Karakteristik habitat perkembangbiakan Anopheles di Desa

Tabel 13 Karakteristik biologi habitat perkembangbiakan An. farauti di Desa Saketa Kabupaten Halmahera Selatan dari September 2010-Agustus 2011 Tipe habitat Tanaman airserasah Tanaman sekitar Tanaman naungan D tnm air Predator Kobakan tdk ada, lumut, ganggang, rumput, serasah, rumput, semak, perdu, pohon jarang, sedang tdk ada, jarang kecebong, ikan kecil, nimpha capung, anggang- anggang Lagun Lumut, ganggang, rumput air, serasah Semak, perdu rapat sedang ikan kecil,udang-udangan Parit lumut, ganggang, rumput, serasah rerumputan, semak, Perdu, pohon tidak ada tdk ada, sedang kecebong, ikan kecil, nimpha capung, udang- udangan, anggang-anggang Ephemeroptera Tapak ban Tpk hewan tdk ada, rumput, lumut, ganggang rumput, semak, pohon jarang, sedang, rapat tdk ada, jarang kecebong, nimpha capung, udang-dangan, anggang-anggang, ephemeroptera

4.5.2 Anopheles indefinitus

An. indefinitus terdapat pada enam tipe habitat yaitu pada kobakan, kolam, lagun, parit dan tapak ban, penyebarannya lebih luas jika dibandingkan dengan An. farauti yang menyebar pada lima tipe habitat. Tabel 14 menunjukkan frekuensi dan densitas larva pada setiap habitat An. indefinitus dan proporsi dewasanya. An. identifinitus paling banyak ditemukan di parit 39,9, diikuti kobakan 33,8, dan paling rendah terdapat di lagun 5,4. Tiga tipe habitat lainnya relatif memiliki kisaran antara 6,1-8,8. Tabel 14 Jumlah larva, jumlah cidukan, densitas larva, frekuensi relatif dan kerapatan relatif An. indefinitus di Desa Saketa Kabupaten Halmahera Selatan dari September 2010-Agustus 2011 Tipe habitat Jlh larva Jlh cidukan D nH nL F Jlh Anopheles K Kobakan 168 15 11,2 8 3 38 66 27,0 Kolam 106 20 5,3 3 2 67 10 4,1 Kubangan 349 35 10,0 7 3 43 68 27,9 Lagun 31 10 3,1 3 3 100 1 0,4 Parit 268 40 6,7 6 5 83 62 25,4 Tapak bantapak Hewan 48 30 1,6 9 4 44 37 15,2 Total 970 150 148 100,0 Ket : D = kepadatancidukan volume cidukan = 300 ml, nH = jumlah bulan ditemukannya habitat nL = jumlah bulan habitat mengandung larva A.indefinitus

