Keadaan Umum Bandara Influences of work values on environment at the airport a case study in five airports in Indonesia

4.2.1. Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali

Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali merupakan bandara andalan dari 13 bandara dalam pengelolaan PT. Angkasa Pura I yang terletak di Pulau Bali. Pada tahun 2002, Bandar Udara Ngurah Rai, Bali melayani 4,8 juta penumpang dan pada tahun 2003 bandara ini dianugerahi penghargaan “Pelayanan Prima” dari Departemen Perhubungan yang mencerminkan bahwa bandara ini telah mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggannya. Bandara ini disiapkan untuk mengakomodasi 13 juta penumpang per tahun pada tahun 2020. Pertumbuhan jalur penerbangan antara Asia dan Pasifik menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun yang mencapai puncaknya pada tahun 1997 5,2 juta penumpang dan 57 ribu pergerakan pesawat. Sejak tragedi WTC tahun 2001 dan Bom Bali tahun 2002, pertumbuhan jalur penerbangan mengalami penurunan dan diharapkan akan pulih kembali pada tahun 2004. Lahan yang terletak di area selatan landasan pacu dapat dikembangkan dengan membangun lapangan golf, driving range atau fasilitas hangar. Bisnis properti yang lain seperti shopping center, gudang, kargo, hotel, restoran, dan bank dapat dibangun pada lahan Kuta yang luasnya lebih kurang 4 Ha dan berlokasi di Jalan Sunset Road yang diharapkan akan banyak dikunjungi oleh wisatawan. Secara garis besar deskripsi Bandara Internasional Ngurah Rai pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Deskripsi Keadaan Bandara Ngurah Rai Tahun 2004 No. Description International Domestic LocalTransit Total 1 Aircraft Movement 19.276 37.132 2.411 58.819 2 Passangers 2.998.032 2.919.806 107.111 6.024.949 3 Baggage Ton 46.908 32.287 79.195 4 Cargo Ton 38.894 17.341 56.235 5 Mail Ton 154 464 618

4.2.2. Bandar Udara Internasional Juanda, Surabaya

Bandara Internasional Juanda terletak di Jawa Timur dan merupakan salah satu bandara andalan dari 13 bandara yang dikelola PT. Angkasa Pura I. Pada tahun 2002, bandara ini telah melayani 4,7 juta penumpang. Pada tahun 2003 Bandara Juanda memperoleh penghargaan dari Departemen Perhubungan berupa “Pelayanan Prima” dengan predikat memuaskan. Pertumbuhan jalur penerbangan Bandara Juanda dari tahun ke tahun memperlihatkan peningkatan yang cukup signifikan dan hal ini dapat dilihat pada tahun 2002 dimana bandara tersebut telah melayani 4,7 juta penumpang. Namun, akibat dari kurang kondusifnya iklim keamanan nasional dan pengaruh wabah SARS serta invasi Amerika ke Irak, pertumbuhan jalur penerbangan pada tahun 2001 mengalami penurunan. Pada akhir tahun 2002, pertumbuhan jalur penerbangan di Bandara Juanda mulai meningkat kembali dan diharapkan pada tahun 2004 dapat pulih kembali. Bandar udara Juanda menyediakan lahan untuk usaha dilantai atas terminal penumpang yang dapat dikembangkan menjadi ruang pertemuankonferensi, CIP Commercial Important Person, hotel transit, pusat informasi bisnis, area promosi, dan industri perdagangan. Adapun lahan-lahan yang tersedia di sekitar bandara dapat dimanfaatkan untuk gudang, business center dan rumah sakit internasional. Secara garis besar deskripsi Bandara Juanda pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Deskripsi Keadaan Bandara Juanda Tahun 2004 No. Description International Domestic LocalTransit Total 1 Aircraft Movement 7.138 86.715 3.573 97.426 2 Passangers 770.122 7.258.348 534.277 8.562.747 3 Baggage Ton 12.974 62.657 75.631 4 Cargo Ton 12.686 51.264 63.950 5 Mail Ton 6 1.361 1.367

