TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manfaat Penelitian
10 WCED mendekati masalah lingkungan dan pembangunan dengan sudut pandang
sebagai berikut Raharjo, 2007: 1.
Ketergantungan Interdependency Masalah polusi, penggunaan bahan kimia, kerusakan sumber plasma nutfah,
pertumbuhan kota, dan konservasi sumberdaya alam, tidak mengenal batas negara. Mengingat permasalahan saling ketergantungan, maka pendekatan
harus dilakukan lintas sektor antar negara. 2.
Berkelanjutan sustainability Sumberdaya alam sebagai sumber bahan baku kegiatan industri, perdagangan,
perikanan, dan energi, harus dipertimbangkan untuk generasi yang akan datang.
3. Pemerataan Equity
Desakan kemiskinan bisa mengakibatkan eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan, sehingga perlu dilakukan pengaturan untuk pemerataan.
4. Sekuriti dan Resiko Lingkungan
Perlombaan senjata dan pembangunan tanpa memperhitungkan dampak negatif kepada lingkungan turut memperbesar resiko lingkungan. Segi ini
perlu ditanggapi dalam pembangunan berwawasan lingkungan. 5.
Pendidikan dan Komunikasi Pendidikan dan komunikasi berwawasan lingkungan dibutuhkan untuk
ditingkatkan di berbagai tingkat pendidikan dan lapisan masyarakat. 6.
Kerjasama Internasional Pola kerjasama internasional dipengaruhi oleh pendekatan pengembangan
sektoral. Pertimbangan lingkungan kurang diperhitungkan. Beberapa poin yang dikemukakan oleh WCED di atas sangat penting
untuk diperhatikan oleh berbagai pihak yang terkait dengan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan tidak saja
berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas dari itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi,
pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan selanjutnya disebut 3 Pilar Pembangunan berkelanjutan Raharjo, 2007.
11 Menurut Sutrisno 2008, lingkungan adalah kombinasi dari semua kondisi
yang mempengaruhi sebuah organisme, termasuk kondisi fisik dan kimiawi misalnya; iklim, tanah, dan lain-lain, maupun pengaruh organisme hidup lain.
Lingkungan dapat juga didefinisikan sebagai segala sesuatu yang melingkupi sebuah organisme, yakni kondisi-kondisi yang mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhannya. Lingkungan hidup mempunyai sumber daya yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya alam hayati, sumber daya alam non hayati dan
sumber daya buatan. Sumber daya alam merupakan unsur lingkungan yang terdiri dari unsur hayati dan non hayati, yang memiliki sumber energi untuk
terbentuknya sistem. Sumber daya ekologi berupa energi terjadi karena adanya interaksi dan interdependensi antara makluk hidup dengan lingkungan.
Agar lingkungan dapat bermanfaat bagi makhluk hidup disekitarnya, diperlukan pengelolaan terhadap lingkungan atau dengan kata lain diperlukan
manajemen lingkungan. Menurut Sutrisno 2008, manajemen lingkungan adalah kegiatan komprehensif, mencakup pelaksanaan kegiatan, pengamatan untuk
mencegah pencemaran air, tanah, udara dan konservasi habitat dan keanekaragaman hayati. Manajemen lingkungan merupakan suatu konsep
pendekatan keseimbangan dengan melakukan manajemen sumber daya alam untuk pemenuhan kepentingan politis, sosial ekonomi sesuai dengan ketersediaan
lingkungan alami dan menitik beratkan pada nilai, distribusi, hukum alam, dan kesimbangan antar generasi Sutrisno, 2008.
Pengelolaan banyak diartikan sebagai upaya sadar dan terpadu untuk mencapai suatu tujuan yang disepakati bersama. Dalam konteks lingkungan
bandara, pengelolaan lingkungan bandara dapat diartikan sebagai upaya terpadu untuk mengembangkan strategi untuk menghadapi, menghindari dan
menyelesaikan penurunan kualitas lingkungan bandara dan untuk mengorganisasikan program-program pelestarian lingkungan dan pembangunan
bandara yang berwawasan lingkungan.
