Perlindungan Hukum Terhadap Hak Merek Pada Bidang Jasa Usaha Menengah Dalam Rangka Menghadapi Pasar Tunggal Asean

(1)

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku

Agustine, Oly Viana, Konstitusi Ekonomi Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (Mea) Tahun 2015, Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengkajian Perkara, Pengelolaan Teknologi Informasi Komunikasi Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Tahun 2015

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 2006

Aristeus, Syprianus, Perlindungan merek terkenal sebagai aset perusahaan, Jakarta : Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2010

Asikin, Zainal, Hukum Dagang, Jakarta : Penerbit Rajawali Pers, 2013

Candra Purnama. Perlindungan Hukum Produk Umkm Melalui HKI (Hak Kekayaan Intelektual), Staf Dinas Koperasi Dan UMKM

Dianggoro, Wiratno, Pembaharuan UU Merek dan Dampaknya bagi Usaha Bisnis, Jurnal Hukum Bisnis Volume 2, 1997

Djumhana, Muhamad & R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual: Sejarah, Teori dan Praktinya di Indonesia, Bandung : Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 2014

Gautama, Sudargo dan Rizawanto Winanta, Hukum Merek Indonesia, Bandung : Penerbit Citra Aditya Bakti, 1993


(2)

Herawati, Nety. Lilitan Masalah Usaha Mikro kecil, Menengah (UMKM) dan Kontroversi Kebijakan. Medan: Bitra Indonesia, 2003

Ikhsan, Edy dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar, Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009

Jened, Rahmi, Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum Persaingan, Jakarta : Penerbit RajaGrafindo Rajawali Press, 2013

____________, Hukum Merek (Trademark Law) : Dalam Era Global & Integrasi Ekonomi, Jakarta : Penerbit Prenadamedia Group, 2015

Khairandy, Ridwan, Pengantar Hukum Dagang, Cetakan Pertama, Yogyakarta : Penerbit FH UII Press, 2006

Margono, Suyud dan Amir Angkasa, Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis, Jakarta : PT. Gramedia Widyasarana, 2002

Maulana, Ihsan Budi, Sukses Bisnis Melalui Merek dan Hak Cipta, Bandung : Penerbit Citra Aditya Bakti, 1997

Muthiah, Aulia, Aspek Hukum Dagang dan Pelaksanaannya di Indonesia, Yogyakarta : PT Pustaka Baru Press, 2016

Nurachmad, Much, Segala tentang HaKI Indonesia, Yogyakarta : Penerbit Buku Biru, 2012


(3)

Nugroho, Mahendro. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Jakarta: Universitas Trisakti, 2009

Saidin, OK., Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (IntellectualProperty Law),

Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. 2013

Santiago, Faisal, Pengantar Hukum Bisnis, Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media, 2012

Simatupang, Richard Burton, Aspek Hukum dalam Bisnis, Edisi Revisi, Jakarta : Penerbit Rineka Cipta, 2007

Soekanto, Soerjono & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Rajawali Pers, 2013

Soekardono, R., Hukum Dagang Indonesia, Jilid I (bagian pertama), Jakarta : Penerbit Dian Rakyat, 2003

Tulus Tambunan, UMKM di Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009

Tambunan, Tulus T.H. Pasar Bebas ASEAN: Peluang, Tantangan dan Ancaman Bagi UMKM Indonesia. Jakarta: Kementrian Koperasi dan UMKM, 2012

Usman, Rachmad, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual : Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia, Bandung : PT. Alumni, 2003


(4)

II. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang No 15 Tahun 2001 tentang Merek

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah

Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah

Peraturan menteri koperasi dan usaha kecil dan menengah nomor 18/PER/M.KUKM/IX/2015 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan bagi Sumber daya manusia Koperasi, Pengusaha mikro, Kecil, dan Menengah

III. Jurnal dan Makalah

Ana Syukriah & Imam Hamdani, Peningkatan Eksistensi Umkm Advantage Dalam Rangka Menghadapi MEA 2015 Temanggung, Economics Development Analysis Journal, ISSN 2252-6889 tahun 2013 Universitas Negeri Semarang

Anna Allaily Lutfi Rizka Putri, Masyarakat Ekonomi Asean (Mea) Mengenai Usaha Kecil Menengah (UKM), Makalah MEA Mengenai UKM, Jurusan Akuntansi Fakultas EkonomiUniversitas Maritim Raja Ali Haji Batam, 2016


(5)

Boy Syamsul Bakhri, Masyarakat Ekonomi Asean (Mea) Dan Tinjauan Dari Perspektif Ekonomi Syariah,Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akutansi I Vol. 25 No. 2 Desember 2015

Desy Churul Aini, Harmonisasi Undang-undang Dasar 1945 dengan Ketentuan Internasional Tentang Masyarakat Ekonomi Asean 2015 (Asean Economic Community/AEC 2015), Fakultas Hukum, Universitas Lampung Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 9 No. 3, ISSN 1978-5186 tahun 2015,

Seto Haryo Aji Wicaksono, Faizal Roni, Ahmad Sugondo, Kesiapan Konsumen Dalam Negeri Menyikapi AFTA Dan AEC 2015, Seminar Nasional Inovasi dan Tren (SNIT) 2015 Magister Manajemen Universitas “BSI Bandung, hal B-70

Sahat M. Pasaribu, dkk, Kajian Kesiapan Sektor Pertanian Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN 2015, Makalah Proposal Operasional Penelitian, (Jakarta : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, 2014)

Sri Sayekti, Tinjauan yuridis perlindungan merek yang belum Terdaftar di Indonesia, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, IKIP Veteran Semarang Majalah Ilmiah Pawiyatan Edisi Khusus, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015

Teguh Sulistia, Perlindungan Hukum dan Pemberdayan Pengusaha Kecil dalam Ekonomi Pasar Bebas, Jurnal Hukum Bisnis

Yunita R. Panjaitan, Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro. Kecil dan Menengah dalam Pasar bebas Asean-China Free Trade Area,

Transparency, Jurnal Hukum Ekonomi, Feb-Mei 2013 Volume I Nomor 2, hal 2-4


(6)

IV. Internet

tanggal 3 Mei 2016)

2016)

(diakses tanggal 6 Mei 2016)

tanggal 12 Mei 2016)


(7)

2016)

Mei 2016)

Lubis, A. Lima Tahap Menuju Pasar Tunggal ASEAN. Waspada. Medan. http://www.waspada.co.id (10 Mei 2016)

Unisosdem. ASEAN Berencana Menjadi Pasar Tunggal Mei 2016)

Yani Antariksa, Manajemen Strategi Antariksa 2010, melalui http://antariksa2010. blogspot.co.id/2013/11/antisipasi-kesiapan-indonesia.html, (diakses tanggal 2 Mei 2016)

Yusron, U. Masyarakat Ekonomi Tunggal ASEAN. Berita Satu. Jakarta. 9 April 2015. www.beritasatu.com (12 Mei 2016)


(8)

BAB III

PERANAN ASEAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL

PADA BIDANG JASA USAHA MENENGAH

C. Konsep Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN

ASEAN Community merupakan wujud dari kerjasama intra-ASEAN dalam Declaration of ASEAN Concord II di Bali, Oktober 2003. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan salah satu pilar dari perwujudan ASEAN Vision 2020, bersama-sama dengan ASEAN Security Community (ASC) dan ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC).94 Suatu komunitas negara-negara ASEAN yang sangat luas, tidak ada batasan-batasan wilayah dalam bidang perekonomian. Dimana suatu negara dapat masuk bebas dalam persaingan pasar. Masyarakat ekonomi ASEAN yang bebas dari berbagai hambatan, pengutamaan peningkatan konektivitas, pemanfaatan berbagai skema kerja sama baik intra-ASEAN maupun antara intra-ASEAN dengannegara mitra khususnya mitra FTA, serta penguatan peran pengusaha dalam proses integrasi internal ASEAN maupun dengan negara mitra.95

Menurut Rizal dan Aida dalam (Arifin: 2008) pembentukan MEA dilakukan melalui empat kerangka strategis yaitu pencapain pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan

94

Arifin, Sjamsul, Rizal A. Djafaara, dan Aida S. Budiman. Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) 2015: Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global. Gramedia. Jakarta, 2008, hal

37 95

Yusron, U. Masyarakat Ekonomi Tunggal ASEAN 2015. Berita Satu. Jakarta. 9 April 2015. www.beritasatu.com (diakses tanggal 3 Mei 2016).


(9)

ekonomi yang merata dan terintegrasi dengan perekonomian global. Langkah-langkah integrasi tersebut menjadi strategis mencapai daya saing yang tangguh dan di sisi lain akan berkontribusi positif bagi masyarakat ASEAN secara keseluruhan maupun individual negara anggota. Pembentukan MEA juga menjadikan posisi ASEAN semakin kuat dalam menghadapi negosiasi Internasional, baik dalam merespon meningkatnya kecenderungan kerja sama regional, maupun dalam posisi tawar ASEAN dengan mitra dialog, seperti China, Korea, Jepang,Australia-Selandia Baru, dan India.96

Pencapaian MEA memerlukan implementasi langkah-langkah liberalisasi dan kerja sama, termasuk peningkatan kerja sama dan integrasi di area-area baru antara: pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas; konsultasi yang lebih erat di kebijakan makro ekonomi dan keuangan; kebijakan pembiayaan perdagangan; peningkatan infrastruktur, dan hubungan komunikasi; pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN; integrasi industri untuk meningkatkan sumber daya regional; serta peningkatan keterlibatan sektor swasta.97

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community

(AEC) telah membahas mengenai konsep dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang merupakan suatu konsep yang digunakan dalam Declaration of ASEAN Concord II di Bali, pada Oktober 2003. MEA adalah salah satu pilar perwujudan ASEAN vision, bersama-sama dengan ASEAN Security Community

(ASC) dan ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC). MEA adalah tujuan

96


(10)

akhir integrasi ekonomi seperti dicanangkan dalam ASEAN vision 2020: “to create a stabel, prosperous and highly copetitive ASEAN economic region in which there is a free flow of goods, services, investment, skilled labor and a freer flow of capital, equitable economic development and reduced poverty and socio-economic disparaties in year 2020”.98

Pembukaan MEA dilakukan melalui empat kerangka strategis, yaitu pencapaian pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata, dan integrasi dengan perekonomian global. Upaya pencapaian masing-masing kerangka tersebut dilakukan melalui berbagai elemen dan strategi yang tercakup didalamnya.