4.2.3. Bandar Udara Internasional Hasanuddin, Makasar

Pada tahun 2005, MAATS Makassar Advance Air Traffic Services sebagai ATS Center mulai beroperasi penuh di Bandara Hasanuddin Makasar. MAATS berfungsi untuk mengelola wilayah udara mulai dari atas Pulau Kalimantan hingga Pulau Irian, sedangkan untuk wilayah barat dikelola oleh JAATS Jakarta Advance Air Traffic Services. MAATS adalah suatu sistem yang memandu sistem lalu lintas penerbangan dimana sistem yang dipakai telah terkomputerisasi. Sistem ini menggunakan software buatan Thales ATM versi terbaru, yaitu Erocat – X yang mampu memproses semua data penerbangan, melakukan kalkulasi, dan akhirnya disajikan di hadapan Controller melalui layar Radar Monitor dengan model Electronic Strips paperless yang dilengkapi dengan Human Machine Interface yang user friendly. MAATS juga dilengkapi dengan Automatic Weather Observation System AWOS yang mampu menampilkan kondisi cuaca terkini. Dengan informasi yang lebih cepat dan akurat, para controller akan lebih mudah dalam melakukan perencanaan dan manajemen lalu lintas pesawat, sehingga dapat memberikan efisiensi kenyamanan bagi para pilot. Pertumbuhan jalur penerbangan Bandara Hasanuddin mencapai puncaknya pada tahun 1997, dimana terdapat 1,5 juta penumpang dan 35 ribu pergerakan pesawat. Kondisi ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 tidak menunjukkan iklim yang kondusif, sehingga pertumbuhan jalur penerbangan mengalami penurunan secara signifikan. Tahun 2003 diharapkan menjadi titik balik peningkatan pertumbuhan jalur penerbangan. Bandara Hasanuddin melayani beberapa jalur penerbangan yang ada di Indonesia diantaranya menuju ke kawasan Indonesia bagian timur. Secara garis besar deskripsi Bandara Hasanuddin pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Deskripsi Keadaan Bandara Hasanuddin Tahun 2004 No. Description International Domestic LocalTransit Total 1 Aircraft Movement 614 43.759 76 44.449 2 Passangers 69.343 2.514.936 859.144 3.443.423 3 Baggage Ton 1.872 30.200 31.072 32.072 4 Cargo Ton 922 26.780 27.702 5 Mail Ton 914 914 Lahan di lingkungan bandara dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha gudang, hotel transit, dan lain-lain. Selain itu, lahan di Jalan Maros- Makasar dapat dikembangkan menjadi pusat perbelanjaan, SPBU dan perkantoran.

4.2.4. Bandar Udara Internasional Sepinggan, Balikpapan

Bandara Sepinggan, Balikpapan merupakan bandara ke-4 terbesar dari 13 bandara yang dikelola PT. Angkasa Pura I. Posisi bandara yang strategis di kawasan Indonesia Bagian Tengah diharapkan menjadi penghubung kawasan Indonesia Bagian Barat dengan kawasan Indonesia Bagian Timur. Posisi yang strategis dan didukung pula oleh potensi alam Kalimantan Timur yang menjadi daya tarik industri pariwisata, diharapkan akan dapat meramaikan Bandara Sepinggan. Sebagai salah satu bandara yang berada di kawasan Indonesia Tengah, perkembangan penerbanganan dan penumpang terjadi di Bandara Sepinggan terus meningkat sejak pasca krisis ekonomi. Dalam tahun 1999, Bandara Sepinggan telah melayani 25 ribu pergerakan pesawat dan 706 ribu pergerakan penumpang. Kenaikan tersebut berlanjut hingga tahun 2002 yaitu sebesar 33 ribu pergerakan pesawat dan 1,3 juta pergerakan penumpang. Peningkatan tersebut menggambarkan bahwa pemulihan krisis ekonomi untuk Kalimantan Timur relatif lebih cepat dari daerah lainnya. Lahan-lahan yang masih tersedia di sekitar bandara, dikembangkan hotel transit, business center, pusat informasi investasi, warehousing, meeting room, restoran, dan mini market. Pada lahan seluas 70.000 m 2 sekitar pantai di selatan bandar udara dapat dikembangkan menjadi lapangan golf, cottages, pantai wisata dan lain-lain. Secara garis besar deskripsi Bandara Sepingan pada Tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Deskripsi Keadaan Bandara Sepinggan Tahun 2004 No Description International Domestic LocalTransit Total 1 Aircraft Movement 1.243 19.232 939 21.414 2 Passangers 41.703 2.129.239 31.717 2.202.659 3 Baggage Ton 339 14.770 15.109 4 Cargo Ton 642 9.440 10.082 5 Mail Ton

