Sistematika Penulisan Cikal Bakal Partai Persatuan Pembangunan PPP

I.8. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka dasar teori atau pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : Dalam bab ini akan membahas PPP, sejarah berdirinya PPP, Perspektif Ideologi dan Program Partai, Cita-cita Politik dan Visi Partai, , Ideologi Politik Partai Persatuan Pembangunan, Platform PPP, Struktur Partai Persatuan Pembangunan BAB III : Dalam bab ini memaparkan PPP di masa Orde Baru, kebijakan- kebijakan pemerintahan Orde Baru terhadap PPP untuk mempersempit ruang gerak PPP sebagai sebuah partai politik yang ikut bersaing di era Orde Baru. BAB IV : Dalam bab ini penutup yang berisi kesimpulan dan saran . Daftar Pustaka Universitas Sumatera Utara BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN

II.1. Cikal Bakal Partai Persatuan Pembangunan PPP

Pada saat dideklarasikan tanggal 5 Januari 1973, nilai-nilai Islam yang menjadi unsur utama pembentuk partai ini tetap dipelihara. Untuk menjaga kelestarian ukhuwah dan semangat perjuangan Islam, keempat partai Islam yang berfusi itu kemudian sepakat menerima Islam sebagai asas partai. Adapun untuk memudahkan identifikasi sebagai partai Islam, PPP menggunakan gambar Ka’bah – yang diyakini sebagai kiblatnya umat Islam – sebagai lambang partai 46 . Jika ditelusuri secara mendalam, keempat partai yang berfusi itu sesungguhnya sudah memiliki pengalaman dan jam terbang politik yang cukup lama. NU didirikan pada 31 Januari 1952 dan menjadi Partai Nahdlatul Ulama pada 15 April 1952. Partai Syarikat Islam Indonesia merupakan kelanjutan dari Sarekat Islam SI yang dibentuk H.O.S. Tjokroaminoto pada tahun 1912. Adapun SI sendiri merupakan kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam SDI yang sudah dibentuk H. Samanhudi pada tahun 1911. Partai Islam Perti cikal bakalnya berawal dari Pergerakan Tarbiyah Islamiyah Perti yang didirikan pada 5 Mei 1928 di Bukit Tinggi, Sumatera Tengah, dan berdasarkan rapat pleno pengurus besarnya pada tangal 22 November 1945, disepakati untuk dijadikan sebagai oartai politik dengan nama Partai Islam Perti PI Perti. Partai Muslimin Indonesia Parmusi secara formal didirikan pada tahun 1968 yang diprakarsai oleh berbagai oleh organisasi sosial dan pendidikan Islam yang sebagian besar pemukanya berasal dari anggota-anggota Masyumi. 46 Tim Litbang Kompas, 2004. Partai-Partai Politik Indonesia ; Ideologi dan Program 2004 – 2009. Jakarta:penerbit Buku Kompas. , Hlm 85 Universitas Sumatera Utara Tidak dapat dipungkiri bahwa gagasan fusi pada dasarnya lahir dari campur tangan kekuasaan untuk meredam dinamika politik diluar haluan partai pemerintah. Fusi dijadikan kerangkeng untuk pencapaian kemaslahatan bangsa dan Negara. Fusi juga sekaligus digunakan untuk memperlemah kekuatan partai- partai Islam dalam mendulang perolehan suara dan pembentukankoalisi antar partai Islam 47 . Sejarah mencatat pada awal Soeharto berkuasa, hubungan pemerintah dengan partai-partai politik masih berlangsung dengan baik. Hal itu terlihat ketika pemerintahan Soeharto mengadakan Pemilu pada tahun 1971. Dengan mengakomodasi semua partai yang ada. Suasana pada awal-awal Orde Baru memang penuh dengan euphoria. Untuk sementara, keran kebebasan berpendapat dibuka. Diskursus tentang identitas Indonesia dan bagaimana membangun masa depan bangsa juga kerap dilangsungkan di mesjid dan