99

Pencapaian MEA melalui penciptaan pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, ditujukan sebagai upaya perluasan melalui integrasi regional untuk mencapai skala ekonomis yang optimal. Langkah-langkah integrasi tersebut menjadi strategis mencapai daya saing yang tangguh dan di sisi lain akan berkontribusi positif bagi masyarakat ASEAN secara keseluruhan maupun individual negara anggota. Pembentukan MEA juga menjadikan posisi ASEAN semakin kuat dalam menghadapi negosiasi internasional, baik dalam merespon meningkatnya kecenderungan kerja sama regional, maupun dalam posisi tawar ASEAN dengan mitra dialog, seperti China, Korea, Jepang, Australia-Selandia Baru, dan India.100

Proses integrasi ekonomi maka ASEAN secara bertahap menjadi kawasan yang membebaskan perdagangan barang dan jasa serta aliran faktor produksi

98

Ibid., hal 2

99

Bakhri, Boy Syamsul, Kesiapan Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Dari Perspektif Daya Saing Nasional, Jurnal Economica, Pekanbaru, 2015

100


(11)

(modal dan tenaga kerja), sekaligus harmonisasi peraturan-peraturan terkait lainya. Strategi pencapaian MEA mengacu pada Vientiane Action Programme

(VAP) 2004-2010 yang merupakan stratefi dan program kerja mewujudkan ASEAN vision. Berdasarkat VAP, High Level Task Force – HLTF memberikan evaluasi dan rekomendasi untuk menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi.101

High Level Task Force (HLTF) sebagai penyusun isi Piagam ASEAN dan merekomendasikan pendekatan integrasi ekonomi melalui prosedur dan kebijakan baru untuk memperkuat implementasi beberapa inisiatif ekonomi yang sudah ada, termasuk ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) dan ASEAN Investment Area (AIA); mempercepat integrasi regional di sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan tenaga kerja ahli dan bisnis; memperkuat institusi ASEAN, termasuk perbaikan lembaga ASEAN Dispute Settlement Mechanism dalam menjamin kecepatan dan kekuatan hukum apabila terjadi sengketa. Diluar itu, juga diupayakan agar integrasi ekonomi yang berlangsung memberikan manfaat bagi seluruh anggota ASEAN khususnya negara Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam (atau disebut CLMV). Dengan strategi tersebut diharapkan negara ASEAN secara bersama-sama dapat mencapai MEA.

102

Pencapaian MEA memerlukan implementasi langkah-langkah liberalisasi dan kerja sama, termasuk peningkatan kerja sama dan integrasi di area-area baru

101

Nagel, Julius F. Peluang dan Tantangan UKM Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. (Surabaya : Lembaga penerbit Universitas Unika Widya Mandala, 2013), hal 47


(12)

antara lain; pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas, konsultasi yang lebih erat di kebijakan makro ekonomi dan keuangan, kebijakan pembiayaan perdagangan, peningkatan infrastruktur dan hubungan komunikasi, pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN, integrasi industri untuk meningkatkan sumber daya regional, serta peningkatan keterlibatan sektor swasta.103

1. Latar belakang terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN

Pertemuan di Bali pada tahun 2003 yang dihadiri oleh negara-negara anggota ASEAN gagasanuntuk mewujudkan cita-cita kawasan yang memiliki integritas ekonomi kuat mulai dirancang langkah awaldan diprediksikan akan dimulai pada tahun 2020. Namun pada pertemuan di Filipina yang diselenggarakan pada 13 Januari 2007, para negaranegara anggota ASEAN sepakat untuk mempercepat pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Pembentukan ini dilatarbelakangi oleh persiapan menghadapi globalisasi ekonomi dan perdagangan melalui ASEAN Free Trade Area

(AFTA) serta menghadapi persaingan global terutama dari China dan India.

Percepatan keputusan negara ASEAN untuk membentuk MEA yang pada awalnya akan dimulai pada tahun 2020 menjadi 2015 menggambarkan tekad ASEAN untuk segera meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing antar sesama negara anggota ASEAN untukmenghadapi persaingan global.

103

Detri Karya, Perspektif Perdagangan Internasional dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Materi Seminar Nasional ISEI Riau, Pekanbaru, 2014


(13)

Cebu Declaration pada 13 Januari 2007 (12th ASEAN Summit) memutuskan untuk mempercepat pembentukan MEA menjadi 2015 guna memperkuat daya saing ASEAN dalam menghadapi kompetisi global, terutama dari China dan India. Beberapa pertimbangan yang mendasari hal tersebut adalah, (i) potensi penurunan biaya produksi di ASEAN sebesar 10-20 persen untuk barang konsumsi sebagai dampak integrasi ekonomi; (ii) meningkatkan kemampuan kawasan dengan implementasi standar dan praktik internasional, intelectual proverty rights, dan adanya persaingan. Dengan integrasi ekonomi diharapkan infrastruktur kawasan dapat lebih berkembang bersamaan dengan integrasi transportasi, telekomunikasi dan energi.104

Pada saat ini juga dilakukan upaya perjanjian kerja sama perdagangan antara ASEAN dan negara mitra dagang, yaitu China, India, Jepang, Korea, Australia dan Selandia Baru. Semua perjanjian bilateral ASEAN tersebut pada saat realisasinya nanti diharapkan meningkatkan skala ekonomi ASEAN dan mendukung daya saing ASEAN di pasar global. Pada akhirnya integrasi ekonomi menjadi langkah penting bagi pencapaian masyarakat ASEAN yang kuat dan berperan di masyarakat dunia.105

Guna memperkuat langkah percepatan integrasi ekonomi tersebut, ASEAN melakukan transformasi cara kerja sama ekonomi dengan meletakkan sebuah kerangka hukum yang menjadi basis komitmen negara ASEAN melalui penandatanganan Piagam ASEAN (ASEAN Charter) pada KTT ASEAN ke-13, 20 November 2007. Bersamaan dengan penandatanganan

104


(14)

piagam ASEAN, cetak biru yang merupakan arah panduan MEA dan jadwal strategis tentang waktu dan tahapan pencapaian dari masing-masing pilar juga disepakati. Selanjutnya komitment tersebut menjadi arah pencapaian MEA kedepan baik bagi ASEAN secara kawasan maupun oleh individu negara anggota. Masing-masing negara berkewajiban menjaga komitmen tersebut sehingga kredibilitas ASEAN semakin baik dimasa depan. Secara teknis, monitoring pencapaian MEA dilakukan melalui ASEAN Baseline Report. Beberapa kelengkapan tersebut menjadikan komitmen ASEAN tidak lagi bersifat persaudaraan tetapi mempunyai kekuatan hukum.106

ASEAN atau singkatan dari "Asociation of South East Asian Nations" yang berarti perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara. ASEAN merupakan organisasi regional (kawasan) yang di bentuk oleh pemerintah lima negara pendiri utama di kawasan Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand dengan penandatanganan Deklarasi ASEAN atau sering juga disebut Deklarasi Bangkok oleh kelima Menteri Luar Negeri masing-masing Negara tersebut pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. Tanggal itu juga diperingati sebagai hari lahirnya ASEAN.107

106

Ibid., hal 13 107

Sekretariat Nasional ASEAN Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, ASEAN Selayang Pandang (Jakarta: 1992), hlm. 1.

1967 yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan budaya. Dalam dinamika perkembangannya, kerjasama Ekonomi ASEAN diarahkan pada pembentukan MEA yang pelaksanaannya berjalan relatif lebih cepat dibandingkan dengan kerjasama dibidang politikkeamanan dan sosial budaya. Sebelum ASEAN terbentuk,


(15)

negara-negara Asia Tenggara telah melakukan berbagai upaya untuk menggalang kerjasama regional baik yang bersifat intra maupun ekstra kawasan seperti

Association of South East Asia (ASA), Malaysia, Phillipina, Indonesia (MAPHILINDO), South East Asian Ministers of Education Organization

(SEAMEO), South East Asia Treaty Organization (SEATO) dan Asia and Pacific Council (ASPAC). Namun organisasi-organisasi tersebut dianggap kurang memadai untuk meningkatkan integrasi kawasan.

2. Maksud dan Tujuan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN

Maksud dan tujuan di bentuknya ASEAN yang tercantum dalam DeklarasiBangkok adalah:108

a. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi kemajuan sosial serta pengembangan kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam semangat kesamaan dan persahabatan untuk memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai;

b. Untuk meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan dan tertib hukum didalam hubungan antara negaranegara dikawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa;

c. Untuk meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi;


(16)

d. Untuk saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan dan penelitian dalam bidang-bidang pendidikan, profesi, teknik, dan administrasi;

e. Untuk bekerjasama dengan lebih efektif guna peningkatan pemanfaatan pertanian dan industri mereka, perluasan perdagangan dan pengkajian masalah-masalah komoditi internasional. Perbaikan sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi serta peningkatan taraf hidup rakyat-rakyat mereka;

f. Untuk memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara;

g. Untuk memelihara kerjasama yang erat dan berguna dengan organisasiorganisasi internasional dan regional dengan tujuan serupa yang ada dan untuk menjajaki segala kemungkinan untuk saling bekerjasama secara eratdiantara mereka sendiri.

Setiap negara di Asean yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama, perlu menciptakan sebuah wadah atau badan dimana mereka saling berusaha untuk mewujudkan tujuan tersebut. Dan hal ini lah yang menjadi sebab adanya tujuan dari sebuah organisasi. Tujuan dicerminkan oleh sasaran yang harus dilakukan baik dalam jangka pendek, maupun jangka panjang. Adapun tujuan dari MEA adalah:

a. Untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN, membentuk kawasan ekonomi antar negara ASEAN yang kuat. Bahwa saat ini di Amerika dan Eropa masih mengalami krisis ekonomi. Dan dengan terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN diharapkan akan bisa mengatasi masalah-masalah dalam bidang perekonomian antar negara


(17)

ASEAN. Sehingga kasus krisis ekonomi seperti di Indonesia pada tahun 1997 dulu tidak terulang kembali.

b. Terciptanya kawasan pasar bebas ASEAN. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi pelaku usaha di negara ASEAN. Persaingan produk dan jasa antar negara ASEAN akan diuji di sini. Bagi pelaku usaha dan jasa hendaknya mulai sekarang meningkatkan kualitas produk. Bagaimana produk itu agar dicintai konsumen. Dengan membuat produk yang berkualitas serta harga terjangkau pasti akan bisa bersaing dengan produk dari negara ASEAN lainnya.109

3. Kesepakatan MEA Terkait dengan Bidang Jasa Usaha Menengah

Kesepakatan Negara-negara anggota Asean tentang Asean Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), banyak pihak yang menyambut baik atas kesepakatan tersebut, namun dilain pihak juga banyak sentimen yang muncul dari kesepakatan tersebut, terutama bagi Indonesia. Kesepakatan tentang MEA ini menyepakati sektor-sektor prioritas menuju momen tersebut. Ketika berlangsung ASEAN Summit ke-9 tahun 2003 ditetapkan 11 Priority Integration Sectors (PIS). Namun pada tahun 2006 PIS yang ditetapkan berkembang menjadi 12 yang dibagi dalam dua bagian yaitu tujuh sektor barang industri dan lima sektor jasa. Hal tersebut juga didorong dari faktor eksternal dan internal. Dari faktor internal, pertumbuhan GDP mencapai US$ 3,36 triliun, dengan pertumbuhan sekitar 5,6 % didukung 600an juta penduduk ASEAN. Dari faktor eksternal, negara – negara sekitar ASEAN

109


(18)

seperti Jepang, China, India, Australia menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi ASEAN. Untuk mencapai kesepakatan itu, dibuatlah AEC Blueprint

yang memuat empat pilar utama yaitu

a) ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas;

b) ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce; c) ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata

dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara negara Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam;

d) ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.

Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah disepakati ini menimbulkan pro kontra di kalangan masyarakat di Indonesia. Banyak yang menyambut baik dengan hal ini, namun juga tidak sedikit yang sentimen dengan MEA. Dengan kesepakatan MEA yang dimulai pada tahun 2015 ini, menyebabkan banyak

impact bagi Indonesia di berbagai sektor, seperti sektor perdagangan, perindustrian, ketenagakerjaan, pengelolaan sumber daya alam dan energi, informasi teknologi dan tentu saja bidang ekonomi. Dalam sektor perdagangan,


(19)

dilakukan liberalisasi perdagangan karena dibukanya border antar Negara-negara Asean seperti kegiatan ekspor-impor yang bebas pajak setelah adanya MEA.

