200 20 40 60 80 100 Ju m lah Lar v a Curah Hujan mmhari akan diikuti oleh perubahan negatif dari populasi larva sebesar 5533,5 satuan. Namun demikian, faktor-faktor kelembaban, curah hujan, kecepatan angin dan suhu tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap perubahan populasi larva Anopheles spp. di Desa Seketa secara linear. Perilaku respon larva terhadap kecepatan angin menunjukkan adanya kecepatan pemicu dan penghambat untuk jumlah larva. Pada kecepatan angin 1- 1,3 mdt akan menurunkan jumlah larva dan kecepatan angin yang melebihi 1,4 mdt akan menaikkan jumlah larva. Kelembaban udara akan meningkatkan jumlah larva pada rH sekitar 80-83 dan akan menurunkan jumlah larva pada saat rH melebihi 84, selanjutnya kenaikan suhu udara diatas 24,5 ˚C hingga 25,5 ˚C akan meningkatkan jumlah larva dan pada suhu 26 ˚C akan menyebabkan jumlah larva berkurang.

4.4 Karakteristik habitat perkembangbiakan Anopheles di Desa

Saketa 4.4.1 Kobakan Kobakan merupakan cekungan kecil di permukaan tanah yang terbentuk secara alami, disengaja atau tanpa disengaja yang sewaktu-waktu dapat menampung air. Karena ukurannya yang relatif kecil, maka daya tampung airnya juga terbatas, sehingga tipe habitat ini dapat muncul dan menghilang dalam waktu singkat. Kobakan banyak ditemukan tersebar di seluruh wilayah Desa Saketa, tetapi yang mengandung larva hanya yang terdapat di perkebunan dan di jalanan. Untungnya sebagian besar kobakan yang ditemukan tidak mengandung larva nyamuk dan banyak kobakan tidak mengandung larva Anopheles. Namun demikian, pada kobakan tersebut terdapat larva nyamuk Culex yang melimpah. Proporsi kobakan adalah 15,7 dari seluruh jumlah habitat. Pada kobakan ditemukan 4 spesies Anopheles yaitu An. indefinitus, An. kochi, An. farauti, dan An. vagus. Habitat ini terdapat di perkebunan 61,5 dan di jalanan atau di pinggir jalan 38,5, pada ketinggian 2-46 m dpl dengan rincian 1 kobakan terdapat diketinggian 2 m dpl, 7 terdapat pada 11-20 m dpl dan 3 pada 21-46 m dpl. Luasan kobakan terkecil adalah 0,5 x 0,5m dan terbesar 0,5x0,8m dengan kisaran kedalaman 3-15 cm. Kobakan berada antara 11-600 m dari rumah terdekat, dengan rincian 5 kobakan masing-masing berada pada jarak