kampus-kampus. Sayang, hubungan baik tersebut tidak berlanjut karena dua tahun setelah Pemilu, Soeharto melakukan penciutan jumlah partai politik sebagaimana halnya yang dilakukan Soekarno pada tahun 1960. Hasilnya adalah pengelompokkan partai politik berdasarkan garis agama Islam, yaitu Partai Persatuan Pembangunan PPP, serta garis nasionalis dan Kristen, yaitu Partai Demokrasi Indonesia PDI. Suasana historis seperti ini memang tidak menguntungkan bagi perjuangan partai pada masa selanjutnya. Akan tetapi, kendati penyederhanaan partai ini penuh dengan nuansa paksaan, secara internal hubungan antar unsur di dalam tubuh partai penerus estafet perjuangan empat partai Islam tersebut, tetap menunjukkan seusana 47 H.A. Kurdi Mukti.2004. Bersama PPP Membangun Bangsa. Bandung: Tanpa Penerbit.Hlm 1-2 Universitas Sumatera Utara persaudaraan yang solid. 48 Fusi seakan-akan menjelma menjadi motivasi dan inspirasi sekaligus kesadaran untuk mengakumulasikan segenap potensi umat Islam yang tercerai-berai. Selain itu, fusi juga dijadikan arah bagi keberlangsungan partai dalam memperjuangkan aspirasi umat sehingga dapat memperbaiki kesejahteraan umat. Setelah meleburkan diri ke dalam PPP, berarti segala aktivitas politik dari keempat partai Islam tersebut dikonsenterasikan untuk PPP demi kemenangan PPP, sedangkan segala kegiatan yang bukan kegiatan politik dikembalikan kepada organisasi masing-masing sebagaimana sedia kala. Partai NU lalu berganti baju menjadi organisasi kemasyarakatan keagamaan NU, Partai Muslimin Indonesia Parmusi menjadi Muslimin Indonesia MI, Partai Syarikat Islam Indonesia PSII menjadi Syarikat Islam SI, dan Partai Islam Perti menjadi Perti. Selanjutnya, basis masa dari keempat partai pembentuknya itu cukup memberikan kekuatan besar bagi perjuangan PPP. Sebagai wadah baru dari kekuatan-kekuatan yang sudah lama berkiprah dalam politik, reputasi PPP pada masa-masa awal berdirinya memang sangat dipengaruhi oleh basis massa dan penampilan para tokoh dari keempat partai berfusi tersebut. lihat Tabel I.1 PPP memang terbentuk dari partai-partai yang sudah memiliki basis massa yang jelas sehingga kekuatan PPP untuk menghadapi Pemilu 1977 masih banyak mendapat sokongan dari partai-partai tersebut. Jika dilihat dari perolehan suara pada Pemilu 1971 dari masing-masing partai yang kemudian berfusi, dapat dikatakan bahwa ketika akan menghadapi Pemilu 1971 partai yang dipimpin oleh H.M.S Mintaredja ini sudah dimodali 94 kursi. 48 Tim Litbang Kompas.Op.Cit., hlm.88 Universitas Sumatera Utara Tabel I.1 Perolehan Suara 4 Partai Islam Pada Pemilu 1971 NO PARTAI SUARA KURSI 1 NU 10.213.650 18.68 58 2 Parmusi 2.930.746 5.36 24 3 PSII 1.308.237 2.38 10 4 Perti 381.308 0.69 2 JUMLAH 14.833.942 27.12 94 Sumber : Diolah dari data di website www.kpu.go.id Melihat sejarah berdirinya, PPP memang diharapkan dapat menjadi penyelamat aspirasi umat Islam. Dengan demikian, semangat fusi sejati harus mampu menjadi perekat berbagai kelompok kepentingan sekaligus menjadi wadah dalam memperjuangkan problem keumatan dan kebangsaan. Untuk itu, PPP harus membuka diri dan menyambut dengan tangan terbuka berbagai komponen bangsa yang berbeda untuk bersama-sama kembali berjuang melalui wadah Partai Persatuan Pembangunan. Tentunya dengan kesiapan dan persiapan matang, terencana, dan berkesinambungan sehingga tidak memunculkan persoalan baru dikemudian hari. 49

