ASEAN. Sehingga kasus krisis ekonomi seperti di Indonesia pada tahun 1997 dulu tidak terulang kembali.
b. Terciptanya kawasan pasar bebas ASEAN. Hal ini merupakan tantangan
tersendiri bagi pelaku usaha di negara ASEAN. Persaingan produk dan jasa antar negara ASEAN akan diuji di sini. Bagi pelaku usaha dan jasa
hendaknya mulai sekarang meningkatkan kualitas produk. Bagaimana produk itu agar dicintai konsumen. Dengan membuat produk yang
berkualitas serta harga terjangkau pasti akan bisa bersaing dengan produk dari negara ASEAN lainnya.
109
3. Kesepakatan MEA Terkait dengan Bidang Jasa Usaha Menengah
Kesepakatan Negara-negara anggota Asean tentang Asean Economic Community AEC
atau Masyarakat Ekonomi Asean MEA, banyak pihak yang menyambut baik atas kesepakatan tersebut, namun dilain pihak juga
banyak sentimen yang muncul dari kesepakatan tersebut, terutama bagi Indonesia. Kesepakatan tentang MEA ini menyepakati sektor-sektor prioritas
menuju momen tersebut. Ketika berlangsung ASEAN Summit ke-9 tahun 2003 ditetapkan 11 Priority Integration Sectors PIS. Namun pada tahun 2006 PIS
yang ditetapkan berkembang menjadi 12 yang dibagi dalam dua bagian yaitu tujuh sektor barang industri dan lima sektor jasa. Hal tersebut juga didorong
dari faktor eksternal dan internal. Dari faktor internal, pertumbuhan GDP mencapai US 3,36 triliun, dengan pertumbuhan sekitar 5,6 didukung 600an
juta penduduk ASEAN. Dari faktor eksternal, negara – negara sekitar ASEAN
109
http:diandanteman12.blogspot.co.id201602masyarakat-ekonomi-asean-tujuan- adanya.html, 20 Juni 2016
Universitas Sumatera Utara
seperti Jepang, China, India, Australia menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi ASEAN. Untuk mencapai kesepakatan itu, dibuatlah AEC Blueprint
yang memuat empat pilar utama yaitu a
ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja
terdidik dan aliran modal yang lebih bebas; b
ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan
intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce; c
ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa
integrasi ASEAN untuk negara negara Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam;
d ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan
perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam
jejaring produksi global. Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah disepakati ini menimbulkan pro
kontra di kalangan masyarakat di Indonesia. Banyak yang menyambut baik dengan hal ini, namun juga tidak sedikit yang sentimen dengan MEA. Dengan
kesepakatan MEA yang dimulai pada tahun 2015 ini, menyebabkan banyak impact
bagi Indonesia di berbagai sektor, seperti sektor perdagangan, perindustrian, ketenagakerjaan, pengelolaan sumber daya alam dan energi,
informasi teknologi dan tentu saja bidang ekonomi. Dalam sektor perdagangan,
Universitas Sumatera Utara
dilakukan liberalisasi perdagangan karena dibukanya border antar Negara- negara Asean seperti kegiatan ekspor-impor yang bebas pajak setelah adanya
MEA. Aliran perdagangan dibidang jasa dan barang akan begitu bebasnya
keluar masuk Indonesia, lalu membuka kran investasi bagi para investor yang ingin berinvestasi di Indonesia dengan mempermudah proses regulasi yang
sebelumnya berbelit belit. Hal itu diharapkan akan menambah devisa dalam negeri dan timbal balik terhadap negara tetangga juga dapat dipertahankan.
Namun dengan dibukanya kran liberalisasi di bidang perdagangan tidak serta merta membuat kesemuanya menjadi bebas dan “seenaknya”. Pemerintah juga
sudah menyiapkan UU Nomor 7 tahun 2014 tentang perdagangan untuk membendung impor yang begitu banyak masuk ke Indonesia untuk
mengantisipasi serangan produk – produk negara lain yang masuk ke Indonesia yang bisa saja mendominasi pasar dalam negeri dan dapat merusak iklim
ekonomi di Indonesia. Sektor industri, Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar.
Didukung sumber daya alam yang besar dan sumber daya manusia yang banyak juga. Banyak sektor industri strategis yang bisa dimaksimalkan seperti
energi, makanan, tembakau, dan alat berat. Hal itu didukung dengan investasi MNC yang juga turut andil dalam perkembangan sektor industri di Indonesia.
