membentuk ikatan kovalen antara gugus reaktif dari molekul zat warna dengan gugus nukleofil dari rantai polimer serat Suwanruji 2004. Proses pencelupan
kain menggunakan zat warna reaktif azo membutuhkan garam-garam dan natrium hidroksida yang cukup besar. Garam diperlukan untuk memudahkan
terjadinya adsorpsi zat warna ke dalam serat sedangkan natrium hidroksida digunakan untuk mengkondisikan agar pH sekitar 11 sehingga terbentuknya
gugus anion dari selulosa selulosa-O- untuk proses fiksasi. Fiksasi zat warna pada kain selulosa melalui mekanisme reaksi adisi nukleofilik gugus reaktif
vinilsulfon yang dituliskan dalam reaksi : Dye-SO
2
-CH
2
-CH
2
-OSO
3
Na + NaOH Dye-SO
2
-CH2=CH2 + Na
2
SO
4
+ H
2
O Dye-SO
2
-CH2=CH2 + Selulosa-OH Dye-SO
2
-CH2-CH2-O-Selulosa
2.3. Proses Produksi Tekstil dan Karakteristik Limbah
Pada proses pembuatan tekstil, terdapat tiga tahapan penting yaitu proses pemintalan benang
spinning, penenunan weaving dan pencelupan dyeing. Pemintalan benang atau
spinning adalah proses pembuatan benang dari serat kapas, serat polyester atau bahan lainnya. Pada proses awal, kapas diuraikan
melalui proses blowing-carding sehingga serat-serat yang pendek terpisah dari
serat yang panjang. Untuk meratakan berat serat dilakukan proses combing-
drawing. Serat yang akan digunakan digulung pada bobin dalam bentuk roving dan diberi perlakuan proses
ring-spinning sehingga benang menjadi lebih kuat. Benang yang telah dibuat selanjutnya digabung secara memanjang dan
melintang menjadi kain melalui proses penenunan. Penenunan adalah proses penyusunan benang menjadi kain. Proses
penenunan terdiri dari tahap persiapan, penenunan dan pemeriksaan. Pada tahap persiapan, dilakukan proses pengkanjian benang dengan maksud
menambah kekuatan dan memadatkan benang pada kain serta merapatkan anyaman kain dan memudahkan pencucian. Pada tahap penenunan, benang
dipasang pada mesin tenun sedangkan pada tahap akhir dilakukan pemeriksaan kualitas kain yang meliputi pengecekan jenis, kerapatan dan lebar kain serta
nomor dan jumlah benang yang digunakan. Kain yang dihasilkan dari penenunan dilakukan pencelupan untuk meningkatkan nilai komersial kain.
Proses pencelupan kain diawali dengan penghilangan bahan pengotor alami yang terdapat dalam kain seperti
wax, minyak, protein dan mineral-mineral. Tahapan dalam proses pencelupan tekstil pada dasarnya meliputi penghilangan
kanji desizing, pelepasan wax scouring, pengelantangan bleaching,
mercerizing, dan pencelupan dyeing. Desizing merupakan penghilangan sisa- sisa bahan seperti pati, polivinil alkohol dan karboksimetil selulosa yang
digunakan pada proses sizing. Desizing dapat menggunakan asam dan enzim.
Scouring merupakan penghilangan pengotor-pengotor alami yang terdapat pada kain melalui proses safonifikasi pada pH tinggi. Sabun atau detergen
ditambahkan selama proses scouring untuk mengendapkan kalsium, magnesium
maupun besi yang terdapat pada kain. Selanjutnya logam-logam tersebut dihilangkan dengan menambahkan
sequestering agent dan reduktor. Reduktor berfungsi untuk mereduksi ion besi III menjadi besi II dan pada pH yang tinggi
sequestrant mengikat kalsium, magnesium dan besi II membentuk senyawa kompleks.
Bleaching merupakan penghilangan zat warna alami pada kain yang tidak diinginkan. Bahan kimia yang digunakan pada
bleaching di antaranya natrium hipoklorit, hidrogen peroksida dan natrium klorida. Setelah selesai
bleaching dilakukan pencucian dengan larutan antiklor NaHSO
3
untuk menghilangkan sisa-sisa klor.
Mercerising adalah pengolahan kain menggunakan larutan alkali pekat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan serat
mengikat zat warna dan penampakan kain yang lebih lembut. Secara garis besar tahapan dalam produksi tekstil pada Gambar 3.
Gambar 3 Proses pencelupan kain dan karakteristik limbah tekstil. Kain
Desizing Scouring
Bleaching Bahan organik
pH rendah pH tinggi, detergen
dan bahan organik Bahan organik
Mercerizing Dyeing
Proses akhir Kain jadi
pH tinggi Zat warna, bahan
organik dan panas Bahan organik
Air,asam dan enzim NaOHNa
2
CO
3
detergen, sabun NaOClCaOCl
2
NaOH Zat warna
Bahan tambahan Silikon dan fungisida
Karakteristik limbah cair yang dihasilkan sangat erat hubungannya dengan bahan-bahan yang digunakan dalam proses tekstil. Berdasarkan tahapan yang
dilakukan pada proses produksi tekstil, maka air limbah industri tekstil banyak dihasilkan dari proses penghilangan kanji, pengelantangan, pelepasan
wax, merserisasi, pencelupan, pencucian dan penyabunan. Pada umumnya
karakteristik limbah cair industri tekstil disajikan seperti pada Tabel 3. Tabel 3 Karakteristik limbah cair tekstil
Sumber : Azbar et al. 2004.
2.4. Metode Pengolahan Limbah Cair