IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kultivasi, Seleksi dan Identifikasi
Bakteri yang terdapat pada suspensi lumpur dikultivasi selama 3 hari pada kondisi anaerob dan aerob. Kultivasi pada kondisi anaerob menggunakan tabung
ulir berisi media cair, 400 mgL zat warna tekstil dan 2 gL glukosa. Kultivasi pada kondisi aerob menggunakan erlenmeyer berisi media cair 150 mgL zat warna
tekstil dan 2 gL glukosa. Perubahan yang terjadi pada kultivasi secara anaerob adalah warna menjadi pudar dan agak keruh sedangkan pada kondisi aerob
warna hampir tidak berubah dan keruh. Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa bakteri yang terdapat pada lumpur limbah tekstil memiliki tingkat
ketahanan yang tinggi terhadap zat warna azo. Ketahanan yang tinggi dari bakteri terhadap zat warna tekstil disebabkan karena bakteri tersebut sudah lama
beradaptasi dengan lingkungan limbah tekstil. Perombakan zat warna azo menggunakan bakteri berlangsung lebih efisien pada kondisi anaerob
dibandingkan dengan kondisi aerob. Pada kondisi anaerob, bakteri dari lumpur limbah tekstil Mama Leon lebih
mampu merombak zat warna reaktif azo dibandingkan dengan bakteri dari lumpur Sungai Badung. Sedangkan pada kondisi aerob, kemampuan adaptasi
dan pertumbuhan bakteri dari lumpur Sungai Badung lebih baik dibandingkan dengan bakteri dari lumpur limbah tekstil Mama Leon. Perombakan zat warna
remazol yellow, remazol red, remazol black, remazol blue dan remazol campuran oleh bakteri yang hidup pada lumpur limbah tekstil Mama Leon pada kondisi
anaerob tabung ulir dan bakteri dari lumpur Sungai Badung pada kondisi aerob erlenmeyer selama 3 hari inkubasi disajikan pada Gambar 22.
Gambar 22 Perombakan zat warna remazol pada kultivasi suspensi lumpur pada kondisi anaerob tabung ulir dan aerob erlenmeyer selama 3 hari
A B C D E A B C D E
A=Remazol yellow B=Remazol red
C=Remazol black D=Remazol blue
E=Remazol campuran
Gambar 22 memperlihatkan bahwa zat warna reaktif azo mudah mengalami perombakan pada kondisi anaerob dan sebaliknya cukup stabil pada
kondisi aerob. Sulitnya zat warna azo mengalami oksidasi disebabkan oleh kromofor N=N pada zat warna azo lebih mudah menerima elektron
dibandingkan dengan melepaskan elektron. Stabilnya zat warna azo, menyebabkan bakteri pada umumnya kurang mampu menggunakan zat warna
azo secara langsung sebagai sumber karbon dan energi melainkan diperlukan kosubstrat berupa karbon organik yang berfungsi sebagai pendonor elektron
untuk proses perombakan. Glukosa yang digunakan sebagai sumber karbon mengalami proses glikolisis menghasilkan koenzim NADH yang berfungsi
sebagai pendonor elektron yang berperan penting dalam pemutusan ikatan azo pada kondisi anaerob. Namun, pada kondisi aerob ada oksigen, proses reaksi
redoks antara zat warna azo dengan NADH mengalami hambatan karena zat warna azo dan oksigen berkompetisi sebagai penerima elektron dari NADH. Ion
hidrogen pada NADH lebih mudah ditransfer ke oksigen dibandingkan dengan ke zat warna azo. Akibatnya, transfer elektron cendrung terjadi dari molekul NADH
ke oksigen melalui rantai pernapasan. Dengan demikian, proses perombakan zat warna azo menggunakan bakteri lebih mudah berlangsung pada kondisi anaerob
dibandingkan dengan kondisi aerob. Hasil pengamatan ini sejalan dengan beberapa kajian yang telah dilakukan oleh Ganes
et al. 1994 dan Van der Zee 2002, yang menyatakan bahwa perombakan zat warna azo berlangsung lebih
efektif dan efisien pada kondisi anaerob dibandingkan dengan kondisi aerob. Efisiensi perombakan dapat ditingkatkan dengan menambahkan glukosa sebagai
