simplisia terendam dan terdapat selapis cairan penyari diatasnya, mulut tabung perkolator ditutup dengan alumunium foil dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian
kran dibuka dan dibiarkan tetesan ekstrak mengalir dengan kecepatan perkolat diatur 1 mlmenit, perkolat ditampung. Perkolasi dihentikan pada saat beberapa
tetes perkolat tidak bereaksi ketika ditambahkan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. Perkolat yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan alat rotary
evaporator setelah itu di freeze dryer hingga diperoleh ekstrak kental. Ampas dikeringkan lalu diekstraksi dengan menggunakan pelarut berturut-turut etil asetat
dan etanol dengan prosedur yang sama dengan di atas. Bagan ekstraksi dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 49-50 DepKes RI, 1979.
3.8 Pengujian kemampuan antioksidan dengan spektrofotometer visibel 3.8.1 Prinsip metode penangkapan radikal bebas DPPH
Kemampuan sampel uji dalam meredam proses oksidasi DPPH 1,1-diphenyl- 2-picryl-hidrazyl sebagai radikal bebas dalam larutan metanol sehingga terjadi
peredaman warna ungu DPPH dengan nilai IC
50
konsentrasi sampel uji yang mampu meredam radikal bebas sebesar 50 digunakan sebagai parameter untuk
menentukan aktivitas antioksidan sampel uji tersebut.
3.8.2 Pembuatan larutan blanko
Larutan DPPH 0,5 mM konsentrasi 200 ppm dipipet sebanyak 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan volumenya
dengan metanol sampai garis tanda konsentrasi 40 ppm.
Universitas Sumatera Utara
3.8.3 Penentuan panjang gelombang serapan maksimum
Larutan DPPH konsentrasi 40 ppm dihomogenkan dan diukur serapannya pada panjang gelombang 400-800 nm. Gambar spektrofotometer dapat dilihat
pada lampiran 4 halaman 47.
3.8.4 Pembuatan larutan induk
Sebanyak 25 mg sampel uji ditimbang kemudian dilarutkan dalam labu tentukur 25 ml dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol
sampai garis tanda konsentrasi 1000 ppm. 3.8.5 Pembuatan larutan uji
Larutan induk dipipet sebanyak 1 ml; 1,5 ml; 2 ml; 2,5 ml kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml untuk mendapatkan konsentrasi 40
ppm, 60 ppm, 80 ppm, 100 ppm, kemudian dalam masing-masing labu tentukur ditambahkan 5 ml larutan DPPH 0,5 mM konsentrasi 40 ppm lalu volume
dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda, didiamkan ditempat gelap, lalu diukur serapannya pada spektrofotometer.
3.8.6 Penentuan persen peredaman
Kemampuan antioksidan diukur sebagai penurunan serapan larutan DPPH peredaman warna ungu DPPH akibat adanya penambahan larutan uji. Nilai
serapan larutan DPPH sebelum dan sesudah penambahan larutan uji tersebut dihitung sebagai persen peredaman.
100 ×
− =
Kontrol Sampel
Kontrol
A A
A Peredaman
Keterangan : A
Kontrol
= Absorbansi tidak mengandung sampel A
sampel
= Absorbansi sampel
Universitas Sumatera Utara
3.8.7 Penentuan nilai IC
50
Nilai IC
50
merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi sampel uji μgml yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50 mampu menghambat
meredam proses oksidasi sebesar 50.Nilai 0berarti tidak mempunyai aktivitas antioksidan, sedangkan nilai 100 berarti peredaman total dan pengujian perlu
dilanjutkan dengan pengenceran larutan uji untuk melihat batas konsentrasi aktivitasnya. Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan
konsentrasi ekstrak μgml sebagai absis sumbu X dan nilai peredaman antioksidan sebagai ordinatnya sumbu Y. Hasil pengujian dapat dilihat pada
lampiran 8 halaman 56-63, dan pehitungan IC
50
dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 64-67.
Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC
50
kurang dari 50 μgml, kuat untuk IC
50
bernilai 50- 100 μgml, sedang
jika IC
50
bernilai 100- 150 μgml, dan lemah jika IC
50
bernilai 151- 200 μgml
Mardawati, 2008.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil identifikasi tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan oleh Ruth Enida F. Naibaho di Pusat penelitian dan Pengembangan Oseanologi – LIPI menunjukkan bahwa
sampel termasuk suku Fucales, spesies Sargassum polycystum C. Agardh.
4.2 Hasil karakteristik simplisia a.
Identifikasi makroskopik simplisia Hasil pemeriksaan makroskopik dari simplisia rumput laut Sargassum
polycystum C. Agardh diperoleh simplisia berupa talus yang berkerut- kerut, berwarna coklat kehitaman, berbau khas dan tidak berasa.
b. Identifikasi mikroskopik
Hasil pemeriksaan mikroskopik dari serbuk simplisia rumput laut Sargassum polycystum C. Agardh memperlihatkan adanya sel-sel
parenkim , sel-sel parenkim yg berisi pigmen berwarna coklat dan sel-sel propagule.
c. Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia
Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia diperoleh kadar air sebesar 8,65, kadar sari yang larut dalam air sebesar 8,55, kadar sari
yang larut dalam etanol sebesar 2,32, kadar abu total sebesar 8,42, Kadar abu yang tidak larut dalam asam sebesar 0,46 .
Hasil penetapan kadar air simplisia dari rumput laut Sargassum polycystum C. Agardh memenuhi persyaratan dari buku Materia Medika
Universitas Sumatera Utara