Aliran perdagangan dibidang jasa dan barang akan begitu bebasnya keluar masuk Indonesia, lalu membuka kran investasi bagi para investor yang ingin berinvestasi di Indonesia dengan mempermudah proses regulasi yang sebelumnya berbelit belit. Hal itu diharapkan akan menambah devisa dalam negeri dan timbal balik terhadap negara tetangga juga dapat dipertahankan. Namun dengan dibukanya kran liberalisasi di bidang perdagangan tidak serta merta membuat kesemuanya menjadi bebas dan “seenaknya”. Pemerintah juga sudah menyiapkan UU Nomor 7 tahun 2014 tentang perdagangan untuk membendung impor yang begitu banyak masuk ke Indonesia untuk mengantisipasi serangan produk – produk negara lain yang masuk ke Indonesia yang bisa saja mendominasi pasar dalam negeri dan dapat merusak iklim ekonomi di Indonesia.

Sektor industri, Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar. Didukung sumber daya alam yang besar dan sumber daya manusia yang banyak juga. Banyak sektor industri strategis yang bisa dimaksimalkan seperti energi, makanan, tembakau, dan alat berat. Hal itu didukung dengan investasi MNC yang juga turut andil dalam perkembangan sektor industri di Indonesia. Dengan faktor faktor yang sudah ada tersebut, seharusnya sektor industri Indonesia bisa cukup berbicara banyak di Asean setelah kesepakatan MEA. Tidak hanya sektor industri besar, sektor industri kecil juga punya peran dalam


(20)

Indonesia yang disebut dengan Jasa usaha menengah, akan mendapat tempat tersendiri demi kelangsungan perekonomian masyarakat sendiri karena merupakan langkah yang baik jika masyaraktnya secara sadar dan aktif ikut andil dalam pertumbuhan ekonomi negara. Kesadaran masyarakat sanga dituntut disini agar masyarakat mempunyai inisiatif untuk berusaha meningkatkan taraf hidup tanpa melulu mengadah ke pemerintah dan selalu menyalahkan pemerintah terhadap carut marutnya ekonomi di Indonesia yang menyebabkan meledaknya tingkat kemiskina di Indonesia. Sektor industri ini, entah itu besar atau kecil, sangat membutuhkan inovasi dan meningkatkan daya saing dalam rangka menghadapi MEA, karena kalau tidak akan sangat memberatkan pemerintah maupun masyarakatnya jika tidak dibarengi dengan kemampuan individu masyarakat dan pemerintah dalam mengatur regulasi agar malah tidak dirugikan dengan adanya MEA ini.110

ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 akan segera diterapkan, pasar Indonesia merupakan salah satu yang paling potensial di wilayah ASEAN, dengan prosentase 60 persen dari pasar ASEAN saat ini. Pasar Indonesia telah banyak dilirik oleh para pengusaha luar negeri, khususnya ASEAN. Tetapi akan ada tantangan yang harus dihadapi oleh pengusaha ketika memasuki era MEA yaitu menciptakan produk inovatif yang berdaya saing tinggi dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional, infrastruktur, teknologi dan pemerintah dalam hal menciptakan iklim usaha yang kondusif. Salah satu sektor yang dipersiapkan

110


(21)

oleh pemerintah yaitu sektor Jasa usaha menengah untuk menghadapi berlakunya kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.

Sektor Jasa usaha menengah di Indonesia sangat berperan penting dalam pembangunan. Hal tersebut disebabkan karena mayoritas penduduk Indonesia mempunyai pendidikan yang rendah dan mereka hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Adanya Jasa usaha menengah mampu mengurangi pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja. Selain itu dalam pengembangan sektor Jasa usaha menengah dengan mensinergikannya dengan industri besar melalui pola kemitraan, juga akan memperkuat struktur ekonomi baik nasional maupun daerah.

Implemantasi MEA 2015 membawa peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia. Maka dari itu pemerintah harus menyiapkan langkah-langkah yang ampuh untuk menghadapi MEA. Selain pemerintah juga harus dibarengi dengan peran masyarakat Indonesia sendiri, masyarakat juga harus mempersiapkan diri untuk siap bersaing. Dengan sumberdaya yang berkualitas akan mampu meningkatan kualitas dan standar produk, hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya kinerja Jasa usaha menengah untuk menghasilkan produk-produk yang berdaya saing tinggi. Produk yang dihasilkan Jasa usaha menengah harus mampu memenuhi kualitas dan standar yang sesuai dengan kesepakatan ASEANdan negara tujuan. Maka sektor Jasa usaha menengah harus mulaidiberi fasilitasi dengan kebutuhan kualitas dan standar produk yangdipersyaratkan oleh pasar ASEAN maupun di luar


(22)

komunikasi untuk peningkatan kualitas dan produktivitas. Sehingga produk-produk dari Indonesia akan mampu bersaing dengan produk-produk-produk-produk dari negara anggota ASEAN lainnya, dengan produk yang disuguhkan dengan kekhasan dan mempunyai daya tarik tersendiri untuk konsumen. Selain itu dengan menciptakan produk-produk yang bekualitas akan mampu membuat masyarakat lebih memilih produk dalam negeri daripada harus mengimport barang dari luar negeri. Hal tersebut juga akan meningkatkan daya tarik masyarakat untuk mencintai produk dalam negeri.

Guna mendukung lancarnya kegiatan produksi Jasa usaha menengah pemerintah juga harus meningkatkan akses finansial, dalam hal ini adalah kredit Jasa usaha menengah. Peran perbankan atau lembaga-lembaga perkreditan lainnya sangat berperan penting untuk memberikan permodalan kepada pelaku-pelaku usaha. Apabila permodalan mudah untuk didapatkan maka akan berdampak pada tingkat produktifitas produk-roduk Jasa usaha menengah yang semakin lancar dan meningkat. Dengan meningkatnya produktifitas maka suatu industri juga akan meningkatkan permintaan akan tenaga kerja yang lebih banyak lagi. Pengangguran akan berkurang karena banyak tenaga kerja yang terserap pada sektor Jasa usaha menengah.

Langkah-langkah tersebut memang harus dipersiapkan untuk menghadapi MEA 2015 yang tidak lama lagi, terutama dalam sektor Jasa usaha menengah. Supaya sektor Jasa usaha menengah benar-benar siap untuk menghadapi persaingan dengan anggota negara ASEAN lainnya. Apabila Indonesia mampu memanfaatkan teknologi modern saat ini dengan baik dalam menghasilkan produk-produk Jasa usaha menengah, maka produk-produk tersebut akan


(23)

mempunyai nilai yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dalam hal ini pihak yang mampu memberikan modal dan masyarakat yang berperan sebagai pengusaha Jasa usaha menengah. Dalam hal ini tidak hanya negara yang mendapatkan keuntungan tetapi juga masyarakat yang terlibat dalam sektor Jasa usaha menengah. Dengan lebih diperhatikannya sektor Jasa usaha menengah oleh pemerintah untuk siap menghadapi MEA 2015, maka akan lebih banyak lagi sektor Jasa usaha menengah ditengah-tengah masyarakat yang akan mampu menyerap tenaga kerja. Pengangguranpun dapat berkurang dan pendapatan masyarakat meningkat.111

Sidang ASEAN Economic Minister Meeting (AEM) ke-31 di Singapura tanggal 27 September–2 Oktober 1999 telah menyepakati kerangka kerjasama yang melibatkan Jasa usaha menengah dalam ASEAN Industrial Cooperation

(AICO). Kerangka kerjasama ini didasari oleh pemahaman bahwa Jasa usaha Kerjasama ASEAN di sektor Jasa usaha menengah telah dirintis sejak tahun 1995, yang ditandai dengan dibentuknya Kelompok Kerja Badan-Badan UKM ASEAN (ASEAN Working Group on Small and Medium-size Enterprises Agencies). Dalam pertemuan pertamanya di Jakarta tanggal 24 April 1995 telah disahkan Rencana Aksi ASEAN bagi pengembangan Jasa usaha menengah. Pertemuan ini juga menyepakati bahwa pada tahap awal kerjasama ASEAN di bidang Jasa usaha menengah akan terfokus pada sektor manufaktur.

111


(24)

menengah sebagian besar melaksanakan fungsinya sebagai industri pendukung bagi perusahaan-perusahaan besar, disamping untuk memberikan kesempatan kepada Jasa usaha menengah untuk berpartisipasi secara langsung dalam perdagangan intra ASEAN.

ASEAN Policy Blueprint for SMEs Development (APBSD) 2004-2014 telah disahkan pada Sidang AEM ke-36 di Jakarta, 3 September 2004. Policy blueprint tersebut bertujuan untuk menjamin adanya transformasi Jasa usaha menengah ASEAN yang memiliki daya saing, dinamis, inovatif dalam rangka menuju integrasi ekonomi ASEAN. Tujuan-tujuan tersebut telah dituangkan dalam aktivitas-aktivitas ASEAN Small and Medium Enterprise Agencies Working Group (SMEWG) guna merealisasikan tujuan yang hendak dicapai dalam APBSD. Pada pertemuan SMEWG ke-22 di Singapura, 27-28 Mei 2008, telah dibahas beberapa hal yang mencakup: pembentukan common curriculum for entrepreneurship in ASEAN oleh Indonesia dan Singapura, rencana penyusunan ASEAN SME White Paper, implementasi SME Section

dalam AEC Blueprint. Dan kerjasama dengan mitra wicara.

Hal ini dapat diwujudkan melalui suatu cooperative framework yang melibatkan secara aktif peran sektor swasta di ASEAN disamping meningkatkan budaya wirausaha, inovasi dan networking di kalangan Jasa usaha menengah, memberikan fasilitas kepada Jasa usaha menengah untuk memperoleh akses informasi, pasar, SDM, kredit dan keuangan serta teknologi modern. Berdasarkan cetak biru tersebut telah dipilih lima bidang kerjasama strategis dalam pengembangan Jasa usaha menengah ASEAN, yaitu: Pembangunan Sumber Daya Manusia; Dukungan dalam Bidang Pemasaran;


(25)

Bantuan dalam Bidang Keuangan; Pengembangan Teknologi; dan Penerapan Kebijakan yang Kondusif.

Dalam perkembangannya, kerjasama ASEAN di sektor Jasa usaha menengah lebih difokuskan pada tindak lanjut proyek-proyek peningkatan kapasitas dan daya saing Jasa usaha menengah di bawah payung Vientiane Action Plan dan ASEAN Policy Blueprint for SMEs Development (APBSD) 2004-2014; kerjasama dengan negara-negara Mitra Wicara; serta hal-hal berkaitan dengan prospek pengembangan Jasa usaha menengah di tengah kemajuan kerjasama ekonomi ASEAN. Dari 20 proyek yang disepakati dalam APBSD, sembilan proyek diantaranya telah selesai, tiga sedang berjalan, tujuh dalam persiapan dan satu tidak dapat dilaksanakan. Proyek-proyek APBSD 2004-2014 yang belum dapat dilaksanakan pada umumnya disebabkan oleh belum jelasnya pendanaan bagi proposal yang telah masuk serta adanya permintaan sejumlah Mitra Wicara agar usulan proyek-proyek baru dapat dikaitkan dalam kerangka FTA dengan ASEAN.