kosubstrat. Hasil isolasi bakteri dari lumpur limbah tekstil diperoleh sebanyak 27
bakteri, sedangkan dari lumpur Sungai Badung diperoleh 5 bakteri. Bakteri yang terseleksi dari lumpur limbah tekstil Mama Leon, terdiri dari 6 isolat 1-6 hasil
kultivasi pada media cair yang mengandung zat warna remazol yellow, 5 isolat
7-11 yang mengandung zat warna remazol red, 6 isolat 12-17 yang
mengandung zat warna remazol black, 4 isolat 18-21 yang mengandung zat
warna remazol blue, dan sebanyak 6 isolat 22-27 yang dikultivasi pada media
cair yang mengandung campuran dari keempat zat warna remazol tersebut. Sebanyak 5 bakteri yang terseleksi dari lumpur Sungai Badung masing-masing
hasil kultivasi pada media cair yang mengandung zat warna remazol yellow,
remazol red, remazol black, remazol blue dan campuran keempat zat warna
remazol tersebut. Semua bakteri yang terseleksi diidentifikasi morfologi dan aktivitas biokimianya untuk mengetahui genus bakteri yang paling dominan hidup
dalam limbah tekstil. Tahapan identifikasi dimulai dari uji morfologi menggunakan pewarnaan
Gram. Hasil pewarnaan Gram terhadap 32 isolat hasil isolasi dari lumpur limbah tekstil dan Sungai Badung, setelah diamati dengan mikroskop pada pembesaran
1000x menunjukkan sel berwarna merah dan berbentuk batang. Hasil uji morfologi dengan pewarnaan Gram bakteri tersebut disajikan pada Gambar 23.
Hasil pengamatan ini memberikan gambaran bahwa semua bakteri yang terseleksi dari lumpur limbah tekstil Mama Leon dan lumpur Sungai Badung
dikatagorikan sebagai bakteri Gram negatif.
Gambar 23 Pewarnaan Gram bakteri di bawah pengamatan mikroskop pembesaran 1000X
Kajian-kajian terhadap isolasi dan identifikasi bakteri dari lumpur limbah industri memberikan gambaran bahwa kebanyakan bakteri yang hidup di lumpur
pengolahan limbah merupakan bakteri Gram negatif. Kajian yang dilakukan Yazdi
et al. 2001, melaporkan bahwa sebanyak 20 isolat yang berhasil diisolasi dari lumpur aktif yang digunakan untuk pengolahan limbah cair, diperoleh 18
isolat merupakan bakteri Gram negatif termasuk ke dalam Achromobacter sp.,
Alcaligenes sp., Flavobacterium sp. dan Pseudomonas sp. dan hanya 2 isolat teridentifikasi bakteri Gram positif yaitu
Bacillus sp. dan Micrococcus sp. Dominansi bakteri Gram negatif yang terseleksi pada kultivasi lumpur limbah
tekstil disebabkan penambahan zat warna ke dalam media seleksi. Pada
umumnya, bakteri Gram positif lebih peka terhadap pengaruh zat warna dibandingkan dengan bakteri Gram negatif. Hal ini disebabkan dinding sel bakteri
Gram positif lebih mudah rusak akibat pengaruh zat warna. Menurut Dwidjoseputro 2005, penambahan zat warna seperti zat warna hijau malaksit ke
dalam media tumbuh merupakan cara untuk mencegah pertumbuhan bakteri Gram positif.
Identifikasi terhadap bakteri perombak zat warna tekstil dilakukan dengan cara mencocokkan hasil uji morfologi dan uji aktivitas biokimia dari setiap bakteri
tersebut dengan uji morfologi dan uji aktivitas biokimia yang terdapat pada Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. Aktivitas biokimia setiap jenis
bakteri adalah berbeda-beda karena setiap bakteri mempunyai aktivitas enzimatik yang berbeda. Hasil identifikasi terhadap 27 bakteri yang berhasil
diisolasi dari lumpur limbah tekstil CV. Mama Leon diduga sebanyak 10 bakteri termasuk
Aeromonas sp., 6 bakteri Pseudomonas sp., 5 bakteri termasuk Flavobacterium sp., 3 bakteri termasuk Plesiomonas sp. dan 3 bakteri Vibrio sp.