Menurut Rachman 2007, bandar udara harus dirancang dengan baik sehingga sesuai dengan
lingkungan sekitarnya. Perencanaan bandar udara harus dilakukan didalam
konteks rencana regional yang menyeluruh. Lokasi, ukuran, dan konfigurasi
harus disesuaikan dengan pola pengembangan pemukiman yang sudah
12
ada dan yang direncanakan dengan mempertimbangkan pengaruh terhadap
lingkungan. Pengoperasian bandar udara tidak hanya difokuskan pada pergerakan
penumpang dan barang, sistem kontrol kualitas lingkungan harus diberikan prioritas
tinggi, seperti pengelolaan limbah, manajemen pengelolaan buangan dan kegiatan
yang ramah lingkungan. Dampak pembangunan bandar udara dan fasilitas umum
terhadap lingkungan hanya mendapat sedikit perhatian. Keberatan mengenai isu
lingkungan sangat jarang, dan baru pada akhir-akhir ini masyarakat mulai peduli dampak pengoperasian bandar udara terhadap lingkungan. Barangkali ini disebabkan
oleh makin memburuknya masalah-masalah lingkungan dan peningkatan kegiatan penerbangan
Rachman, 2007
. Rachman 2007 menyatakan bahwa
perencanaan dan pengembangan pembangunan bandar udara ke
depan harus memperhatikan lingkungan eco- airport, sehingga bandar udara
dapat berfungsi secara efektif dan efisien, tidak hanya ditinjau dari aspek
teknis saja tapi juga dari segi sosial kemasyarakatan, ekonomi, dan
lingkungan. Konsep eco-airport adalah rancangan dimana bandar
udara direncanakan, dikembangkan, dan dioperasikan dengan tujuan menciptakan
sarana dan prasarana perhubungan yang ramah lingkungan di dalam lingkungan
bandar udara sendiri dan di daerah sekelilingnya. Konsep eco-airport diterapkan pertama kali oleh negara Jepang Bandar Udara Narita
,
dimana bandar udara telah menerapkan konsep bandar udara yang
berwawasan lingkungan dan memperkecil rasio pencemaran lingkungan sekitar
bandar udara yang dapat mempengaruhi kegiatan operasional bandar udara. Konsep baru tersebut
kemudian diikuti oleh negara–negara lain seperti Singapura Changi Airport dan
Malaysia Kuala Lumpur International Airport. Menurut Rachman 2007, konsep eco-airport bandar udara diharapkan
bisa melakukan prevention pollution mencegah terjadinya polusi. Komponen eco-
airport terdiri dari noise kebisingan, vibration getaran, atmosfhere udara,
water air, soil tanah, waste material sampah, energy energi, kawasan
keselamatan operasi penerbangan, dan kesehatan masyarakat Community
Health. Pengelolaan lingkungan hidup di bandar udara pada suatu negara akan
mengikuti aturan-aturan pengelolaan lingkungan hidup di negara bersangkutan.
Aturan-aturan tersebut mengadopsi aturan lingkungan hidup yang berlaku di dunia. Bandar udara sebagai suatu layanan penerbangan sipil dalam pengelolaan
13 lingkungannya juga harus mengikuti standar yang berlaku di dunia. Beberapa
produk hukum yang harus dipatuhi dalam pengelolaan bandar udara adalah aturan-aturan ICAO International Civil Aviation Organization dan FAA
Federal Aviation Administration, dan aturan-aturan lain yang berlaku di dunia.
Penerapan eco-airport di bandar udara dapat dilakukan dengan perubahan
dalam pola pikir, tingkah laku, penerapan pengetahuan, dan perbaikan teknologi
dibidang penerbangan sipil dan pengelola bandar udara yang berbasis lingkungan.
Konsep atau filosofi dasar dari eco-airport adalah sebagai berikut: 1 pengoperasian
bandar udara yang mengikuti perspektif lingkungan udara secara global; 2
mengoperasikan bandar udara yang bisa eksis secara harmonis dengan lingkungan
global; dan 3 menyelenggarakan bandar udara yang kapabel yang dalam
perkembangannya dapat menyesuaikan dengan kebutuhan yang berkelanjutan.
Lingkungan sekitar bandar udara diharapkan dapat mencegah dan mengurangi polusi
kebisingan, memanfaatkan penggunaan luas lahan di sekitar bandar udara,
mengembangkan hubungan secara regional terhadap bandar udara yang lain, dan
mengembangkan keharmonisan bandar udara terhadap wilayahnya
Rachman, 2007
.