4.2.5. Bandar Udara Internasional Pattimura, Ambon

Bandara Pattimura, disela keindahan Teluk Ambon adalah salah satu pusat dinamika kehidupan di belahan Indonesia bagian Timur dan Kepulauan Maluku. Bandara Pattimura yang telah selesai dikembangkan pada tahun 2003 melalui program bantuan Asian Development Bank ADB menjadikan bandara tersebut sebagai bandara tujuan wisata yang modern dan indah serta mempunyai prospek yang cukup cerah pasca kerusuhan. Pulihnya keamanan di Ambon pasca kerusuhan memberikan harapan bagi pertumbuhan jalur penerbangan di Bandara Pattimura seperti tahun-tahun sebelum terjadi kerusuhan. Keberadaan Bandara Pattimura memberikan peran yang cukup dominan bagi pembangunan perekonomian Ambon dan Maluku serta Indonesia secara keseluruhan. Sejalan dengan mulai kondusifnya keamanan di Ambon, pertumbuhan jalur penerbangan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari pencapaian arus pergerakan pesawat pada tahun 2002 sebesar 2 ribu pergerakan pesawat serta 85 ribu pergerakan penumpang. Terminal penumpang yang baru selesai dibangun di Bandar Udara Pattimura dapat menyediakan ruangan untuk perkantoran, CIP room dan sebagainya. Di daerah Air Manis terdapat lahan seluas 18.500 m 2 yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan bisnis pertanian. Secara garis besar deskripsi Bandara Pattimura pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Deskripsi Keadaan Bandara Pattimura Tahun 2004 No Description International Domestic LocalTransit Total 1 Aircraft Movement 2 5.986 166 6.154 2 Passangers 321.679 1.684 323.363 3 Baggage Ton 4.337 4.337 4 Cargo Ton 1.779 1.779 5 Mail Ton 33 33