Pada pertemuan SMEWG ke-23 yang telah berlangsung di Vientiane, Lao PDR bulan Nopember 2008, telah disepakati bahwa draft common curriculum for entrepreneurship in ASEAN akan diujicobakan di Myanmar dan Viet Nam sebelum diterapkan di seluruh negara-negara ASEAN.

D. Pasar Tunggal dan Peranannya


(26)

Pasar tunggal merupakan adanya pasar bersama dalam suatu kawasan yang mana aturan dan kebijakannya dibentuk bersama, ekspor impor pun dilakukan bersama- sama sehingga tidak lagi kepada masing- masing Negara dalam proses perdagangan internasional ini. Dalam pasar tunggal ini semua arus barang, manusia, jasa dan modal bebas bergerak diantara kawasan ini tanpa ada protect. Namun, untuk mencapai tahapan ini tidak dengan mudah, suatu regionalisme harus sudah benar- benar kokoh dan kuat serta masing- masing Negara harus rela mengorbankan sedikit kedaulatannya dan harus kompak dalam menjalankannya.112

Pasar tunggal ASEAN meliputi arus bebas perdagangan barang dan jasa, permodalan dan investasi serta tenaga kerja. Penyatuan dan arus bebas tersebut menuntut adanya daya saing, khususnya kemampuan layanan infrastruktur kita sebagai penyokong utama daya saing bangsa.

Pasar tunggal ASEAN yang bakal berjalan dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015 jangan dipandang sebagai ancaman tetapi hendaknya dimanfaatkan sebagai peluang meningkatkan akses pasar. Pasar tunggal ASEAN sebagai ancaman. Namun harus dapat dimanfaatkan sebagai peluang bagi pelaku usaha Indonesia untuk memperluas penetrasi pasar ke negara-negara ASEAN tersebut.

113

a. Declaration Of Asean Concord II (Bali Concord II) Dasar hukum Pasar Tunggal yaitu :

112

tanggal 20 Juni 2016)

113


(27)

Masyarakat Ekonomi ASEAN akan membentuk ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, mengubah keragaman yang menjadi ciri khas daerah menjadi peluang untuk komplementasi bisnis membuat ASEAN segmen yang lebih dinamis dan lebih kuat dari rantai pasokan global. ASEAN Strategi terdiri dari integrasi ASEAN dan meningkatkan ASEAN ekonomi daya saing. Dalam bergerak menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN, ASEAN harus, antara lain, lembaga mekanisme baru dan langkah-langkah untuk memperkuat implementasi dari ekonomi yang ada inisiatif termasuk ASEAN Free Trade Area (AFTA), Persetujuan Kerangka Kerja ASEAN di Bidang Jasa (AFAS) dan Kawasan Investasi ASEAN (AIA); mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan orang bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN, termasuk peningkatan Penyelesaian Sengketa ASEAN yang ada Mekanisme untuk memastikan resolusi cepat dan mengikat secara hukum dari setiap sengketa ekonomi. Sebagai pertama langkah menuju terwujudnya Masyarakat Ekonomi ASEAN, ASEAN harus melaksanakan rekomendasi dari Satuan Tugas Tingkat Tinggi Integrasi Ekonomi ASEAN sebagai dianeksasi. Untuk memfasilitasi integrasi ke pasar tunggal dan basis produksi dengan lebih cepat, Masyarakat Ekonomi ASEAN memfokuskan dua wilayah khusus, yaitu: sektor-sektor integrasi prioritas, pangan, pertanian dan kehutanan.


(28)

Pasar adalah lembaga ekonomi tempat bertemunya pembeli dan penjual, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk melakukan transaksi Perdagangan.114 Kebijakan dan pengendalian Perdagangan Dalam Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan pada peningkatan efisiensi dan efektivitas Distribusi, peningkatan iklim usaha dan kepastian berusaha, pengintegrasian dan perluasan Pasar dalam negeri, peningkatan akses Pasar bagi Produk Dalam Negeri dan pelindungan konsumen.115

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Pelaku Usaha secara sendiri-sendiri atau bersama-sama mengembangkan sarana Perdagangan berupa: Pasar rakyat, pasar tunggal, pusat perbelanjaan, toko swalayan, Gudang, perkulakan, Pasar lelang komoditas, Pasar berjangka komoditi atau sarana Perdagangan lainnya.116 Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan pengaturan tentang pengembangan, penataan dan pembinaan yang setara dan berkeadilan terhadap Pasar rakyat, pasar tunggal, pusat perbelanjaan, toko swalayan, dan perkulakan untuk menciptakan kepastian berusaha dan hubungan kerja sama yang seimbang antara pemasok dan pengecer dengan tetap memperhatikan keberpihakan kepada koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah.117

114

Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan, Pasal 1 angka 12 115

Ibid, Pasal 5 ayat (2) 116

Ibid, Pasal 12 ayat (1) 117


(29)

b. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2015-2019

MEA 2015, merupakan komitmen bersama untuk menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, kawasan berdaya saing tinggi, kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata dan integrasi kedalam perekonomian dunia. Masyarakat ekonomi ASEAN akan mulai diimplementasikan pada akhir Tahun 2015. Disamping menimbulkan implikasi berupa tantangan bagi industri dalam negeri karena persaingan di pasar domestik dan internasional yang lebih ketat, MEA juga membawa berkah berupa potensi akses pasar yang lebih luas bagi barang dan jasa dalam negeri. MEA sebenarnya bukan hanya berdimensi liberalisasi Peraturan Daerahgangan barang dan jasa melalui penciptaan pasar tunggal dan basis produksi tunggal di kawasan ASEAN, tetapi MEA juga bertujuan untuk mengembangkan ASEAN menjadi kawasan yang berdaya saing tinggi, memiliki pembangunan ekonomi yang merata dan terintegrasi dengan perekonomian dunia.

c. Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi Association Of Southeast Asian Nations

Dalam mengambil langkah-langkah berpedoman kepada program yang meliputi:


(30)

a) Peningkatan Daya Saing dan Pemanfaatan Komitmen AEC; b) Komitmen AEC untuk Arus Barang Secara Bebas;

c) Komitmen AEC untuk Arus Jasa Secara Bebas; d) Komitmen AEC untuk Arus Investasi Secara Bebas; e) Komitmen AEC untuk Arus Modal yang lebih bebas; f) Priority Integration Sectors; dan

g) Komitmen AEC untuk Perdagangan Makanan, Pertanian, dan Kehutanan

d. Piagam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara

Menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang stabil, makmur, sangat kompetitif, dan terintegrasi secara ekonomis melalui fasilitasi yang efektif untuk perdagangan dan investasi, yang di dalamnya terdapat arus lalu lintas barang, jasa-jasa dan investasi yang bebas; terfasilitasinya pergerakan pelaku usaha, pekerja profesional, pekerja berbakat dan buruh; dan arus modal yang lebih bebas.118

2. Tantangan dan Peluang Indonesia menghadapi Pasar Tunggal ASEAN

Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. Pasar Tunggal dan Komunitas ASEAN yang akan dimulai akhir tahun 2015 memberikan

118


(31)

peluang Pasar lebih besar bagi Indonesia karena terdapat 360 Juta penduduk kawasan Regional tersebut. Namun, justru tantangan paling besar yang dihadapi Indonesia dalam memasuki Pasar Tunggal ASEAN adalah sektor ekonomi. Sebab, selama ini pengusaha Indonesia sudah nyaman dengan Pasar dalam negeri yang sudah besar.

Pasar tunggal ASEAN sudah di depan mata. Saat ini, pemerintah tengah menyiapkan Jasa usaha menengah agar dapat bersaing. UMKM diharapkan dapat bertahan dan menjadi produk unggulan dan menjadi primadona dalam pasar tunggal ASEAN 2015 mendatang. Paling tidak, hal tersebut tak menjadikan Indonesia hanya sebagai pasar, namun juga ikut memberikan kontribusi produk kepada negara tetangga. beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh Jasa usaha menengah nanti. Antara lain, persaingan yang makin tajam termasuk dalam memperoleh sumber daya, menjaga dan meningkatkan daya saing Jasa usaha menengah sebagai industri kreatif dan inovatif, meningkatkan standar, desain dan kualitas produk agar sesuai ketentuan ASEAN serta diversivikasi output dan stabilitas pendapatan usaha mikro. juga harus meningkatkan kemampuan Jasa usaha menengah agar mampu memanfaatkan fasilitas pembiayaan yang ada, termasuk dalam kerangka kerja sama ASEAN. Agar pengusaha tetap dapat bersaing di pasar ASEAN, pengusaha perlu melakukan peningkatan efisiensi usaha dan kualitas produk termasuk packgaging. Melakukan pengembangan usaha dan networking dengan mitra lokal di negara ASEAN. Promosi produk dan mengikuti pameran di negara ASEAN, mengembangkan inovasi dan jaringan kerja serta mampu


(32)

beradaptasi dan sensitif terhadap kebutuhan, gaya hidup, dan tren negara tujuan ekspor di ASEAN.

Setiap pelaku Jasa usaha menengah lebih fokus memperhatikan potensi daerah dan arah pembangunan ekonomi, capacity building bagi pelaku Jasa usaha menengah dan pendampingan bagi calon Jasa usaha menengah dengan cara yang tepat serta penerapan supply chain management untuk menghilangkan seluruh hambatan. kondisi Jasa usaha menengah memiliki peran besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi makro telah membawa hasil yang positif, sedangkan pertumbuhan di sektor riil yang banyak dilakukan oleh Jasa usaha menengah masih jauh dari harapan. Sayangnya, lanjutnya, usaha mikro hanya berfungsi sebagai jaring pengaman makro-ekonomi sehingga tidak dipandang sebagai sebuah sektor potensial. beberapa catatan untuk mempersiapkan dalam memasuki pasar tunggal ASEAN yakni mmelakukan pemetaan untuk menginventarisir Jasa usaha menengah yang memiliki potensi berikut pasar yang dimiliki guna menetapkan positioning dan keunggulan dibandingkan negara ASEAN lainnya dan identifikasi seluruh kelemahan dan hambatan dari Jasa usaha menengah dengan memperhatikan pilar-pilar yang memiliki peringkat rendah menurut laporan lembaga asing. Selain itu, mengembangkan rantai nilai Jasa usaha menengah diantara negara-negara ASEAN yang dapat dikembangkan menjadi cluster ASEAN. keberadaan Jasa usaha menengah dalam memasuki pasar tunggal ASEAN. Menurutnya, kalangan pemerintah


(33)

maupun dunia usaha belum menyadari dampak dasar tunggal ASEAN terhadap perekonomian nasional.119

Sejatinya masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) adalah pasar tunggal bagi negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pasar tunggal yang akan diterapkan akhir 2015 ini bertujuan meningkatkan daya saing serta menarik modal investasi di negara-negara anggota ASEAN. Penanaman modal asing di negara-negara ASEAN dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan. MEA juga memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. Secara umum ada lima elemen dasar MEA, yakni persaingan bebas barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja. 120

