Frekuensi Nafas HASIL DAN PEMBAHASAN

dari otot jantung, kecepatan kontraksi, dan kecepatan konduksi impuls di dalam jantung. Sementara rangsangan simpatis akan meningkatkan aktivitas jantung, kecepatan konduksi impuls dan arus darah guna mensuplai lebih banyak darah. Menurut Rosenberger 1979, frekuensi jantung sapi sangat dipengaruhi oleh aktifitas atau penggunaan energi oleh tubuh, rangsangan fisik serta kondisi lingkungan suhu dan kelembaban setempat. Pemberian vaksinasi ketiga tidak memberikan perubahan besar pada frekuensi jantung, baik pada sapi 1 maupun sapi 2. Frekuensi jantung sapi 1 sebelum vaksinasi ketiga adalah 83 kalimenit. Frekuensi jantung sapi 1 kemudian mengalami penurunan 5.6 dari 72 kalimenit pada hari ke-0 sebelum vaksinasi ketiga menjadi 68 kalimenit pada hari pertama setelah vaksinasi ketiga. Frekuensi jantung sapi 1 kemudian meningkat menjadi 80 kalimenit di hari kedua dan ketiga setelah vaksinasi ketiga. Sedangkan pada sapi 2, frekuensi jantung sebelum vaksinasi ketiga adalah 97 kalimenit. Frekuensi jantung sapi 2 kemudian menurun 11.5 dari 104 kalimenit pada hari ke-0 sebelum vaksinasi ketiga menjadi 92 kalimenit pada hari pertama setelah vaksinasi ketiga. Frekuensi jantung sapi 2 kemudian meningkat menjadi 96 kalimenit pada hari kedua setelah vaksinasi ketiga dan menjadi 100 kalimenit pada hari ketiga setelah vaksinasi ketiga. Perubahan-perubahan ini masih berada dalam kisaran normal frekuensi jantung.