Sedangkan 5 bakteri yang terseleksi dari lumpur Sungai Badung diduga 3 bakteri termasuk
Vibrio sp dan 2 bakteri Plesiomonas sp. Hasil uji morfologi dan karakteristik fisiologi bakteri-bakteri tersebut disajikan pada Tabel 6.
Uji motilitas menunjukkan sebanyak 26 bakteri tersebut adalah motil dan 6 bakteri bersifat nonmotil. Motilitas atau pergerakan bakteri disebabkan karena sel
bakteri memiliki flagella. Bakteri berbentuk spiral dan batang kebanyakan mempunyai flagella dan motil sedangkan hanya sedikit bakteri yang berbentuk
kokus bola bersifat motil Dwidjoseputro, 2005. Uji oksidase dihubungkan dengan adanya sitokrom dalam kadar yang tinggi yang dipakai untuk mengenal
bakteri yang termasuk ke dalam genus Pseudomonas dan Neisseria. Uji oksidasi
positif ditandai adanya warna merah tua sampai hitam akibat aktivitas sitokrom terhadap paraaminodimetilanilin. Uji oksidase terhadap bakteri menunjukkan
semua bakteri yang diisolasi memberikan uji positif Tabel 6. Uji katalase untuk menentukan adanya enzim katalase yang dipakai untuk mengkatalisis
penguraian hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Hidrogen peroksida bersifat toksik terhadap sel karena molekul ini menginaktivasikan enzim dalam
sel. Hasil uji katalase menunjukkan semua bakteri yang diisolasi memberikan uji positif Tabel 6.
Tes pembentukan indol bertujuan untuk memeriksa kemampuan bakteri untuk mendegradasi asam amino esensial triptopan. Enzim yang berperan dalam
proses ini adalah triptopanase. Produk metabolit triptopan adalah indol, asam piruvat dan amonia. Terbentuknya Indol dapat dideteksi dengan pereaksi
Kovac’s menghasilkan warna merah yang merupakan kompleks antara indol dengan
paradimetilaminobenzaldehid. Dua puluh satu bakteri hasil isolasi menunjukkan tes positif terhadap pembentukan indol. Uji sitrat bertujuan untuk mengetahui
kemampuan bakteri untuk memecah sitrat yang dibantu adanya enzim sitrat permease. Beberapa bakteri dapat menggunakan sitrat sebagai sumber energi.
Enzim sitrat permease berperan dalam membawa sitrat dari luar sel ke dalam sel. Sitrat yang telah berada dalam sel akan masuk ke dalam siklus Krebs. Pada
siklus Krebs, sitrat diubah menjadi asam oksaloasetat dan asam asetat dengan bantuan enzim sitrase. Selanjutnya asam oksaloasetat dan asam asetat dirubah
menjadi asam piruvat dan karbon dioksida. Uji penggunaan sitrat positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari hijau menjadi biru dari indikator
bromothymol blue. Sifat basa pada media terjadi karena terbentuknya natrium bikarbonat hasil yang merupakan hasil reaksi antara karbon dioksida dengan
simmons citrate. Hasil tes penggunaan sitrat menunjukkan bahwa 22 isolat bakteri memiliki ensim sitrat permease atau tes positif Tabel 6. Uji
dekarboksilasi bakteri terhadap suatu asam amino merupakan reaksi pemecahan gugus karboksil oleh enzim dekarboksilase, sehingga dihasilkan amina dan
karbon dioksida. Uji dekarboksilasi asam amino menggunakan 2 substrat yaitu asam amino arginin dan ornithin. Uji positif ditandai terbentuknya warna ungu.
Hasil uji dekrboksilasi menggunakan asam amino arginin diperoleh sebanyak 14 bakteri memberikan uji yang positif dan 11 memberikan hasil negatif. Sedangkan
menggunakan ornithin, sebanyak 4 bakteri memberikan hasil positif dan 21 memberikan hasil uji negatif Tabel 6.
64 Tabel 6 Morfologi dan karakter fisiologi bakteri hasil isolasi dari lumpur limbah tekstil CV. Mama Leon Tabanan dan lumpur Sungai Badung
Denpasar, Bali.