4.5.2.1 Suhu air, pH, salinitas, kekeruhan, aliran air dan substrat pada habitat

Anopheles indefinitus Tabel 15 menunjukkan bahwa An. indefinitus memiliki toleransi adaptasi terhadap perbedaan suhu air yang cukup tinggi. Larva An. indefinitus terdapat pada habitat dengan suhu air antara 26 o C-40 Habitat C, dan pada kisaran salinitas antara 0-1 ppt. An. indefinitus hanya ditemukan pada habitat yang tidak mengalir lentik, dengan tingkat kekeruhan mulai dari yang jernih, sedang hingga keruh. Substrat habitatnya berupa pasir, lumpur atau keduanya. Tebel 15 Karakterisitik fisik-kimia habitat perkembangbiakan Anopheles indefinitus di Desa Saketa kabupaten Halmahera Selatan T udara ˚C T air ˚C pH Salinitas kekeruhan gerakan air substrat Kobakan 28-31 31-35 6-7 sedang, keruh tdk mengalir pasir, lumpur Kolam 22-29 24-30 6 jernih, sedang tdk mengalir lumpur Kubangan 29-46 31-40 7 jernih tdk mengalir lumpur, pasir Lagun 28 28 6 1 sedang tdk mengalir lumpur Parit 27-34 27-40 6-7 jernih, sedang tdk mengalir lumpur Tapak ban 26-27 26-28 6-7 jernih, sdng, keruh tdk mengalir lumpur 4.5.2.2 Kedalaman air, luas habitat, ketinggian dari permukaan laut dpl, jarak dari rumah, dan fungsi lahan pada habitat Anopheles indefinitus Tabel 16 menunjukkan bahwa An. indefinitus memiliki toleransi yang luas terhadap kedalaman air dalam habitat perkembangbiakannya. An. indefinitus dapat hidup pada kedalaman 4-80 cm, tetapi populasinya lebih tinggi pada kisaran kedalaman antara 5-17 cm, terutama pada kobakan dan parit. Kisaran luas habitat perkembangbiakan An. indefinitus di Desa Saketa antara 1–35 m 2 . Habitat paling luas adalah kolam, terbentuk dari galian yang materialnya digunakan untuk bahan timbunan bangunan. An. indefinitus ditemukan pada habitat yang terdapat di perkebunan, permukiman, jalan dan pantai dengan jarak dari rumah terdekat antara 3-600 m pada ketinggian habitat yang bervariasi mulai dari 1m dpl lagun hingga 80 m dpl kolam. Tabel 16 Karakteristik biologi habitat perkembangbiakan nyamuk An. indefinitus di Desa Saketa dari Bulan September 2010-Agustus 2011 Tipe habitat Kedalaman m Luas m 2 Ketinggian dpl m Jarak dr rumah m Fungsi lahan Kobakan 5-7 1,5, 8 11-15 7-600 perkebunan Kolam 15-80 18, 35 15-80 3-50 jalan, perkebunan Kubangan 5-7 1,5, 3, 6 11-25 10 permukiman Lagun 50 20 1 50 pantai Parit 10-17 3, 4, 5, 20 14-15 15-50 jalan, permukiman Tapak ban 4-5 0,18, 12, 5-21 100-550 perkebunan

4.5.2.3 Karekateristik biologi habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles

indefinitus Hasil inventarisasi karakter biologi pada habitat Anopheles indefinitus disajikan pada Tabel 17. An.indefinitus ditemukan pada habitat kobakan, kolam, lagun dan parit yang ditumbuhi tanaman air seperti rumput, ganggang, lumut dan serasah, sedangkan pada tapak bantapak hewan terdiri dari rumput, lumut, dan ganggang. Tanaman sekitarnya terdiri dari pohon, rumput, semak, dan pardu pada kobakan, rumput, semak dan pardu kolam, semak dan pardu lagun, rumput dan perdu parit dan rumput, semak dan perdu tapak bantapak hewan. Larva An. indefinitus ditemukan pada habitat yang memiliki intensitas naungan oleh vegetasi beragam, seperti di kobakan yang intensitas naungannya jarang dan sedang, di lagun yang naungannya rapat, di parit yang naungannya sedang dan rapat, dan di tapak bantapak hewan yang naungannya jarang, sedang dan rapat. Juga ditemukan pada habitat yang tidak memiliki tanaman pelindung seperti kolam. An. indefinitus ditemukan pada habitat dengan kerapatan tanaman air yang beragam, mulai dari yang jarang hingga sedang seperti pada kobakan, parit dan tapak ban, dan lagun dan di kolam tidak ternaungi Predator yang terdapat pada habitat An. indefinitus umumnya berupa dari kecebong, ikan kecil, nimpha capung, dan anggan-anggan Gerridae. Tabel 17 Karekateristik biologi habitat perkembangbiakan An. indefinitus di Desa Saketa Kabupaten Halmahera Selatan dari September 2010-Agustus 2011 Habitat Tanaman airserasah Tanaman sekitar Tanaman naungan D Tnm air predator Kobakan tdk ada, rumput, ganggang,lumut, serasah, pohon2, rumput, semak, perdu, jarang, sedang tdk ada, jarang kecebong,ikan kecil,nimpha capung,anggang-anggang Kolam ganggang lumut, rumput, serasah Rerumputan, Semak, perdu tidak ada Sedang kecebong, ikan kecil, nimpha capung Lagun ganggang, lumut rumput, serasah Semak, perdu Jarang sedang ikan kecil,udang-udangan Parit ganggang, lumut, rumput, serasah Rumput, semak, perdu, pohon sedang, rapat tdk ada, sedang kecebong, ikan kecil, nimpha capung,udang- udangan, anggang- anggang, ephemeroptera Tapak ban Tpk hwn tdk ada, rumput, lumut, ganggang rumput, semak, pohon jarang, sdg, rapat tdk ada, jarang kecebong,nimpha capung,udang-udangan, anggang-anggang, ephemeroptera