4.3. Frekuensi Nafas

Frekuensi pernafasan merupakan salah satu indikator bagi status kesehatan hewan ternak. Frekuensi nafas normal untuk sapi dewasa menurut Kelly 1984 berkisar antara 15-30 kalimenit, dan nilai ini akan semakin meningkat pada masa akhir kebuntingan terutama pada saat partus. Gambaran perubahan frekuensi nafas induk sapi yang divaksinasi selama percobaan disajikan dalam Tabel 3 dan Gambar 9, 10, dan 11. Tabel 3 Frekuensi nafas induk sapi yang diberi vaksin E. coli Frekuensi Nafas kalimenit Vaksinasi I Vaksinasi II Vaksinasi III Waktu Pengamatan Sapi 1 Sapi 2 Sapi 1 Sapi 2 Sapi 1 Sapi 2 Pra vaksinasi 32 31 35 32 32 40 Hari ke-0 vaksinasi 36 52 40 28 36 40 1 hari post vaksinasi 52 64 32 32 32 36 2 hari post vaksinasi 48 48 32 40 44 36 3 hari post vaksinasi 40 28 28 40 44 40 Berdasarkan hasil yang disajikan dalam Gambar 9 terlihat bahwa, frekuensi nafas pada sapi 1 dan sapi 2, mengalami peningkatan yang cukup tinggi dan berada di atas kisaran normal setelah pemberian vaksin pertama. Frekuensi nafas sapi 1 sebelum vaksinasi pertama adalah 33 kalimenit. Frekuensi nafas sapi 1 mengalami peningkatan sebesar 44.4 dari 36 kalimenit pada hari ke-0 sebelum vaksinasi pertama menjadi 52 kalimenit sehari setelah vaksinasi pertama. Frekuensi nafas sapi 1 kemudian turun menjadi 48 kalimenit di hari kedua setelah vaksinasi pertama dan menjadi 40 kalimenit di hari ketiga setelah vaksinasi pertama. Sedangkan frekuensi nafas sapi 2 sebelum vaksinasi adalah 31 kalimenit dan frekuensi nafas sapi 2 mengalami peningkatan sebesar 23.1 dari 52 kalimenit pada hari ke-0 sebelum vaksinasi pertama menjadi 64 kalimenit sehari setelah vaksinasi pertama. Frekuensi nafas sapi 2 kemudian menurun menjadi 48 kalimenit di hari kedua setelah vaksinasi pertama dan menurun menjadi 28 kalimenit dihari ketiga setelah vaksinasi pertama. Perubahan frekuensi nafas ini hampir sejalan dengan perubahan temperatur tubuh dan perubahan frekuensi jantung yang terjadi. Menurut Rosenberger 1979, saat terjadi peningkatan temperatur tubuh sapi 1kan disertai pula dengan terjadinya peningkatan frekuensi jantung dan frekuensi nafas. Menurut Kelly 1984, peningkatan frekuensi nafas akan terjadi bersamaan dengan peningkatan temperatur tubuh karena terjadinya peningkatan kebutuhan oksigen. Hal ini didukung pula oleh Frandson 1992 yang melaporkan bahwa suhu yang lebih tinggi akan merangsang pelepasan O 2 dari HbO 2, karena sel-sel yang bermetabolisme dengan cepat akan memiliki suhu yang lebih tinggi dan kebutuhan terhadap oksigen dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan sel-sel yang tidak aktif. Fungsi utama pernafasan menurut Frandson 1992 adalah menyediakan oksigen untuk darah dan mengambil karbondioksida dari darah. Pernafasan juga berfungsi untuk mengatur temperatur tubuh dan keasaman cairan ekstraseluler. Pernafasan yang cepat dapat terjadi akibat stimulasi pusat respirasi untuk meningkatkan ventilasi pulmoner dan pertukaran gas. Sedangkan menurut Lorenz Lary 1987, peningkatan frekuensi nafas dapat terjadi secara fisiologis akibat aktifitaslatihan, panas, atau kegelisahan hewan dan dapat terjadi secara patologis seperti akibat kerusakan sistem saraf pusat atau kerusakan pada otak bagian pons dan medula oblongata. Kelly 1984 menambahkan bahwa keadaan patologis yang mengakibatkan terjadinya peningkatan frekuensi nafas adalah penyakit jantung, obstruksi saluran pernafasan, peradangan pada saluran nafas seperti pleuritis, peritonitis dan dalam keadaan anemia. Gambar 9 Frekuensi nafas sapi yang diberi vaksin E. coli pertama Gambar 10 Frekuensi nafas sapi yang diberi vaksin E. coli kedua Gambar 11 Frekuensi nafas sapi yang diberi vaksinasi E. coli ketiga Frekuensi nafas pada vaksinasi kedua dan ketiga, baik pada sapi 1 maupun sapi 2 relatif stabil. Frekuensi nafas sapi 1 sebelum vaksinasi kedua adalah 35 kalimenit. Frekuensi nafas sapi 1 mengalami penurunan 20 dari 40 kalimenit pada hari ke-0 sebelum vaksinasi kedua menjadi 32 kali menit pada hari pertama dan kedua setelah vaksinasi kedua. Frekuensi nafas sapi 1 kemudian menurun menjadi 28 kali di hari ketiga setelah vaksinasi kedua. Frekuensi nafas sapi 2 sebelum vaksinasi adalah 32 kalimenit. Frekuensi nafas pada sapi 2 mengalami peningkatan 14.3 dari 28 kalimenit pada hari ke-0 sebelum vaksinasi kedua menjadi 32 kalimenit sehari setelah vaksinasi kedua. Frekuensi nafas sapi 2 kemudian meningkat menjadi 40 kalimenit dihari kedua dan ketiga setelah vaksinasi kedua. Sementara pada vaksinasi ketiga, frekuensi nafas sapi 1 sebelum vaksinasi ketiga adalah 32 kalimenit. Frekuensi nafas sapi 1 mengalami penurunan 11.1 dari 36 kalimenit di hari ke-0 sebelum vaksinasi ketiga menjadi 32 kalimenit sehari setelah vaksinasi ketiga. Frekuensi nafas sapi 1 kemudian meningkat menjadi 44 kalimenit pada hari kedua dan ketiga setelah vaksinasi ketiga. Untuk sapi 2, frekuensi nafas sebelum vaksinasi ketiga adalah 40 kalimenit. Frekuensi nafas sapi 2 kemudian mengalami penurunan 10 dari 40 kalimenit pada hari ke- 0 sebelum vaksinasi ketiga menjadi 36 kalimenit pada hari pertama dan kedua setelah vaksinasi ketiga. Frekuensi nafas sapi 2 kemudian meningkat menjadi 40 kalimenit dihari ketiga setelah vaksinasi ketiga. Menurut Kelly 1984, beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi nafas adalah ukuran tubuh, umur hewan, aktifitas fisik, kegelisahan, suhu lingkungan, kondisi kesehatan hewan, dan kebuntingan. Sedangkan menurut Rosenberger 1979, faktor yang paling mempengaruhi frekuensi nafas suatu individu adalah kegelisahan dan aktifitas tubuh hewan, kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban udara, serta status kesehatan hewan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN