Waktu dan Tempat Penelitian Desain Penelitian 1. Pemberian Vaksin

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Hewan Percobaan yang dikelola Unit Pelayanan Teknis Hewan Laboratorium UPT Helab Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung mulai bulan Juni hingga Oktober 2007. 3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Hewan Coba Hewan percobaan yang digunakan untuk penelitian ini adalah dua ekor induk sapi betina jenis Friesian Holstein FH pada periode awal kering kandang dan berada pada laktasi 2-3. Selama penelitian, induk sapi dipelihara dan dijaga status kesehatannya. Pakan diberikan dua kali sehari berupa hijauan, konsentrat, dan ampas tahu pada pagi dan sore hari serta pemberian air minum secara ad libitum . Sebelum diberi perlakuan, induk sapi diberi obat cacing dan multivitamin.

3.2.2. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah kapas, syringe, termometer, pengukur waktu, dan stetoskop. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah vaksin E. coli polivalen, immunomodulator, obat cacing, multivitamin, dan alkohol 70. 3.3. Desain Penelitian 3.3.1. Pemberian Vaksin Escherichia coli Pemberian vaksin dilakukan pada kedua ekor sapi. Vaksin yang diberikan adalah vaksin E. coli polivalen dengan kandungan sel bakteri enterotoksigenik E. coli K 99 , F 41 dan K 99 , F 41 serogroup O 9 , 101 , verotoksigenik E. coli serogroup O 157 , formalin 0.02 dan alhidrogel 1.5. Pemberian vaksin dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada 8, 6 dan 4 minggu sebelum induk sapi diperkirakan partus. Vaksinasi diberikan secara injeksi intra muskular dengan dosis 5 mlekor. Sebelum pemberian vaksin, induk sapi diberi imunomodulator Inmun Air ® selama tiga hari berturut-turut dengan dosis 1 mgkg bobot badan per oral. 3.3.2. Pemeriksaan Status Present Pemeriksaan status present dilakukan pada 3 hari sebelum hingga sesudah vaksinasi pertama, kedua, dan ketiga. Parameter yang diamati meliputi temperatur tubuh rektal, frekuensi jantung, dan frekuensi nafas. Data yang diperoleh pada hari ketiga hingga 1 hari sebelum vaksinasi kemudian dirata-ratakan untuk digunakan sebagai data normal individu. Pengukuran temperatur tubuh rektal dilakukan dengan menggunakan termometer yang dimasukkan ke dalam rektum selama sekitar 2-3 menit. Frekuensi respirasi diamati dengan cara menghitung nafas selama 15 detik yang dilihat melalui gerakan abdomen. Hasil yang didapat kemudian dikalikan empat untuk mendapatkan frekuensi nafas per menit. Penghitungan frekuensi jantung dihitung menggunakan stetoskop yang diletakkan pada dinding dada bagian sebelah kiri selama 15 detik kemudian hasil yang diperoleh dikalikan empat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Temperatur Tubuh

Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly 1984, temperatur normal tubuh sapi dewasa berkisar antara 37.8-39.2°C. Gambaran temperatur tubuh induk sapi yang divaksinasi E. coli disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 3, 4, dan 5. Tabel 1 Temperatur tubuh induk sapi yang diberi vaksin E. coli Temperatur °C Vaksinasi I Vaksinasi II Vaksinasi III Waktu Pengamatan Sapi 1 Sapi 2 Sapi 1 Sapi 2 Sapi 1 Sapi 2 Pra vaksinasi 38.2 38.3 38.2 38.1 38.7 38.4 Hari ke-0 vaksinasi 38.4 38.5 38.6 38.3 37.8 38.6 1 hari post vaksinasi 39.1 38.7 37.8 38.2 37.8 37.8 2 hari post vaksinasi 39.1 38.3 38.2 38.3 38.4 38.3 3 hari post vaksinasi 38.6 38.1 38.3 38.6 38.5 38.5 Temperatur tubuh sapi 1 sebelum vaksinasi pertama adalah 38.2 C dan temperatur tubuh sapi 2 adalah 38.3 C. Temperatur tubuh sapi 1 mengalami peningkatan 1.8 dari 38.4 C pada hari ke-0 sebelum vaksinasi pertama menjadi 39.1 C pada hari pertama dan kedua setelah vaksinasi pertama. Peningkatan ini mendekati batas atas nilai normal temperatur tubuh menurut Kelly 1984 yaitu 39.2 C. Menurut Hellon et al. 1991, pirogen eksogen seperti bakteri, jamur atau virus yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan terjadinya peningkatan suhu tubuh. Pirogen eksogen akan bekerja sebagai antigen yang mempengaruhi sistem imun sehingga tubuh akan memproduksi sel darah putih lebih banyak untuk meningkatkan kekebalan tubuh melawan antigen. Menurut Lorenz Larry 1987, pirogen eksogen akan merangsang neutrofil, monosit, dan eosinofil untuk melepaskan zat yang disebut pirogen endogen yang akan mempengaruhi