4.5.3 Anopheles kochi

Tabel 18 menunjukkan empat tipe habitat bahwa nyamuk An. kochi. Proporsi An. kochi terbesar ditemukan di tapak bantapak hewan 43,6, diikuti kobakan 38,2, kolam 12,7 dan kubangan 2,2 Di Desa Doro, An. kochi hanya ditemukan di kobakan Mulyadi 2010, di wilayah di Halmahera Selatan lainnya An. kochi ditemukan pada 5 tipe habitat yaitu tapak ban, kali, kubangan, kobakan dan dan rawa Sukowati 2010. Di Padang Cermin, Lampung, An. koci hanya ditemukan di kobakan, sedangkan di Raja Basa ditemukan pada 2 tipe habitat yaitu kolam dan kobakan Suwito et al. 2010 sedangkan Stoops et al. 2008 melaporkan bahwa larva Anopheles kochi ditemukan di persawahan, perkebunan dan permukiman dengan populasi yang jauh lebih tinggi di perkebunan dan persawahan jika dibandingkan dengan di permukiman. An. kochi dikonfirmasi sebagai vektor di Sumatera dan Sulawesi Ditjen P2M dan PLP 1997, juga merupakan vektor filariasi di Papua dan vektor untuk javanese encephalitis di Semarang Winarno Hutajulu 2009. Tabel 18 Jumlah larva, jumlah cidukan, densitas larva, frekuensi relatif dan kerapatan relati An. kochi di Desa Saketa Kabupaten Halmahera Selatan dari September 2010-Agustus 2011 Tipe habitat Jlh larva Jlh cidukan D nH nL F Jlh nyamuk K Kobakan 53 20 2,7 8 2 25,0 24 43,6 Kolam 23 10 2,3 3 1 33,3 7 12,7 Kubangan 53 10 5,3 7 1 14,3 3 5,5 Tapak banTapak hewan 111 20 5,6 9 2 22,2 21 38,2 Parit - - - - - - - - Lagun - - - - - - - - Jlh 240 60 4 52 100,0 Ket : D = kepadatancidukan volume cidukan = 300 ml nH = jumlah bulan ditemukannya habitat nL = jumlah bulan habitat mengandung nyamuk An. kochi