4.2.6 Sintesis Gambaran Umum Bandara

Berdasarkan gambaran umum dari masing-masing bandara yang menjadi lokasi penelitian dapat dilihat bahwa terdapat keragaman atau variabilitas dari masing-masing bandara, mulai dari aircraft movement pergerakan pesawat, passangers penumpang, baggage bagasi, cargo muatan, sampai kepada mail surat. Adanya keragaman tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti ketersediaan pesawat dan jumlah rute penerbangan ke bandara tersebut, jumlah penumpang yang bepergian dari dan keluar daerah, jumlah barangmuatan yang dibawa oleh penumpang, dan lain sebagainya sehingga kesemua hal tersebut mempengaruhi tingkat kepadatan bandara. Pada deskripsi keadaan masing-masing bandara dapat dilihat bahwa air movement pergerakan pesawat di masing-masing bandara menunjukkan nilai yang sangat berbeda. Pergerakan pesawat terbanyak terjadi pada bandara Juanda, Surabaya, dimana pada tahun 2004, jumlah pesawat yang datang dan pergi melalui bandara tersebut mencapai angka 97.426 pesawat, disusul oleh bandara Ngurah Rai, Bali, dan bandara Hasanudin, Makasar yang masing-masing mencapai angka 58.819 dan 44.449 pesawat. Sementara itu, dua bandara lainnya, yaitu Sepinggan, Balikpapan dan Pattimura, Ambon merupakan bandara yang paling kecil jumlah pergerakan pesawatnya dibandingkan dengan bandara lainnya dengan total pergerakan pesawat masing-masing 21.414 dan 4.154 pesawat. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa bandara Juanda merupakan bandara yang paling padat dibandingkan dengan empat bandara lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya penumpang domestik yang bepergian melalui bandara ini, disamping terdapat pula jumlah pesawat yang transit yang cukup besar pada bandara ini. Akan tetapi, jika dicermati dari pergerakan pesawat internasional, maka bandara yang paling padat adalah bandara Ngurah Rai, Bali. Hal ini dikarenakan provinsi Bali merupakan daerah tujuan wisata mancanegara yang paling banyak dikunjungi oleh turis asing, sehingga hal tersebut turut mempengaruhi tingkat kepadatan bandara di Bali. Hasil yang terlihat pada deskripsi umum masing-masing bandara juga menunjukkan bahwa item-item lainnya, yaitu jumlah passangers penumpang, baggage bagasi, cargo muatan, sampai kepada mail surat didominasi oleh Bandara Juanda. Untuk jumlah penumpang yang bepergian melalui Bandara Juanda pada tahun 2004 mencapai angka 8.562.747 penumpang, sedangkan jumlah bagasi, muatan, dan surat masing-masing 75.631 ton, 63.950 ton, dan 1.367 ton dimana jumlah tersebut juga menempati urutan terbanyak dibandingkan dengan empat bandara lainnya. Khusus pada item jumlah penumpang yang transit di bandara, bandara Hasanuddin, Makasar menempati urutan pertama dibandingkan dengan empat bandara lainnya, dengan jumlah penumpang yang transit sebesar 859.144 penumpang. Hal ini dikarenakan bandara Hasanuddin merupakan salah satu bandara terbesar di wilayah timur Indonesia yang menjadi pusat transit penumpang yang akan melanjutkan perjalanannya ke berbagai daerah di wilayah timur Indonesia. Berkaitan dengan pengelolaan dan pemanfaatan lahan disekitar bandara dengan tujuan optimalisasi lingkungan bandara, pengelola bandara di kelima bandara tersebut juga banyak mengembangkan lahan di sekitar bandara menjadi pusat-pusat bisnis dan hiburan yang tentu saja bernilai ekonomis. Lahan-lahan yang masih tersedia di sekitar bandara, dikembangkan menjadi hotel transit, business center, pusat informasi investasi, warehousing, meeting room, restoran, mini market, lapangan golf, cottages, pantai wisata, ruang CIP Commercial Important Person, pusat informasi bisnis, area promosi, industri perdagangan, gudang, business center, dan rumah sakit internasional. Dengan adanya pusat- pusat bisnis tersebut, terdapat berbagai manfaat yang besar, tidak hanya bagi perusahaan pengelola bandara, akan tetapi juga bagi pengusaha dan masyarakat konsumen bandara. Akan tetapi, hal yang sangat perlu menjadi perhatian adalah lingkungan di sekitar bandara juga harus menjadi lebih bersih, tertib, dan rapi serta terjaga dari polusi-polusi yang dapat ditimbulkan oleh adanya aktifitas bisnis tersebut. Sesuai dengan tujuan penumpang yang sebagian besar menggunakan jasa pesawat terbang dalam bepergian ke suatu tempat, dimana kecepatan waktu tempuh, kenyamanan, keselamatan, dan lain sebagainya merupakan faktor-faktor diharapkan oleh penumpang, pengelola bandara dalam hal ini PT. Angkasa Puara I dan pihak manajemen bandara seharusnya terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan di bandara termasuk meningkatkan kualitas dan kenyamanan lingkungan bandara. Pengelola bandara juga harus mampu menunjukkan kualitasnya, tidak hanya dari segi kinerja organisasi, akan tetapi bagaimana perusahaan juga memiliki tingkat kepedulian yang tinggi dalam mengelola lingkungan bandara. V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Tingkat Kepedulian Responden terhadap Lingkungan

