Frekuensi Jantung HASIL DAN PEMBAHASAN

mempengaruhi temperatur tubuh antara lain umur hewan, waktu pengukuran temperatur tubuh, kondisi lingkungan, aktifitas hewan serta fungsi reproduksi mampu memberikan pengaruh terhadap temperatur tubuh.

4.2. Frekuensi Jantung

Frekuensi jantung normal pada sapi betina dewasa pada masa akhir kebuntingan menurut Kelly 1984 adalah 63-112 kalimenit. Nilai ini lebih tinggi 15-40 dari frekuensi jantung normal pada sapi dewasa yang tidak sedang bunting yaitu 55-80 kalimenit. Nilai ini akan terus meningkat pada saat partus. Gambaran perubahan frekuensi jantung induk sapi yang divaksinasi selama percobaan disajikan dalam Tabel 2 dan Gambar 6, 7, dan 8. Tabel 2 Frekuensi jantung induk sapi yang diberi vaksin E. coli Frekuensi Jantung kalimenit Vaksinasi I Vaksinasi II Vaksinasi III Waktu Pengamatan Sapi 1 Sapi 2 Sapi 1 Sapi 2 Sapi 1 Sapi 2 Pra vaksinasi 71 72 79 96 83 97 Hari ke-0 vaksinasi 76 92 88 92 72 104 1 hari post vaksinasi 96 112 88 92 68 92 2 hari post vaksinasi 84 108 76 104 80 96 3 hari post vaksinasi 80 92 76 68 80 100 Frekuensi jantung sapi 1 sebelum vaksinasi pertama adalah 71 kalimenit. Frekuensi jantung sapi 1 kemudian mengalami peningkatan 26.3 dari 76 kalimenit pada hari ke-0 sebelum vaksinasi pertama menjadi 96 kalimenit pada hari pertama setelah vaksinasi pertama. Sedangkan frekuensi jantung sapi 2 sebelum vaksinasi pertama adalah 72 kalimenit, frekuensi jantung sapi 2 kemudian mengalami peningkatan 21.7 dari 92 kalimenit pada hari ke-0 sebelum vaksinasi pertama menjadi 112 kalimenit pada hari pertama setelah vaksinasi pertama. Peningkatan yang terjadi pada sapi 2 di hari pertama setelah vaksinasi pertama ini mencapai batas atas kisaran normal frekuensi jantung menurut Kelly 1984 yaitu 63-112 kalimenit. Peningkatan frekuensi jantung yang terjadi bersamaan dengan terjadinya peningkatan temperatur tubuh. Menurut laporan Pamujo 1997, proses metabolisme memiliki hubungan positif dengan panas tubuh dimana saat produksi panas akibat proses metabolisme meningkat maka temperatur tubuh juga akan ikut meningkat. Peningkatan temperatur tubuh yang tinggi ini kemudian akan merangsang neuron-neuron khusus dalam hipotalamus anterior dan impuls kemudian dikirimkan melalui sistem syaraf simpatis. Impuls syaraf simpatis ini memberikan efek peningkatan frekuensi kontraksi jantung. Menurut Frandson 1992, saraf-saraf simpatis akan merangsang kerja jantung dengan melepaskan transmiter norepinefrin. Gambar 6 Frekuensi jantung induk sapi yang diberi vaksin E. coli pertama Gambar 7 Frekuensi jantung induk sapi yang diberi vaksin E. coli kedua Gambar 8 Frekuensi jantung induk sapi yang diberi vaksin E. coli ketiga Menurut Chiyanga 1991, peningkatan temperatur tubuh disebabkan karena terjadinya peningkatan kecepatan metabolisme basal sebagai proses reaksi kimia di dalam sel. Peningkatan kecepatan metabolisme ini menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan oksigen sehingga tubuh akan merespon melalui peningkatan denyut jantung agar mampu menyediakan oksigen lebih banyak. Frekuensi jantung sapi 1 sebelum vaksinasi kedua adalah 79 kalimenit dan frekuensi jantung sapi 1 pada hari pertama setelah vaksinasi kedua tidak mengalami perubahan dari hari ke-0 sebelum vaksinasi kedua yaitu sebesar 88 kalimenit. Pada hari kedua dan ketiga setelah pemberian vaksinasi, frekuensi jantung sapi 1 turun menjadi 76 kalimenit. Sedangkan frekuensi jantung sapi 2 sebelum vaksinasi kedua adalah 92 kalimenit dan frekuensi jantung sapi 2 di hari pertama setelah vaksinasi kedua tidak mengalami perubahan dari hari ke-0 sebelum vaksinasi kedua, yaitu sebesar 92 kalimenit. Frekuensi jantung sapi 2 kemudian meningkat menjadi 104 kalimenit pada hari kedua setelah vaksinasi kedua dan turun menjadi 68 kalimenit pada hari ketiga setelah vaksinasi. Semua perubahan yang terjadi ini masih berada dalam kisaran frekuensi jantung normal menurut Kelly 1984. Menurut Kelly 1984, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi frekuensi denyut jantung hewan adalah spesies, ukuran tubuh hewan, umur, kondisi fisik, jenis kelamin, kebuntingan, kelahiran partus, laktasi, dan aktifitas fisik. Menurut Frandson 1992, kecepatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi dikendalikan oleh impuls dari sistem saraf otonom. Stimulasi saraf-saraf vagus cenderung akan menghambat kerja jantung dengan menurunkan daya kontraksi dari otot jantung, kecepatan kontraksi, dan kecepatan konduksi impuls di dalam jantung. Sementara rangsangan simpatis akan meningkatkan aktivitas jantung, kecepatan konduksi impuls dan arus darah guna mensuplai lebih banyak darah. Menurut Rosenberger 1979, frekuensi jantung sapi sangat dipengaruhi oleh aktifitas atau penggunaan energi oleh tubuh, rangsangan fisik serta kondisi lingkungan suhu dan kelembaban setempat. Pemberian vaksinasi ketiga tidak memberikan perubahan besar pada frekuensi jantung, baik pada sapi 1 maupun sapi 2. Frekuensi jantung sapi 1 sebelum vaksinasi ketiga adalah 83 kalimenit. Frekuensi jantung sapi 1 kemudian mengalami penurunan 5.6 dari 72 kalimenit pada hari ke-0 sebelum vaksinasi ketiga menjadi 68 kalimenit pada hari pertama setelah vaksinasi ketiga. Frekuensi jantung sapi 1 kemudian meningkat menjadi 80 kalimenit di hari kedua dan ketiga setelah vaksinasi ketiga. Sedangkan pada sapi 2, frekuensi jantung sebelum vaksinasi ketiga adalah 97 kalimenit. Frekuensi jantung sapi 2 kemudian menurun 11.5 dari 104 kalimenit pada hari ke-0 sebelum vaksinasi ketiga menjadi 92 kalimenit pada hari pertama setelah vaksinasi ketiga. Frekuensi jantung sapi 2 kemudian meningkat menjadi 96 kalimenit pada hari kedua setelah vaksinasi ketiga dan menjadi 100 kalimenit pada hari ketiga setelah vaksinasi ketiga. Perubahan-perubahan ini masih berada dalam kisaran normal frekuensi jantung.

4.3. Frekuensi Nafas