Diare Akibat Escherichia coli

di permukaan mukosa, 2 menghindar dari sistem pertahanan tubuh inang, 3 multiplikasi dan 4 merusak sel inang. Salah satu karakter E. coli terpenting adalah kemampuannya untuk berkolonisasi pada permukaan mukosa usus walaupun terdapat gerakan peristaltik usus dan kompetisi dengan flora lokal untuk mendapatkan nutrisi Sojka 1981. Seluruh galur E. coli memiliki fimbrae spesifik yang meningkatkan kemampuannya untuk membentuk koloni dan memudahkannya untuk mengadakan perlekatan pada daerah yang tidak biasa digunakan untuk kolonisasi. Jika koloni telah terbentuk, maka E. coli akan mengembangkan strategi patogeniknya, yaitu: 1 produksi enterotoksin, 2 invasi, dan 3 perlekatan intimin dengan mengadakan persinyalan membran Sojka 1981. Escherichia coli strain K 99 mempunyai struktur vili yang mampu menghasilkan perangkat mannose resisten yang adhesive pada bakteri. Komponen utama K 99 merupakan adhesin dan melekat pada reseptornya, yaitu glikolipid gangliosida Neu5Gc-α2-3-Gal-β1-4Glc-β1,1 ceramide. Strain ini mampu menempel pada mukosa usus pedet yang baru lahir, kemudian akan mencapai populasi yang sangat tinggi di dalam usus. Sintesis antigen K 99 tertekan oleh beberapa komponen alanin dan glukosa pada media kompleks. Media yang biasanya digunakan untuk mendeteksi K 99 adalah minca medium yang mengandung asam casamino, KH 2 PO 4 , Na 2 HPO 4 , glukosa, agar, dan air destilata. Strain 101 dari grup O menghasilkan K 99 yang paling banyak dibandingkan dengan yang diproduksi oleh strain yang lain dari grup O Gyles Charles 1993. Patogenitas E. coli tidak hanya tergantung pada kemampuannya untuk menghasilkan endotoksin, akan tetapi juga tergantung pada daya tahan tubuh anak sapi, jumlah kuman untuk menimbulkan penyakit, dan keadaan lingkungan usus yang memungkinkan mikroba untuk berkembang Setiawan et al. 1983.

2.2.3. Diare Akibat Escherichia coli

Pada pedet, kejadian diare akibat E. coli atau lebih sering dikenal dengan kolibasilosis merupakan penyakit yang bersifat akut dan menular dengan gejala yang khas yaitu diare dengan feses berwarna kuning keputihan. Escherichia coli dikenal sebagai penyebab diare pada anak sapi sejak pertama kali berhasil diisolasi Jansen pada tahun 1897 dari feses anak sapi yang menderita diare Setiawan et al. 1983. Diare pada anak sapi neonatal disebabkan oleh infeksi ETEC strain K 99 dan F 41 berasosiasi dengan somatik antigen serogroup O -9 , 20 , atau 101 . Prevalensi kasus diare pada anak sapi di daerah sentra pengembangan sapi perah Jawa Barat berkisar antara 19-40, dengan kematian pedet di bawah umur 1 bulan berkisar antara 8-19 dan dapat terjadi sepanjang tahun Supar 2001. Mekanisme infeksi ETEC pada anak sapi dan anak babi memiliki mekanisme serupa. Enterotoksigenik E. coli akan menempel pada permukaan mukosa usus halus dengan perantaraan antigen perlekatan atau fimbrae K 88 , K 99 , F 41 atau 987 P. Setelah menempel, ETEC kemudian berkembang biak dan memproduksi toksin heat labile toxin LT atau heat stable toxin ST. Aktifitas LT atau ST seperti halnya toksin kolera bekerja dengan menstimulasi sekresi cairan tubuh dan elektrolit secara berlebihan. Oleh karena itu, sekresi yang terjadi lebih banyak dibandingkan dengan absorpsi, sehingga terjadilah diare profus dan dehidrasi. Hal ini menyebabkan hewan yang terinfeksi cepat mati Supar 2001. Pedet yang diare terus-menerus, akan memperlihatkan gejala klinis lemah, lesu, tidak mau menyusu, bulu di daerah perineal kotor oleh feses, mukosa mulut kering pucat kebiruan, turgor kulit jelek dan akhirnya pedet mati. Kematian akibat kolibasilosis dapat mencapai 20-50, tergantung pada hebatnya serangan. Apabila disertai septikemia dan tidak mendapatkan perawatan dengan baik maka kematian dapat mencapai 90-100. Menurunnya daya tahan tubuh pedet dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti stres karena kedinginan, higiene pakan, sanitasi kandang kurang baik, populasi terlalu padat, kurang intake pakan, atau tidak diberi kolostrum dan diberi susu berkualitas rendah Setiawan et al. 1983.

2.2.4. Vaksin Escherichia coli