Bandara Setiap manusia memiliki motivasi sebagai dasar perilaku dalam kehidupan. Motivasi diperoleh karena adanya kebutuhan atau kepentingan, begitu juga dalam pekerjaan. Motivasi dapat meningkatkan kinerja seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Hasil kerja yang dihasilkan merupakan cermin perilaku nilai kerja yang sesungguhnya. Perilaku seseorang baik yang didapat dari pendidikannya, keahliannya atau karena pengalamannya sikap dan tindakannya adalah cermin atau terjemahan dari nilai kerja seseorang dari dalam organisasi dan tertuju pada lingkungan dalam dan luar organisasi. Jadi, motivasi itu dalam kenyataannya merupakan penjelmaan dari nilai dasar seperti agama dan budaya yang dianut maupun nilai keseharian yang didapat dari pendidikan maupun pergaulan dan yang tertuju pada tujuan di lingkungan organisasi. Setiap kegiatan di lingkungan bandara bisa terwujud karena adanya nilai kerja yang mendahului. Lingkungan bandara itu sendiri terdiri dari lingkungan luar dan lingkungan dalam. Lingkungan luar terdiri atas lingkungan alamnya, dan lingkungan sosial yang berkepentingan dengan bandara namun bukan staf maupun pegawai dari bandara itu sendiri. Lingkungan dalam adalah mereka yang bekerja di dalam bandara sebagai staf, pimpinan maupun para pekerja. Setelah dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kepedulian responden terhadap lingkungan bandara dapat dikategorikan ke dalam lima kriteria. Deskripsi tingkat kepedulian responden terhadap lingkungan bandara disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Deskripsi Tingkat Kepedulian Responden terhadap Lingkungan Bandara Tingkat Kepedulian Rentang Kriteria Responden yang Peduli Lingkungan dalam Bandara Responden yang Peduli Lingkungan luar Bandara Jumlah orang Proporsi Jumlah orang Proporsi Sangat Tinggi 4,21 – 5,00 168 30,6 169 30,7 Tinggi 3,41 – 4,20 311 56,5 291 52,9 Cukup Tinggi 2,61 – 3,40 30 5,45 45 8,18 Rendah 1,81 – 2,60 31 5,64 30 5,45 Sangat Rendah 1,00 – 1,80 10 1,82 15 2,73 Jumlah 550 100,00 550 100,00 Tabel 13 menunjukkan bahwa jumlah responden yang menyatakan peduli dengan lingkungan dalam bandara memiliki jumlah terbesar dibandingkan dengan empat kriteria lainnya. Jumlah responden yang peduli dengan lingkungan dalam bandara mencapai jumlah 311 orang atau 56,5 dari total keseluruhan responden. Jumlah terbesar kedua ditempati oleh responden yang sangat peduli dengan lingkungan dalam bandara dengan jumlah 168 orang atau 30,6 dari total keseluruhan responden. Jika kedua kriteria tersebut dijumlahkan, maka diperoleh angka 479 orang atau 87,1 responden menyatakan peduli dan sangat peduli terhadap lingkungan dalam bandara. Hasil tersebut menjelaskan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat kepedulian yang sangat tinggi terhadap lingkungan dalam bandara. Berdasarkan Tabel 13, dapat juga dilihat bahwa jumlah responden yang memiliki tingkat kepedulian yang sangat rendah dan cukup tinggi terhadap lingkungan dalam bandara menempati urutan terkecil dengan jumlah masing- masing 10 orang dan 30 orang atau 1,82 dan 5,45 dari total keseluruhan responden. Sementara responden yang memiliki tingkat kepedulian yang rendah terhadap lingkungan dalam bandara, jumlahnya mencapai 31 orang atau 5,64 dari total responden. Jika responden di ketiga kriteria tingkat kepedulian tersebut dijumlahkan maka jumlahnya mencapai 71 orang atau 12,9 dari total responden yang memiliki tingkat kepedulian yang rendah terhadap lingkungan dalam bandara. Hasil yang terlihat pada Tabel 13 juga menunjukkan bahwa jumlah responden yang menyatakan peduli dengan lingkungan luar bandara memiliki jumlah terbesar dibandingkan dengan empat kriteria lainnya. Jumlah responden yang peduli dengan lingkungan luar bandara mencapai jumlah 291 orang atau 52,9 dari total keseluruhan responden. Jumlah terbesar kedua ditempati oleh responden yang sangat peduli dengan lingkungan luar bandara dengan jumlah 169 orang atau 30,7 dari total keseluruhan responden. Jika kedua kriteria tersebut dijumlahkan, maka diperoleh angka 460 orang atau 83,6 responden menyatakan peduli dan sangat peduli terhadap lingkungan luar bandara. Hasil tersebut menjelaskan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat kepedulian yang sangat tinggi terhadap lingkungan luar bandara.