4.5.3.1 Suhu air, pH, salinitas, kekeruhan, aliran air dan substrat pada habiatat

Anopheles kochi Hasil pengukuran dan pengamatan terhadap faktor fisik habitat An. kochi disajikan pada Tabel 19. Tampak bahwa An.kochi ditemukan pada habitat yang memiliki suhu antara 28-35 o C. Suhu tersebut berada di luar kisaran optimun untuk habitat perkembangbiakan nyamuk yang menurut Hoedoyo 1993, antara 32-33,5 o C, atau antara 25-27 o An. kochi ditemukan pada habitat yang airnya jernih seperti kolam dan tapak ban atau yang airnya jernih hingga agak keruh sedang seperti di kobakan. Semua habitat An. kochi airnya tidak mengalir, dan substratnya berupa lumpur pada kolam dan tapak ban, dan berupa pasir dan lumpur pada kobakan. Hal ini sejalan dengan yang dilaporkan Troops et al. 2004 larva An. sundaicus hidup pada habitat dengan air yang tidak mengalir dan memperoleh sinar matahari secara C Depkes RI 2001. Pola fluktuasi suhu air harian mempengaruhi metabolisme, pertumbuhan dan reproduksi hewan air. Suhu yang lebih tinggi meningkatkan metabolisme, dan mendorong terjadinya eklosi yang lebih cepat. Sebaliknya suhu yang rendah menurunkan laju metabolisme dan menghambat siklus hidup serangga air Voshell Reese 2002. Nilai pH menujukkan kadar asambasa lingkungan perairan. An. kochi ditemukan pada habitat dengan pH 6-7, ini berbeda dengan kisaran pH pada habitat larva An. sundaicus pH antara 7-8,5 yang dilaporkan di India, Vietnam termasuk Indonesia Troops et al. 2004. langsung, dalam hal ini termasuk tambak yang dihuni alga dan tanaman air, rawa, mangrove, sumur, dan lagun. Kekeruhan dapat disebabkan oleh suspensi bahan anorganik maupun bahan organik terlarut. Kondisi air yang jernih hingga sedang, menunjukkan akumulasi bahan organik sebagai hasil fotosintesis rendah yang akan mempengaruhi kadar oksigen terlarut DO air. DO yang rendah akan menjadi faktor pembatas untuk metabolisme hewan-hewan air. Tabel 19 Karakteristik fisik-kimia habitat perkembangbiakan An. kochi di Desa Saketa kabupaten Halmahera Selatan Habitat T air ˚C pH Sali- nitas Kekeruhan Gerakan air Substrat Kobakan 31-35 6 - 7 jernih, sedang Tdk mengalir pasir, lumpur Kolam 28 6 Jernih tdk mengalir lumpur Kubangan 29 6 Jernih Tdk mengalir lumpur Tapak ban tpk hewan 28-34 6-7 Jernih tdk mengalir lumpur

4.5.3.2 Kedalaman, luas, ketinggian dari permukaan laut dpl, jarak dari rumah, dan fungsi lahan

pada habitat Anopheles kochi Kedalaman air pada habitat An. kochi bervariasi mulai dari 4-5 cm pada tapak bantapak hewan, 3-50 cm pada kobakan hingga 80 cm pada kolam. Rendahnya populasi An. kochi di kolam kemungkinan disebabkan oleh tingginya tingkat kedalaman air Tabel 20. Nyamuk Anopheles hanya dapat mentolerasi kedalaman air hingga 4,5 cm untuk eklosi, kemampuan ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Aedes aegypti yang toleran hingga kedalaman 50 cm Briegel 2008. Nyamuk memerlukan air yang tenang untuk keberhasilan reproduksinya. Kualitas air memegang peran yang sangat penting dalam mengatur pertumbuhan dan survival tahap perkembangan nyamuk. Respon terhadap kualitas air mungkin berbeda-beda antar spesies. Culex tarsalis Coquillett, nyamuk air tawar misalnya, tidak dapat berkembang pada air tercemar, sedangkan Culex quiquefasciatus dapat berkembang dengan baik Barr 1967 dalam Mian 2006. Tabel 20 Kedalaman, luas habitat, elevasi, jarak habitat dari rumah terdekat dan fungsi lahan di sekitar habitat perkembangbiakan nyamuk An. kochi di Desa Saketa dari Bulan September 2010-Agustus 2011 Habitat Kedalaman cm Luas m 2 Ketinggian dpl m Jarak dr rumah m Fungsi lahan Kobakan 3-50 0,5 - 12 11-46 30-120 jalan, perkebunan Kolam 80 18 14 30 jalan Kubangan 10 21 3 70 jalan Tapak bantapak hewan 4-5 0,18, 4,5 10 100-550 perkebunan