Tantangan dan peluang persaingan produk di pasar ASEAN akan terjadi dan dengan kesepakatan regional serta pembenahan lokal, pasar tunggal ASEAN diharapkan dapat berjalan dengan baik, terhindar dari konflik kepentingan yang melibatkan negara. Negara‐negara ASEAN tidak boleh gagal dalam melaksanakan pasar tunggal ASEAN 2015. Jika kebanyakan diantara 10 negara ASEAN gagal melaksanakan komitmen, maka hal ini akan berakibat kegagalan pelaksanaan pasar terintegrasi di kawasan ASEAN dan kesepakatan‐kesepakatan tidak memberikan manfaat luas secara ekonomi, tetapi bahkan menjadi wilayah yang menguntungkan negara‐negara mitra ASEAN yang terlibat didalamnya. Peran sektor

119

120


(34)

swasta sangat vital dalam menyukseskan pasar tunggal ASEAN. AEC adalah pasar tunggal dan basis produksi untuk barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja trampil yang secara bebas masuk dan keluar kawasan ekonomi ASEAN. Dengan kemampuan persaingan yang tinggi, kekuatan ASEAN terhadap 6 negara mitra harus menjadi peluang ekonomi yang menguntungkan.121 Terbentuknya pasar tunggal yang bebas, maka akan terbuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasarnya di kawasan ASEAN. Selain itu, SDM Indonesia harus siap dalam menghadapi tenaga-tenaga profesional asing yang akan masuk ke Indonesia.122

3. Peran ASEAN dalam Menghadapi Pasar Tunggal pada Bidang Jasa Usaha Menengah

Isu tentang penguatan sektor UMKM dan pasar domestik akhir-akhir ini kembali marak diperbincangkan setelah para menteri ekonomi dari negara-negara ASEAN bertemu di Brunei Darussalam pada bulan Agustus 2013 dalam rangka mematangkan rencana pemberlakuan pasar tunggal ASEAN. Pemberlakuan pasar tunggal ASEAN direncanakan, dengan maksud untuk:

a. mewujudkan ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal, b. menjadikan ASEAN sebagai kawasan berdaya saing tinggi,

121

Sahat M. Pasaribu, dkk, Kajian Kesiapan Sektor Pertanian Menghadapi Pasar

Tunggal ASEAN 2015, Makalah Proposal Operasional Penelitian, (Jakarta :Pusat Sosial Ekonomi

dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, 2014), hal 15-16 122


(35)

c. menjadikan ASEAN sebagai kawasan dengan pembangunan ekonomi yang lebih merata merata, dan

d. menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi dengan perekonomian dunia. Adapun tujuannya adalah untuk menciptakan ASEAN sebagai sebuah kawasan yang bebas akan arus barang, jasa, faktor produksi, investasi, modal, dan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN, serta untuk mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi diantara negara-negara anggotanya, termasuk Indonesia, melalui sejumlah kerjasama yang saling menguntungkan.

Upaya Indonesia menyongsong pemberlakuan pasar tunggal Asean dirasa penting karena waktu pelaksanaannya sudah dekat, apalagi Indonesia dinilai oleh banyak kalangan belum cukup siap. Bahkan muncul berbagai pandangan skeptik dan kekhawatiran yang berlebihan atas dampak pemberlakuan Pasar Tunggal Asean 2015, karena dapat menekan dan memporak porandakan pasar dan perekonomian domestik Indonesia.

Kekhawatiran tersebut bukan tanpa alasan. Ditinjau dari berbagai parameter daya saing, Indonesia tidak satu pun memiliki keunggulan yang signifikan dibanding negara-negara pesaing. Bahkan, untuk beberapa parameter, posisi Indonesia tertinggal jauh di belakang negara-nagara Asean lainnya. Satu-satunya keunggulan yang dimiliki Indonesia hanya dari segi pengusaan bahan baku berbasis sumber daya alam, baik mineral maupun agro. Namun, dengan pemberlakuan pasar tunggal Asean, dapat dipastikan Indonesia akan semakin kehilangan nilai tambah dari sumber daya alam yang dimiliki.


(36)

Berdasarkan kajian kementerian perindustrian, terdapat empat faktor yang membuat daya saing Indonesia di bawah rata-rata negara pesaing di kawasan Asean. Keempat faktor itu adalah :

1) kinerja logistik, 2) tarif pajak,

3) suku bunga bank, dan 4) produktivitas tenaga kerja.

ASEAN nerupakan salah satu organisasi internasional yang ada di kawasan Asia tenggara dengan anggota yang juga Negara-negara di kawasan tersebut. Pembentukan ASEAN oleh karna ada nya pertemuan di Bangkok yang di hadiri oleh mentri luar negri dari 5 (lima) negara yaitu: Adam malik (Indonesia) Tun abdul razak (Malaysia), Tanat Khoman (Thailand), S.Rajaradnam (singapura). Akhirnya pada tanggal 8 agustus 1967 di capai kesepakatan untuk membentuk suatu organisasi kerja sama Negara Asia tenggara (ASEAN).

Peranan ASEAN yaitu :

a. ASEAN Regional Forum (ARF). Forum ini di maksudkan untuk meningkatkan kerjasama politik dan keamanan di Asia pasifik.

b. ASEAN mempelopori Perjanjian Persahabatan dan kerja sama di Asia Tenggara (TAC). TAC merupakan Code of condukt


(37)

c. Peranan ASEAN dalam masalah di asia timur. Mengenai masalah-masalah yang di alami asia timur, ASEAN, tidak mengambil andil besar karna tuduhan melakukan urusan regional mereka.

d. Kerja sama Ekonomi atas dasar saling menguntungkan

e. Mengecam kebijakan dan praktik pemisahan f. Mendukung sepenuhnya terhadap prinsip hak asasi

manusia

g. Penyelesaian perbedaan dan persengketaan dengan damai.123

ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi memiliki lima elemen utama, yaitu (i) aliran bebas barang, (ii) aliran bebas jasa, (iii) aliran bebas investasi, (iv) aliran modal yang lebih bebas, serta (v) aliran bebas tenaga kerja terampil. Disamping itu, pasar tunggal dan basis produksi juga mencakup dua komponen penting lainnya, yaitu Priority Integration Services (PIS) dan kerja sama bidang pangan, pertanian, dan kehutanan.124

Peran ASEAN dalam menghadapi pasar tunggal pada bidang jasa usaha menengah sudah menjadi komitmen bersama warga bangsa di Kawasan Asean yang harus dijaga dan diwujudkan. Pemberlakuannya tinggal menunggu waktu dan kita harus siap menghadapinya. Oleh karena

123

http://aminbudisetyanto75.blogspot.co.id/2012/09/peranan-organisasi-internasionalaseanaa.html

124


(38)

http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/asean/Pages/Masyarakat-Ekonomi-ASEAN-itu, berbagai kelemahan tersebut hendaknya menjadi pemicu agar bangsa ini lebih menyadari akan ketertinggalannya dan bersemangat bangkit menghadapi pemberlakuan pasar tunggal Asean 2015 dengan kepercayaan diri yang lebih tinggi dan kesiapan bertindak yang lebih baik. Namun perlu dipedomani bersama bahwa pemberlakuan pasar tunggal ASEAN tidak boleh mengorbankan kepentingan nasional, apalagi menyengsarakan kehidupan warga bangsa ini.

Upaya mengamankan kepentingan nasional dari pemberlakuan pasar tunggal Asean perlu ditempuh dengan cara-cara yang arif tetapi harus berpihak. Dalam hal ini, berpihak kepada upaya penyelamatan dan penguatan peran Jasa usaha menengah dalam perekonomian, terutama pada sektor-sektor usaha yang strategis dan merupakan inti dari usaha ekonomi rakyat.

Jasa usaha menengah masih merupakan sendi utama perekonomian Indonesia. Secara kuantitatif Jasa usaha menengah masih mendominasi lapangan ekonomi di negeri ini, baik dilihat dari segi jumlah satuan unit usaha maupun dari segi jumlah serapan tenaga kerja. Sedangkan kontribusinya dalam pembentukan PDB, ternyata sektor usaha besar masih merupakan sektor yang paling besar kontribusinya dalam pembentukan PDB, menyusul sektor usaha mikro, kecil dan sektor usaha menengah. Hal ini mengindikasikan bahwa produktivitas (PDB per tenaga kerja dan PDB per sektor usaha) sektor Jasa usaha menengah masih rendah.


(39)

Keberadaan Jasa usaha menengah hendaknya tidak lagi dilihat sebagai usaha ekonomi tradisional yang tidak produktif, melainkan harus diperlakukan sebagai ekonomi jejaring yang mampu menghubungkan sentra-sentra inovasi, produksi dan kemandirian Jasa usaha menengah ke dalam suatu jaringan berbasis teknologi informasi yang mendorong terbentuknya suatu jejaring pasar domestik diantara sentra dan pelaku Jasa usaha menengah.

Jasa usaha menengah dapat menerapkan sistem open consumer society cooperatives, yang memposisikan konsumen sekaligus sebagai pemilik dari berbagai usaha dan layanan yang dinikmatinya, sehingga terjadi suatu siklus kinerja usaha yang paling efisien karena pembeli adalah juga pemilik sebagaimana diiklankan di banyak negara yang menganut sistem welfare state dengan motto “belanja kebutuhan sehari-hari di toko milik sendiri. Ekonomi jejaring ini pada akhirnya harus memperkuat kepemilikan modal sosial dan modal intelektualnya melalui perluasan dan penguatan jejaring telekomunikasi, jejaring pembiayaan, jejaring usaha dan perdagangan, jejaring advokasi usaha, jejaring saling belajar bersama, serta jejaring sumberdaya lainnya seperti hasil riset dan teknologi, berbagai inovasi baru, informasi pasar, kebijakan dan intelejen usaha (bussiness intelegence), yang adil dan merata bagi setiap warganegara, agar tidak terjadi diskriminasi diantara pelaku Jasa usaha menengah, sehingga jejaring tersebut dapat merepresentasikan sebuah perekonomian yang menghimpun para pelaku ekonomi, seperti produsen, konsumen, services provider, cargo dan sebagainya dalam jaringan yang


(40)

terhubung baik secara elektronik maupun melalui berbagai forum usaha yang aktif dan dinamis, sehingga Jasa usaha menengah diusahakan untuk siap bersaing dengan cara mengadopsi teknologi informasi dan sistem manajemen yang paling canggih sebagaimana dimiliki oleh lembaga-lembaga bisnis internasional.

Upaya memperkuat peran sektor Jasa usaha menengah diarahkan pada sektor-sektor industri unggulan yang diharapkan menjadi penyelamat ekonomi Indonesia di era pasar tunggal ASEAN yang meliputi sembilan komoditas industri nasional yang saat ini daya saingnya relatif lebih tinggi dibanding negara-negara Asean. Upaya-upaya ini memerlukan dukungan pembiayaan dan percepatan kebijakan pendanaan yang kondusif. Upaya-upaya tersebut jika disertai dengan penyiapan SDM yang berdaya saing dan berdaya juang tinggi maka akan menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi pula. Sebaliknya, jika daya saing keduanya rendah maka kekuatan pasar domestik akan terus melemah dan pasar domestik akan dibanjiri oleh produk-produk impor. Upaya penguatan pasar domestik sangat mendesak untuk dilakukan mengingat 40% pasar Asean ada di Indonesia. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa, pasar domestik Indonesia akan sangat menjanjikan bagi negara-negara Asean.