No. isolat
Pewarnaan Gram
Bentuk sel
Motilitas Uji
kata lase
Uji oksi
dase Uji
VP Terbentuknya gas pada
fermentasi karbohidrat Indol
Uji Sitrat
Urease Hidrolisis Dekarboksilasi
Identifikasi
Glukosa Laktosa Maltosa Gelatin Casein Arginin Ornithin
Bakteri dari lumpur instalasi pengolahan limbah tekstil CV. Mama Leon Tabanan, Bali
1 Gram
negatif Batang
Motil + + - - + - + - td - - + +
Plesiomonas sp.
2 Gram
negatif Batang
Motil + + +
+ + + +
+ td + + + -
Aeromonas sp.
3 Gram
negatif Batang
Nonmotil + + - + - - - - - + + - -
Flavobacterium sp.
4 Gram
negatif Batang
Motil + + +
+ + + +
+ td + + + -
Aeromonas sp.
5 Gram
negatif Batang
Motil + + +
+ + + +
+ td + + + -
Aeromonas sp.
6 Gram
negatif Batang
Motil + + +
+ + + +
+ td + + + -
Aeromonas sp.
7 Gram
negatif Batang
Nonmotil + + - + - - - - - + + - -
Flavobacterium sp.
8 Gram
negatif Batang
Motil + + - + - - - + + + - - -
Pseudomonas sp.
9 Gram
negatif Batang
Nonmotil + + - + - - - - - + + - -
Flavobacterium sp.
10 Gram negatif Batang Nonmotil
+ + - + - - - + + + - - -
Pseudomonas sp.
11 Gram
negatif Batang
Motil + + td + - + + + td td td td td
Vibrio sp.
12 Gram
negatif Batang
Motil + + +
+ + + +
+ td + + + -
Aeromonas sp.
13 Gram negatif Batang Motil + + - - + - +
- td - - + +
Plesiomonas sp.
14 Gram
negatif Batang
Motil + + +
+ + + +
+ td + + + -
Aeromonas sp.
15 Gram
negatif Batang
Motil + + - + - - - + + + - - -
Pseudomonas sp.
16 Gram negatif Batang Motil + + - - + - +
- td - - + +
Plesiomonas sp.
17 Gram
negatif Batang
Motil + + - + - - - + + + - - -
Pseudomonas sp.
18 Gram negatif Batang Nonmotil
+ + - + - - - - - + + - -
Flavobacterium sp.
19 Gram
negatif Batang
Motil + + - + - - - + + + - - -
Pseudomonas sp.
20 Gram negatif Batang Nonmotil
+ + - + - - - - - + + - -
Flavobacterium sp.
21 Gram
negatif Batang
Motil + + - + - - - + + + - - -
Pseudomonas sp.
22 Gram
negatif Batang
Motil + + td + - + + + td td td td td
Vibrio sp.
23 Gram
negatif Batang
Motil + + +
+ + + +
+ td + + + -
Aeromonas sp.
24 Gram
negatif Batang
Motil + + +
+ + + +
+ td + + + -
Aeromonas sp.
25 Gram
negatif Batang
Motil + + +
+ + + +
+ td + + + -
Aeromonas sp.
26 Gram
negatif Batang
Motil + + +
+ + + +
+ td + + + -
Aeromonas sp.
27 Gram
negatif Batang
Motil + + td + - + + + td td td td td
Vibrio sp.
Bakteri dari lumpur Sungai Badung Denpasar, Bali
1 Gram
negatif Batang Motil + + - - + - +
- td - - + +
Plesiomonas sp.
2 Gram
negatif Batang
Motil + + td + - + + + td td td td td
Vibrio sp.
3 Gram
negatif Batang
Motil + + td + - + + + td td td td td
Vibrio sp.
4 Gram
negatif Batang Motil + + - - + - +
- td - - + +
Plesiomonas sp.
5 Gram
negatif Batang
Motil + + td + - + + + td td td td td
Vibrio sp.
td = tidak dilakukan 61
4.2 Efisiensi Perombakan Zat Warna Pada Variasi Kondisi Lingkungan