4.5.3.3 Karekateristik biologi habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles

kochi Hasil pengamatan terhadap karakterististik biologi pada habitat An. kochi disajikan pada Tabel 21. An. kochi dapat hidup pada habitat yang tidak memiliki tanaman air seperti kobakan atau pada habitat yang mengandung tanaman air berupa rerumputan seperti di tapak bantapak hewan, atau pada habitat yang mengandung tanaman air berupa lumut, ganggang, rumput dan juga mengandung serasah seperti di kolam. Serasah mempengaruhi interaksi dalam komunitas larva, fluktuasi kandungan serasah mempengaruhi struktur fisik habitat dan berpengaruh langsung terhadap ketersediaan sumber makanan dan secara tidak langsung mempengaruhi pemangsaan oleh predator Lounibos 1983. Tabel 21 Karekateristik biologi perkembangbiakan An. kochi di Desa Saketa Kabupaten Halmahera Selatan dari September 2010-Agustus 2011 Habitat Tanaman Airserasah Tanaman sekitar Tanaman naungan D tnm air Predator Kobakan tdk ada, rumput Rerumputan tdk ada tdk ada, jarang kecebong, ephemeroptera Kolam lumut, ganggang, rumput, serasah Rerumputan, Semak perdu Tdk ada jarang kecebong, ikan kecil, nimpha capung, udang- udangan, anggang- anggang, Cyclops Kubangan lumut rerumputan tdk ada jarang kecebong, nimpha capung, Tapak bant.hewan tdk ada rerumputan, pohon- pohonan jarang tdk ada kecebong, nimpha capung, anggang-anggang, ephemeroptera Pemangsaan berperan penting dalam komunitas akuatik secara langsung dengan mengurangi kelimpahan mangsanya dan tidak langsung dengan mengubah keragaman mangsa dan ingteraksi antar spesies. Interaksi pemangsa dan mangsa dapat berubah oleh faktor fisik lingkungan Alto, Griswold Lounibos 2005. Beberapa karakter habitat An. kochi memiliki persamaan dengan An. sundaicus yang juga hidup pada habitat dengan air yang tidak mengalir dan memperoleh sinar matahari secara langsung, dalam hal ini termasuk tambak yang dihuni alga dan tanaman air, rawa, mangrove, sumur, dan lagun Troops et al. 2004. Keberadaan tanaman air seperti alga berfilamen diperlukan oleh larva Anopheles karena menyediakan makanan bagi larva berupa mikro alga dan bakteri Troops et al. 2004.

4.5.4 An. punctulatus, An.subpictus, dan An. vagus

An. punctulatus, An.subpictus, dan An. vagus masing-masing memiliki jumlah dan tipe habitat yang terbatas, untuk diskripsinya disajikan secara bersama- sama. Jumlah total ke tiga spesies tersebut adalah 34 individu, atau 6,6 dari total 519 individu yang ditemukan. Oleh sebab itu ke tiga spesies ini dikelompokkan sebagai kelompok minor dengan kerapatan nisbi 2,9, 0,2 dan 3,5 masing- masing untuk An. punctulatus, An. subpictus, dan An. vagus. An. punctulatus memiliki kepadatan larva tertinggi yaitu 8,1 larva3000 ml, dan paling rendah adalah An. vagus di habitat kobakan dengan jumlah 1 larva300ml Tabel 22. Tabel 22 Jumlah larva, jumlah cidukan, densitas larva, dan frekuensi relatif An. punctulatus, An. subpictus, dan An. vagus di Desa Saketa Kabupaten Halmahera Selatan dari September 2010-Agustus 2011 Spesies Tipe habitat Jlh larva Jlh cidukan D larva nH nL F Jlh nyamuk A. punctulatus Tapak bantpk hwn 161 20 8,1 9 3 33,3 15 An. subpictus kubangan 28 10 2,8 7 1 14,3 1 An. vagus kobakan 30 30 1 8 2 25 17 An. vagus tapak ban 17 10 1,7 9 1 11,1 1 236 70 3,4 34 Ket : D = kepadatancidukan volume cidukan = 300 ml nH = jumlah bulan ditemukannya habitat nL = jumlah bulan habitat mengandung nyamuk An. kochi