Pemerintah, pengusaha, dan segenap pemangku kepentingan harus berkomitmen untuk lebih awal menguasai pasar domestik dengan lebih agresif dan progessif, harus bersatu padu dalam menghadapi pemberlakuan pasar tunggal Asean, dan harus optimistis bahwa


(41)

pemberlakuan pasar tunggal Asean adalah sebuah peluang emas, bukan ancaman yang perlu ditakuti. Seluruh pelaku Jasa usaha menengah harus bisa melakukan koneksi dengan sesamanya dan dengan kelompok pelaku usaha lainnya di tempat lain.


(42)

BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK MEREK PADA BIDANG JASA USAHA MENENGAH DALAM RANGKA MENGHADAPI PASAR

TUNGGAL ASEAN

A. Peran dan Kebijakan Pemerintah dan swasta Terhadap Hak Merek di bidang Jasa Usaha Menengah dalam menghadapi pasar tunggal ASEAN

Usaha menengah merupakan sektor usaha yang memiliki banyak variasi produk, yakni mulai dari produk kebutuhan sehari - hari hingga produk - produk yang berupa barang kerajinan cinderamata. Hal ini membuat sektor usaha kecil menengah menjadi sektor usaha yang menjanjikan. Banyaknya usaha kecil menengah yang dijalankan di Indonesia menyebabkan kadang kala hasil produk antara satu usaha kecil menengah dengan usaha kecil menengah yang lainnya memiliki kesamaan atau kemiripan produk, terutama pada produk-produk yang dianggap sedang laku di pasaran. Kondisi ini menimbulkan banyaknya kasus - kasus pemalsuan terhadap produk - produk laris tersebut.125

Usaha Menengah mengambil peranan aktif dalam perekonomian di Indonesia. Usaha menengah tetap bertahan bahkan peranannya semakin meningkat dan terlihat sangat jelas dalam perekonomian Indonesia. Pada saat itu bentuk usaha inilah yang paling cepat pulih dari krisis ekonomi dibandingkan dengan usaha-usaha skala besar yang banyak terpuruk pada saat itu.Dari sekian banyak jasa usaha menengah yang berkembang di Indonesia dan tidak hanya

125

Diva Gede, Mengembangkan UKM Melalui Pemberdayaan Peran Pemerintah Daerah. (Jakarta : Bakrie School of Management, 2009), hal 67


(43)

terbatas pada bidang-bidang usaha yang telah disebutkan sebelumnya tersebut, keberadaan jasa usaha menengah tidak terlepas dari keterkaitannya dengan hak merek. Dimulai dari produk yang dihasilkan dari kegiatan usaha menengah, teknologi yang digunakan, desain dari setiap produk yang dihasilkan, maupun penggunaan merek dagang ataupun merek jasa untuk kepentingan pemasaran.126

Fungsi utama dari sebuah merek adalah agar konsumen dapat mencirikan suatu produk yang dimiliki oleh pelaku jasa usaha menengah sehingga dapat dibedakan dari produk jasa usaha menengah lain yang serupa atau yang mirip yang dimiliki oleh pesaingnya. Untuk dapat melakukan hal tersebut pemakai harus mampu membed akan dengan mudah antara produk yang asli dengan produk-produk yang identik atau yang mirip. Untuk memungkinkan satu jasa usaha menengah dapat membedakan dirinya dan produk yang dimiliki terhadap apa Merek mempunyai peranan yang sangat penting bagi pemilik suatu produk. Hal ini disebabkan oleh fungsi merek itu sendiri untuk membedakan dalam memperkenalkan suatu barang dan/atau jasa dengan barang dan/atau jasa lainnya yang mempunyai kriteria dalam kelas barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi oleh perusahaan yang berbeda. Dengan memiliki suatu merek berarti telah dapat diterapkan salah satu strategi pemasaran, yaitu strategi pengembangan produk kepada masyarakat pemakai atau kepada masyarakat konsumen, dimana kedudukan suatu merek dipengaruhi oleh baik atau tidaknya mutu suatu barang yang bersangkutan. Jadi merek akan selalu dicari apabila produk atau jasa yang menggunakan merek mempunyai mutu dan karakter yang baik yang dapat digunakan untuk mempengaruhi pasar tunggal.


(44)

yang dimiliki oleh para pesaingnya, maka merek menjadi peran penting dalam pencitraan dan strategi pemasaran tunggal.

Kebanyakan jasa usaha menengah itu sendiri, ada beberapa alasan yang menjadi kendala mereka untuk mendaftarkan merek dagangnya yaitu alasan karena biaya untuk pendaftaran itu sendiri dan kurangnya pengetahuan dan kesadaran terhadap pentingnya pendaftaran merek itu sebagai jaminan untuk melindungi merek produk pangan merek. Adapun beberapa usaha pemerintah daerah dalam hal membantu para jasa usaha menengahuntuk mendaftarkan merek dagangnya yaitu Membantu jasa usaha menengah dalam hal pendaftaran. Apabila jasa usaha menengah tidak memiliki biaya akan dibantu dalam hal pembiayaan apabila ada APBN yang tersedia. Membantu membiayai pendaftaran merek bagi jasa usaha menengah yang tidak memiliki biaya dengan syarat jasa usaha menengah tersebut harus aktif. Aktif dalam hal ini adalah aktif dalam hal memproduksi produknya dalam jangka panjang, melakukan pembinaan dokumen untuk pendaftaran mereknya, melakukan pelatihan-pelatihan pengolahan makanan. Tidak semua jasa usaha menengah yang mendapat bantuan dari pemerintah. Ada beberapa kriteria jasa usaha menengah yang mendapat bantuan untuk mendaftarkan merek dagangnya yakni jasa usaha menengah binaan yang berpotensi yang mendapat perlindungan mereknya. Jadi tidak asal jasa usaha menengah yang mendapat bantuan seperti jasa usaha menengah yang mengola makanan yang tidak berpotensi, jasa usaha menengah yang produk pangannya yang pemasarannya menjamur atau eksis, jasa usaha menengah yang memiliki produk yang ada mereknya dan mereknya dikenal masyarakat namun belum ada pelindungan yang kemudian mendapat bantuan pendaftaran merek.


(45)

Produk Indonesia praktis tidak terlalu menghadapi masalah sebab hampir delapan puluh persen perdagangan Indonesia sudah bebas hambatan. Bahkan ekonomi yang berbasis kerakyatan (usaha menengah) berpeluang menembus pasar negara ASEAN. Pemerintah telah melakukan upaya percepatan pemerataan pembangunan sebagai bagian dari penguatan ekonomi kerakyatan. Usaha lain yang dilakukan pemerintah adalah dengan membentuk cluster untuk pembinaan jasa usaha menengah agar memiliki daya saing.127

127

Pemerintah coba meningkatkan kesadaran usaha menengah terhadap pentingnya masalah hak merek. Apalagi, jasa usaha menengah yang bergerak dalam industri kreatif. Ini dimaksudkan untuk melindungi jasa usaha menengah sehingga bisa berkembang pesat. Sangat penting bagi jasa usaha menengah maupun perusahaan swasta lain untuk memanfaatkan hak merek dalam pengembangan usahanya. Saat ini, dengan adanya rezim HKI, ada lebih dari 60 juta teknologi yang bisa diakses free. Jadi, pengusaha dapat mempelajari, memanfaatkan, lalu mengembangkan. Setelah itu, daftarkan patennya. Untuk jasa usaha menengah yang bergerak dalam bidang industri sepatu, potensi hak merek yang ada diantaranya gambar-gambar dari desain sepatu-sepatu, perlindungan Desain industri untuk desain sepatu tersebut, perlindungan merek dagang untuk merek yang digunakan pada produk sepatu tersebut. Bahkan paten apabila dalam produksinya menggunakan teknologi dan alat-alat baru yang tidak pernah dipergunakan oleh industri lainnya. Tentunya perlindungan hak merek ini tidak selalu sama untuk setiap kegiatan usaha menengah.


(46)

Dalam Undang - undang No. 20 tahun 2008 tentang usaha menengah peran pemerintah dan swasta adalah sebagai fasilitator, regulator, dan katalisator dalam proses penguatan jasa usaha menengah. Dimana fungsi fasilitator dimaksudkan untuk memfasilitasi jasa usaha menengah dalam rangka mencapai tujuan penguatan usaha yang dimilikinya. Selanjutnya peran dari fungsi regulator yaitu membuat kebijakan-kebijakan yang mempermudah jasa usaha menengah untuk mengokohkan usahanya. Sedangkan fungsi katalisator memiliki tugas untuk mempercepat terjadinya pertumbuhan jasa usaha menengah melalui kebijakan pemerintah, negara dapat memberikan jaminan hukum dan perundang-undangan. Apalagi terhadap kegiatan perekonomian yang potensial seperti jasa usaha menengah. Dengan demikian peran pemerintah yang sesuai dengan penelitian ini adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan daya saing usaha kecil menengah inovatif.

Peran pemerintah dan swasta adalah sebagai fasilitator perolehan hak merek dengan beberapa kriteria sebagai berikut :

1. Pemberian sesuatu, baik yang berupa uang atau subsidi, barang atau jasa. 2. Keistimewaan, baik yang berupa keringanan atau kekuatan dalam waktu

lintas hukum.

3. Kebijaksanaan yang tersendiri

4. Fasilitasi bagi usaha kecil menengah terhadap pemanfaatan sumber daya. 5. Pembinaan usaha kecil menengah dalam memperkuat jaringan klaster

industri.

6. Penyusunan kebijakan usaha kecil menengah. 7. Pemberian kemudahan ijin usaha kecil menengah.

8. Pemberian fasilitasi kemudahan akses perbankan bagi usaha kecil menengah.

9. Fasilitasi kerjasama kemitraan usaha kecil menengah dengan swasta.128

128

Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia (Isu - Isu Penting hak merek dagang). (Jakarta :LP3, 2013), hal 74


(47)

Bagi UKM inovatif tidak perlu mengikuti proses pendaftaran permohonan hak merek, karena pendaftaran dilakukan sendiri oleh dinas perdagangan dan perindustrian.. Selanjutnya keistimewaan yang diperoleh pelaku usaha kecil menengah inovatif melalui kegiatan fasilitasi perolehan hak merek adalah bahwa pelaku usaha kecil menengah inovatif tidak perlu mengikuti semua prosedur rumit yang diterapkan oleh kantor wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia serta dapat meminimalisir kemungkinan ditolaknya hak merek yang didaftarkan. Selain itu waktu tunggu dalam perolehan sertifikat tidak memerlukan waktu lama. Biasanya lama waktu tunggu lama proses pengurusan hak merek untuk UKM non inovatif antara 15 - 24 bulan, sedangkan keistimewaan waktu yang diterima oleh UKM inovatif adalah lama pengurusan hak merek hanya sekitar 10 bulan. Fasilitasi perolehan hak merek tersebut sejatinya bermaksud menyerderhanakan prosedur pengurusan permohonan hak merek. Salah satu aspek dari lingkungan usaha yang sehat adalah mudahnya proses permohonan hak merek. Pada umumnya, untuk memperoleh sertifikat hak merek, pelaku usaha kecil menengah harus mengeluarkan biaya sekitar 3 atau 4 kali dari biaya permohonan yang ditentukan. Sertifikat hak merek juga harus diperbaharui setiap beberapa tahun dan memerlukan beberapa klarifikasi dari beberapa pejabat yang berwenang, yang biasanya menyebabkan perlunya biaya tambahan. Hal ini terjadi karena proses pengurusan tidak transparan, mahal, berbelit-belit, diskriminatif, lama dan tidak pasti, serta tumpang tindih antara pemerintah pusat dengan daerah maupun antar instansi di daerah.