II. 2. Partai-Partai yang Berfusi

Partai Nadlatul Ulama NU secara formal didirikan pada 31 Januari 1926 sebagai organisasi keagamaan dengan paham Ahlusunnah Wal Jama’ah, peran 49 H.A. Kurdi Mukti. Op. Cit., hlm. 3 Universitas Sumatera Utara politik NU terutama dalam membangkitkan semangat perlawanan kepada Belanda sangat berpengaruh. Orientasi politik NU baru muncul secara terbuka ketika organisasi bentukan K.H. Hasyim Asy”ari ini bergabung dengan Majlisul Islam Ala Indonesia MIAI tahun 1939. MIAI sendiri adalah organisasi yang bertujuan untuk memperkuat tali persatuan umat Islam Indonesia. Pada masa kependudukan Jepang MIAI diganti menjadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia Masyumi. Setelah kemerdekaan, pemerintah mengeluarkan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 yang isisnya antara lain mengizinkan rakyat mendirikan partai politik dalam rangka menyalurkan berbagai paham yang ada di masyarakat. Berdasarkan maklumat yang ditandatangani oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta tersebut, tanggal 8 November 1945 tokoh-tokoh umat Islam langsung memproklamirkan berdirinya Partai Masyumi – Partai ini berbeda dan terlepas sama sekali dengan nama organisasi yang sama dengan zaman Jepang. Karena Partai Masyumi adalah satu-satunya partai politik umat Islam, aspirasi dan peran politik semua organisasi Islam harus disalurkan melalui Masyumi, termasuk NU. 50 Sebagai organisasi konfederasi, kedudukan kelompok-kelompok Islam dalam Partai Masyumi memang rawan konflik. Pembagian peran dalam struktur organisasi yang menempatkan tokoh-tokoh NU diposisi yang kurang “bergengsi” cenderung membuat usulan-usulan mereka kurang diindahkan . Hal ini membuat NU kecewa lalu menyatakan diri keluar dari Masyumi. Selanjutnya para tokoh NU mendirikan Partai Nahdlatul Ulama pada tanggal 15 April 1952. Perpecahan ini berlanjut dengan persaingan antara keduanya pada Pemilu 1955. Masyumi 50 Syafruddin Amir, Op.Cit. hal. 17 Universitas Sumatera Utara pada saat itu menempati posisi kedua setelah setelah PNI, sedangkan NU berada di tempat ketiga di atas PKI. Peran politik NU ini terus berkembang hingga terbentuknya rezim Orde Baru. Bahkan, dalam tekanan rezim yang represif dan sarat rekayasa politik, NU masih bisa tampil memukau dengan meraup 10.213.650 suara 18.68 dari 54.651.770 pemilih pada Pemilu 1971. Posisi ini persis di bawah Golkar, partai binaan pemerintah saat itu. Partai Syarikat Islam Indonesia PSII adalah kelanjutan dari Syarekat Islam SI yang dibentuk H.O.S. Tjokroaminoto pada 1912. SI sendiri merupakan kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam SDI yang dibentuk oleh H. Samanhudi pada tahun 1911. Perubahan nama dari SDI menjadi SI memberi perubahan orientasi perjuangan partai ini dari ubahan orientasi persoalan-persoalan ekonomi menjadi persoalan-persoalan politik. SI kemudian bergerak secara terang-terangan di lapangan politik dalam rangka mengorganisir pedagang Islam unuk melawan tekanan Belanda dan pedagang Cina. 51 Ketika Mayumi masih menjadi induk gerakan politik Islam Indonesia, suara dan peran SI tidak terdengar sama sekali. Tahun 1947 baru suara SI mulai terdengar ketika para tokohnya yang ada di Masyumi keluar dan mendirikan Partai Syarikat Islam Indonesia PSII. Para tokoh SI ini tidak banyak berperan dalam pengambilan keputusan-keputusan politik di Masyumi. Bahkan, ketika kabinet Amir Syarifuddin mengajak untuk bergabung dalam pemerintahan, Masyumi cenderung menutup-nutupi peluang SI. Nama PSII ini kemudian menjadi popular di masyarkat ketimbang induk semangnya, SI atau SDI. Pada Pemilu 1955 partai ini bisa meraup 1.077.765 suara dari 37.755.404 pemilih. 51 Ibid., hal. 19 Universitas Sumatera Utara Perolehan ini sekaligus menempatkan partai tersebut di posisi nomor lima setelah PKI. Partai Islam Perti sebetulnya berawal dari Pergerakan Tarbiyah Islamiyah Perti yang didirikan pada tanggal 5 Mei 1928 di Bukit Tinggi, Sumatera Tengah. Awalnya organisasi ini merupakan organisasi sosial yang bergerak dalam bidang pendidikan dan agama. Perti dalam syariat ibadah mengikuti madzhab Imam Syafi’I Rahimahullah. Perti sendiri merupakan benteng pertahanan golongan Islam Ahlusunnah Wal Jama’ah terhadap penyebaran paham dari gerakan Islam modern. Pilihan Perti mengubah dirinya menjadi partai politik karena hubungan yang kurang harmonis dengan Majelis Islam Tinggi MIT, sebuah partai Islam di Sumatera yang kemudian berubah menjadi Masyumi. Para elite Perti beranggapan dengan mengubah dirinya menjadi partai politik, paham keagamaan mereka lebih mudah dipertahankan. Pada Pemilu 1955 partai ini berada di posisi kesepuluh dengan perolehan 483.014 suara. Ketika Presiden Soekarno memberlakukan kebijakan penguburan partai, Partai Islam Perti merupakan salah satu dari 9 partai politik yang diizinkan hidup oleh Presiden Soekarno. Selain Perti ada PNI, NU, PKI, Partai Katolik, Partai Murba, PSII, IPKI, serta Partai Kristen Indonesia Parkindo. Partai Musimin Indonesia Parmusi. Partai Muslimin Indonesia Parmusi secara formal didirikan pada tahun 1968 yang diprakarsai oleh berbagai organisasi sosial dan pendidikan Islam yang sebagian besar pemukanya berasal dari anggota- anggota Masyumi. Partai Masyumi sendiri telah dibubarkan oleh Presiden Soekarno, karena dianggap terlibat dalam beberapa pemberontakan yang terjadi di daerah. Kendati pun, reputasi tokoh-tokoh Masyumi yang ada dibalik Parmusi Universitas Sumatera Utara membuat partai ini tampil memikat dikalangan umat Islam. Hal ini tercermin dari perolehan suara dalam Pemilu 1971, di mana Parmusi berada di nomor tiga setelah Golkar dan NU.

II.3. Lahirnya Partai Persatuan Pembangunan PPP