(48)

Akibatnya, minat pelaku usaha kecil menengah terhambat untuk mendaftarkan perlindungan hak mereknya. Melalui fasilitasi tersebut pelaku usaha kecil menengah inovatif tidak perlu lagi mengikuti alur pendaftaran yang dirasakan cukup berbelit - belit jika melakukan pendaftaran langsung melalui Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia. Pelaku usaha kecil menengah inovatif yang ingin mengajukan permohonan perlindungan merek dapat mengajukannya langsung melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian. Kebijakan pemerintah dan swasta terhadap hak merek di bidang jasa Usaha Menengah dalah dibuatnya kegiatan fasilitasi itu sendiri. Kegiatan fasilitasi tersebut merupakan implementasi dari Undang - undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah yang menjelaskan bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah memfasilitasi pengembangan usaha kecil menengah dalam berbagai bidang dimana salah satu bidang tersebut adalah bidang desain dan teknologi. Dimana pengembangan dalam bidang desain dan teknologi sebagai mana yang dimaksud pada bab ini dilakukan dengan salah bentuknya yaitu mendorong usaha kecil menengah untuk memperoleh sertifikat hak merek.129

Pengembangan UMKM dilakukan dalam rangka menuju pertumbuhan ekonomi masyarakat ASEAN. Dalam rangka menuju MEA, terdapat peluang yang besar bagi UKM untuk meraih potensi pasar dan peluang investasi harus dapat

129

Betsy Setiono, Peran Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Surabaya dalam perolehan Hak Merek Bagi Usaha Kecil Menengah Inovatif, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga, Kebijakan dan Manajemen Publik, jurnal Hukum 2303 – 341 Tahun 2014


(49)

dimanfaatkan dengan baik. Guna memanfaatkan peluang tersebut, maka tantangan yang terbesar bagi hak merek pada bidang usaha menengah menghadapi MEA adalah bagaimana mampu menentukan strategi yang jitu guna memenangkan persaingan. Pada saat MEA diterapkan, diperkirakan akan terjadi perubahan-perubahan perilaku pasar tunggal dengan karakteristik pasar yang dinamis, kompetisi global, dan bentuk organisasi yang cenderung membentuk jejaring (network), tingkat industri yang pengorganisasian produksinya fleksibel dengan pertumbuhan yang didorong oleh inovasi/pengetahuan, didukung teknologi digital; sumber kompetisi pada inovasi, kualitas, waktu, dan biaya. Oleh karena itulah, mulai saat ini UKM harus mulai berbenah guna menghadapi perilaku pasar tunggal yang semakin terbuka di masa mendatang. Para pelaku UMKM tidak boleh lagi harus mengandalkan buruh murah dalam pengembangan bisnisnya. Kerjasama dan pembentukan jejaring bisnis, baik di dalam dan di luar negeri sesama UKM maupun dengan pelaku usaha besar harus dikembangkan. Peranan pemerintah tentu menjadi penting terutama untuk mengantarkan mereka agar mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya dalam memanfaatkan MEA.

Beberapa kebijakan pemerintah dan swasta untuk memberdayakan hak merek terhadap UMKM dalam menghadapi pasar tunggal adalah :

1. Meningkatkan kualitas dan standar produk Guna dapat memanfaatkan peluang dan potensi pasar di kawasan ASEAN dan pasar global, maka produk yang dihasilkan UKM haruslah memenuhi kualitas dan standar yang sesuai dengan kesepakatan ASEAN dan negara tujuan. Dalam kerangka itu, maka UKM harus mulai difasilitasi dengan kebutuhan kualitas dan standar produk yang


(50)

dukungan teknologi untuk peningkatan kualitas dan produktivitas serta introduksi merek kepada para pelaku UKM yang ingin memanfaatkan pasar tunggal ASEAN perlu segera dilakukan.

2. Meningkatkan akses finansial Isu finansial dalam pengembangan bisnis UKM sangatlah klasik. Selama ini, belum banyak UKM yang bisa memanfaatkan skema pembiayaan yang diberikan oleh perbankan.

3. Memperkuat dan meningkatkan akses dan transfer teknologi bagi UKM untuk pengembangan UKM inovatif Akses dan transfer teknologi untuk UKM masih merupakan tantangan yang dihadapi di Indonesia.

4. Memfasilitasi UKM berkaitan akses informasi dan promosi di luar negeri Bagian terpenting dari proses produksi adalah masalah pasar. Sebaik apapun kualitas produk yang dihasilkan, kalau masyarakat atau pasar tidak mengetahuinya, maka produk tersebut akan sulit dipasarkan. Oleh karena itu, maka pemberian informasi dan promosi produk-produk UKM, khususnya untuk memperkenalkan di pasar tunggal ASEAN harus ditingkatkan.130

B. Perlindungan Hukum atas Merek di Bidang Jasa Usaha Menengah di Indonesia

Berlakunya UU Merek di Indonesia pencatutan, pendomplengan, penggunaan

nama maupun domain name atas suatu merek yang telah terkenal merupakan musuh besar bagi perkembangan industri sebuah perusahaan. Pengaturan merek dengan Undang – Undang ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan

130


(51)

secara efektif untuk mencegah segala bentuk pelanggaran yang berupa penjiplakan, penggunaan nama yang sama, pencatutan nama, atau domain name

atas suatu merek. UU Merek menetapkan tujuan, untuk mendorong kelancaran dan peningkatan perdagangan barang dan jasa merek dengan mempromosikan mereknya tersebut kepada khalayak ramai agar dapat dinikmati karena merek merupakan karya atas olah pikir manusia yang dituangkan ke dalam bentuk benda immaterial.

Perlindungan terhadap merek asing atau luar bagi pemegang merek tersebut sangatlah menentukan bagi perkembangan dan kemajuan dari industri yang ditekuni dan dijalaninya agar merek yang dimilikinya tidak disalahgunakan oleh orang – orang yang tidak mempunyai itikad baik dalam menggunakan mereknya untuk mengelabui konsumen yang telah lama memakai mereknya dengan mendaftarkan dan menggunakan nama yang sama pada pendaftarannya. pendomplengan nama maupun penjiplakan dari merek terkenal. Sebuah merek sangatlah gampang untuk ditiru bagi produsen – produsen perusahaan untuk meningkatkan daya jual ke pasaran dengan menggandeng ketenaran dari merek perusahaan yang telah ada di pasaran sebelumnya.

Pada Jasa usaha menengah pada saat dilakukan mereka memamerkan produk – produk yang dimiliki oleh mereka yang belum didaftarkan. Hanya dengan melihat dan memotret produk tesebut kemudian membuatnya kembali produk tersebut dan didaftarkan. Cara seperti ini secara tidak langsung yang dimana produk buatan seseorang tadi yang seharusnya miliknya dapat dengan mudah ditiru oleh orang lain dan mendaftarkannya sebagai merek dari produknya.


(52)

yang telah tenar dan mereknya yang sudah dikenal khalayak ramai tidak luput dari pihak yang ingin menyabotase ketenarannya itu dengan mendompleng nama dari merek perusahaan tersebut. Dengan membuat nama mirip atau dari pengucapan yang serupa walaupun pada dasarnya berbeda jenis barangnya. Oknum tadi dengan mudah dapat meraup keuntungan dengan merek yang digunakannya tersebut sehingga menimbulkan keragu-raguan pada khalayak ramai terhadap produk yang dipakai oleh mereka dan telah beredar di pasaran. Jika ini hal ini tidak ditindaklanjuti secara serius maka akan terus menyebar dan orang akan melakukan tindakan seenaknya saja demi mendapatkan keuntungan yang berlebih. Keadaan ini menjadi tidak kondusif bagi si pemilik merek dan lambat laun akan menjadi sebuah mesin yang dapat membunuh bagi pemilik merek, sehingga seorang pemilik merek akan berkurang minatnya dalam berkreasi menciptakan produk-produk baru agar bisa bersaing dengan produk-produk lainnya di pasaran.

Perlindungan hak merek terhadap hasil karya dari jasa usaha menengah itu menjadi sangat penting. Karena produk-produk yang diproduksi oleh jasa usaha menengah di Indonesia banyak yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki keunikan terutama apabila sudah masuk dalam pasar luar negeri. Karena Indonesia kurang peka dan tidak memberikan perlindungan terhadap produk yang dimiliki, pada akhirnya banyak dari produk Indonesia khususnya produk-produk yang memiliki nilai tradisional yang ide-ide dan desainnya dicuri oleh pihak luar. Mungkin Indonesia tidak menyadari bahwa perlindungan hak merek membawa nilai ekonomi yang tinggi apabila sudah masuk dalam dunia perdagangan.


(53)

Suatu produk yang dilindungi hak merek hanya dapat diproduksi oleh si Pemilik atau Pemegang Hak atas produk tersebut (eksklusif). Apabila ada pihak lain yang ingin memproduksinya tentunya harus dengan seijin Pemegang Hak-nya, disinilah letak nilai ekonomi dari produk yang telah dilindungi HKI. Dimana pihak lain yang ingin memproduksi barang yang sama berkewajiban mendapatkan lisensi terlebih dahulu dari si Pemegang Hak dan membayar royalti atas penggunaan tersebut. Tindakan produksi atas suatu produk yang telah dilindungi HKI tanpa seijin Pemegang Hak merupakan pelanggaran dan pembajakan yang dapat membawa akibat hukum.131

UU Merek mengatur cara perlindungan hukum terhadap pelanggaran atau sengketa yang terjadi terhadap suatu merek. Perlindungan hukum tersebut dapat dilakukan melalui instrumen hukum yang diklasifikasikan berdasarkan instrumen perlindungan hukum yang bersifat Preventif dan Represif. Instrumen hukum yang pertama kita kenal, yaitu perlindungan hukum yang bersifat Preventif, menurut Penjelasan Umum UU Merek, perlindungan terhadap merek terkenal didasarkan pada pertimbangan bahwa peniruan merek terkenal milik orang lain pada dasarnya dilandasi itikad tidak baik, terutama untuk mengambil kesempatan dari ketenaran merek orang lain, sehingga tidak seharusnya mendapat perlindungan hukum. Berdasarkan undang-undang ini, mekanisme perlindungan merek terkenal, selain melalui inisiatif pemilik merek tersebut. Perlindungan hukum merek yang diberikan kepada merek asing atau lokal, terkenal atau tidak terkenal hanya diberikan kepada merek terdaftar.132

131


(54)

Instrumen perlindungan hukum yang kedua, yaitu perlindungan hukun secara Represif yaitu, diberikan kepada seseorang apabila telah terjadi pelanggaran hak atas merek. Pemilik merek terdaftar mendapat perlindungan atas pelanggaran hak atas merek yang dimilikinya baik itu dalam bentuk gugatan ganti rugi (dan gugatan pembatalan pendaftaran merek) maupun berdasarkan tuntutan hukum pidana melalui aparat penegak hukum.133

133

Ibid, hal 105

1. Instrumen Perlindungan Hukum Preventif

Instrumen hukum yang bersifat Preventif dapat dilakukan dengan cara pendaftaran merek ke Direktorat Jendaral HAKI dengan prosedur yang ditentukan dalam UU Merek yaitu dengan membayar biaya dan oleh pemohon atau kuasanya yang isinya harus memuat tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan tersebut dibuat, nama, alamat lengkap, dana kewarganegaraan dari pemohon, pemohon dan kuasa jika permohonan diajukan melalui kuasanya. Pendaftaran tersebut juga harus dilampiri dengan keterangan warna – warna atau unsur – unsur warna yang terdapat dan melekat pada merek yang dimohonkan pendaftar, surat kuasa khusus apabila dalam pengajuan permohonan melalui kuasa dan surat pernyataan bahwa merek yang dimohonkan adalah milik pemohon, atau juga dapat melalui Lisensi yang diberikan oleh Pemegang hak merek kepada pihak lain berdasarkan perjanjian Lisensi untuk melaksanakan perbuatan menggunakan menggunakan merek tersebut, baik untuk seluruh atau sebagian jenis barang dan / atau jasa yang didaftarkan dalam jangka waktu dan syarat tertentu.


(55)

Lisensi dapat dilakukan secara ekslusif yang mana licensor tidak memberi kepada siapa pun lisensinya yang meliputi seluruh ruang lingkup kegiatan dan dapat juga mencadangkan pada kemungkinan untuk mengeksploitasi hak – hak, atau juga dengan nonekslusif, licensor menahan hak – hak tersebut kemudian diberikan lisensi pada objek yang sama maupun area lain dalam lisensi.134

Prinsipnya, pendaftaran atas merek merupakan salah satu bentuk perlindungan dari UU Merek, karena sistem yang digunakan di Indonesia adalah

first to file principle, siapa yang mendaftar pertama maka ia yang berhak atas merek tersebut dan akan mendapatkan hak esklusifnya selama 10 tahun, dengan konsekuensi tidak ada seorang pun yang boleh menggunakan merek tersebut

Dalam prakteknya terdapat dua perjanjian lisensi. Pertama adalah perjanjian lisensi yang bersifat ekslusif, pihak yang menerima lisensi merupakan satu – satunya pihak yang berhak menerima lisensi merek tersebut. Kedua adalah perjanjian lisensi yang bersifat nonekslusif dimana pihak yang menerima lisensi bukan satu – satunya pihak yang secara ekslusif memiliki hak atas merek tersebut. Dalam perjanjian lisensipun dapat pula diperjanjikan bahwa penerima lisensi boleh memberikan lisensi kepada orang lain. Setelah merek itu diserahkan kepada orang lain, maka pemilik hak merek tetap dapat menggunakan sendiri atau memberi lisensi berikutnya kepada pihak ketiga lainnya, kecuali bila diperjanjikan lain. Artinya jika telah diperjanjikan bahwa pemilik hak merek setelah pemberian lisensi itu tidak menggunakan sendiri dan tidak memberikan lisensi berikutnya kepada orang lain, maka ia harus mematuhinya.

134

Suyud Margono, Amir Angkasa, Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis, Jakarta : PT. Gramedia Widyasarana Indonesia, 2002), hlm 59


(56)

untuk kepentingan komersial dari hak ekslusif tersebut tanpa seizin pemilik atau pemegang hak merek.

Berdasarkan ketentuan yang berlaku pada Pasal 3 UU Merek Tahun 2001 Tentang Merek bahwa hak atas merek adalah hak ekslusif pemilik merek terdaftar yang diperoleh dari negara. Dengan kata lain, diperolehnya hak atas merek adalah sebagai satu konsekuensi telah didaftarkan merek tersebut pada Kantor Direktorat Jendral HAKI. Pendaftaran adalah syarat mutlak bagi seseorang jika merek tersebut diakui secara sah bahwa ia adalah pemilik dari merek tersebut. Tanpa pendaftaran, maka tidak ada hak atas merek tersebut dan juga perlindungan yang diberikan atas merek tersebut. Adanya suatu kepentingan pandaftaran merek merupakan kepentingan hukum bagi pemilik maupun pemegang hak merek untuk memberikan suatu jaminan kepastian hukum dan perlindungan hokum terhadap merek yang dimilikinya. Hal tersebut untuk mengantisipasi kemungkinan pelanggaran hukum atas merek yang terjadi di Indonesia, walaupun pada prinsipnya perlindungan tersebut diberikan sejak tanggal penerimaan dan merek tersebut tidak memiliki daya pembeda, persamaan pada pokonya atau keseluruhannya dengan apa yang telah ada sebelumnya. Dengan demikian perlindungan terhadap merek secara konkrit apabila telah terdaftar pada instansi yang berwenang mengurus bidang hak kekayaan intelektual. Maka dari itu perlindungan lebih mudah dilakukan bila suatu merek terdaftar, artinya setiap merek terdaftar perlu didaftarkan agar memudahkan pemberian perlindungan terhadap merek tersebut.


(57)

Pada instrumen ini dapat kita lihat bahwa perlindungan yang dapat diberikan bagi pemegang merek tidak hanya berdasarkan pada pendaftaran saja melainkan perlindungan dalam wujud gugatan ganti rugi (dan gugatan pembatalan pendaftaran merek) maupun dalam bentuk pidana melalui aparat penegak hukumya. Penyelesaian hukum melalui instrumen hukum perdata dapat dilakukan melalui pengadilan (ligitasi) dengan gugatan ganti kerugian tadi dan menghentikan semua perbuatan membuat, memakai, menjual dan / atau mengedarkan barang – barang yang diberi hak merek, ataupun diluar pengadilan (non ligitasi) yang memungkinkan para pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase atau Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR) dengan jalan negoisasi, mediasi dan konsoliasi.

Pasal 72 ayat (1) UU Merek 2001 menjelaskan bahwa merek memberikan hak kepada pemilik merek terdaftar untuk mengajukan gugatan terhadap orang atau badan hukum yang secara tanpa hak menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan mereknya. Gugatan tadi di dalam Pasal 72 ayat (2) UU Merek 2001 diajukan melalui Pengadilan Niaga. Agar tuntutan ganti rugi memenuhi syarat sebagai dalil gugat, harus memenuhi tiga unsur berikut ini yaitu:135

a. Merek yang digunakan tergugat mempunyai persamaan pada pokoknya atau pada keseluruhan dengan merek orang lain.

b. Merek orang lain itu, sudah terdaftar dalam DUM. c. Penggunaan tanpa hak.

135

OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (IntellectualProperty Law), (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. 2013), hal 401 – 402


(58)

Gugatan ganti rugi dapat berupa ganti rugi materiil dan ganti rugi immateriil. Ganti rugi materiil berupa kerugian yang nyata dan dapat dinilai dengan uang. Sedangkan ganti rugi immaterial berupa tuntutan ganti rugi yang disebabkan oleh pemakaian merek dengan tanpa hak sehingga pihak berhak menderita kerugian secara moril. Oleh karena itu, sepanjang mengenai tuntutan ganti rugi yang didasarkan kepada kedua peristiwa di atas berlaku juga ketentuan yang termuat di dalam KUHPerdata. Yang disebut terakhir ini berfungsi sebagai

Lex Generalis, sedangkan UUM 2001 sendiri sebagai Lex Specialis.136

Hak atas merek merupakan hak milik perseorangan, tetapi tidak menyebabkan hapusnya tuntutan hukuman pidana terhadap pelanggar hak atas merek terdaftar.137

136

Suyud Margono, Amir Angkasa, Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis, (Jakarta : PT. Gramedia Widyasarana, 2002), hal 162

137

Rachmadi Usman, Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung : PT. Alumni, 2003), hal 370

Pada tuntutan pidana dapat kita lihat di dalam Pasal 90 UU Merek Tahun 2001 yang menetukan bahwa “Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik orang lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu miliar). Yang dimaksud dengan kata tanpa hak dalam Pasal 90 tersebut adalah merek yang digunakan “tidak terdaftar” dan sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik orang untuk barang dan/atau jasa sejenis. Ini sesuai dengan sistem yang dianut dalam Undang – Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001, yaitu sistem konstitutif yang menentukan bahwa hak atas merek diberikan kepada pemilik merek terdaftar


(1)

Kata kunci : Hak Merek, Pasar Tunggal, Asean

1

Peneliti, Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 2

Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 3


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 9

D. Keaslian Penulisan ... 10

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Metode Penelitian... 20

G. Sistematika Penulisan ... 23

BAB II : PENGATURAN HAK MEREK PADA BIDANG JASA USAHA MENENGAH DALAM RANGKA MENGHADAPI PASAR ... 23

TUNGGAL A. Pengertian dan Dasar Hukum Pengaturan Bidang Jasa Usaha Menengah ... 23

B. Bidang Jasa Usaha Menengah Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN ... 29

C. Hak Merek Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 ... 39


(3)

BAB III : PERANAN ASEAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL

PADA BIDANG JASA USAHA MENENGAH ... 54

A. Konsep Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN 1. Latar belakang terbentuknya Masyarakat Ekonomi

ASEAN ... 54

2. Maksud dan Tujuan dibentuknya Masyarakat Ekonomi

ASEAN ... 61

3. Kesepakatan MEA Terkait dengan Bidang Jasa Usaha

Menengah ... 63

B. Pasar Tunggal dan Peranannya... 71 1. Pengertian dan Dasar hukum Pasar Tunggal ... 71

2. Tantangan dan Peluang Indonesia menghadapi Pasar

Tunggal ASEAN ... 76

C. Peran ASEAN dalam Menghadapi Pasar Tunggal pada

Bidang Jasa Usaha Menengah ... 80

BAB IV: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK MEREK PADA BIDANG JASA USAHA MENENGAH DALAM

RANGKA MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 87

A. Peran dan kebijakan Pemerintah dan swasta Terhadap Hak Merek di bidang Jasa Usaha Menengah dalam menghadapi

pasar tunggal ASEAN ... 87

B. Perlindungan Hukum atas Merek di Bidang Jasa Usaha


(4)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 107 A. Kesimpulan ... 107 B. Saran ... 108 DAFTAR PUSTAKA


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah Swt karena berkat rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun judul yang penulis angkat adalah “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Merek Pada Bidang Jasa Usaha Menengah Dalam Rangka Menghadapi Pasar Tunggal Asean”

. Dalam menyelesaikan skripsi ini banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi, tetapi itu semua dapat diatasi berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang terkait, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua peulis Papa Drs. Jan Pieter Sigalingging dan Mama Lamria Matondang yang telah mencurahkan kasih sayang, doa yang begitu besar kepada penulis dan seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini baik moril maupun materil. Kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

3. Windha, SH.M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku, selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan saran dan petunjuk dalam membimbing penulis selama penulisan skripsi ini.

5. Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran dan petunjuk pada masa perkuliahan.

6. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari skripsi ini belum sempurna di satu sisi karena kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa , oleh sebab itu besar harapan penulis kepada semua pihak agar memberikan kritik dan saran yang konstruktif apresiatif guna menghasilkan sebuah karya ilmiah yang lebih baik dan sempurna, baik dari segi materi maupun cara penulisannya di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa menyertai kita semua dan semoga skripsi ini bermanfaat untuk perkembangan hukum di negara Indonesia.

Medan, Desember 2015 Penulis