Dengan faktor faktor yang sudah ada tersebut, seharusnya sektor industri Indonesia bisa cukup berbicara banyak di Asean setelah kesepakatan MEA.
Tidak hanya sektor industri besar, sektor industri kecil juga punya peran dalam rangka menyongsong MEA agar Indonesia siap dalam implementasinya. Di
Universitas Sumatera Utara
Indonesia yang disebut dengan Jasa usaha menengah, akan mendapat tempat tersendiri demi kelangsungan perekonomian masyarakat sendiri karena
merupakan langkah yang baik jika masyaraktnya secara sadar dan aktif ikut andil dalam pertumbuhan ekonomi negara. Kesadaran masyarakat sanga
dituntut disini agar masyarakat mempunyai inisiatif untuk berusaha meningkatkan taraf hidup tanpa melulu mengadah ke pemerintah dan selalu
menyalahkan pemerintah terhadap carut marutnya ekonomi di Indonesia yang menyebabkan meledaknya tingkat kemiskina di Indonesia. Sektor industri ini,
entah itu besar atau kecil, sangat membutuhkan inovasi dan meningkatkan daya saing dalam rangka menghadapi MEA, karena kalau tidak akan sangat
memberatkan pemerintah maupun masyarakatnya jika tidak dibarengi dengan kemampuan individu masyarakat dan pemerintah dalam mengatur regulasi agar
malah tidak dirugikan dengan adanya MEA ini.
110
ASEAN Economic Community AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN
MEA 2015 akan segera diterapkan, pasar Indonesia merupakan salah satu yang paling potensial di wilayah ASEAN, dengan prosentase 60 persen dari
pasar ASEAN saat ini. Pasar Indonesia telah banyak dilirik oleh para pengusaha luar negeri, khususnya ASEAN. Tetapi akan ada tantangan yang
harus dihadapi oleh pengusaha ketika memasuki era MEA yaitu menciptakan produk inovatif yang berdaya saing tinggi dan didukung oleh sumber daya
manusia yang profesional, infrastruktur, teknologi dan pemerintah dalam hal menciptakan iklim usaha yang kondusif. Salah satu sektor yang dipersiapkan
110
http:internationalpoliticaleconomyirdu.blogspot.co.id201510analisa-tantangan- masyarakat-ekonomi.html, diakses tanggal 10 Mei 2016
Universitas Sumatera Utara
oleh pemerintah yaitu sektor Jasa usaha menengah untuk menghadapi berlakunya kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Sektor Jasa usaha menengah di Indonesia sangat berperan penting dalam pembangunan. Hal tersebut disebabkan karena mayoritas penduduk Indonesia
mempunyai pendidikan yang rendah dan mereka hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Adanya Jasa usaha menengah
mampu mengurangi pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja. Selain itu dalam pengembangan sektor Jasa usaha
menengah dengan mensinergikannya dengan industri besar melalui pola kemitraan, juga akan memperkuat struktur ekonomi baik nasional maupun
daerah. Implemantasi MEA 2015 membawa peluang sekaligus tantangan bagi
Indonesia. Maka dari itu pemerintah harus menyiapkan langkah-langkah yang ampuh untuk menghadapi MEA. Selain pemerintah juga harus dibarengi
dengan peran masyarakat Indonesia sendiri, masyarakat juga harus mempersiapkan diri untuk siap bersaing. Dengan sumberdaya yang berkualitas
akan mampu meningkatan kualitas dan standar produk, hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya kinerja Jasa usaha menengah untuk
menghasilkan produk-produk yang berdaya saing tinggi. Produk yang dihasilkan Jasa usaha menengah harus mampu memenuhi kualitas dan standar
yang sesuai dengan kesepakatan ASEANdan negara tujuan. Maka sektor Jasa usaha menengah harus mulaidiberi fasilitasi dengan kebutuhan kualitas dan
standar produk yangdipersyaratkan oleh pasar ASEAN maupun di luar ASEAN. Selain itu juga dibutuhkan peranandukungan teknologi informasi dan
Universitas Sumatera Utara
komunikasi untuk peningkatan kualitas dan produktivitas. Sehingga produk- produk dari Indonesia akan mampu bersaing dengan produk-produk dari negara
anggota ASEAN lainnya, dengan produk yang disuguhkan dengan kekhasan dan mempunyai daya tarik tersendiri untuk konsumen. Selain itu dengan
menciptakan produk-produk yang bekualitas akan mampu membuat masyarakat lebih memilih produk dalam negeri daripada harus mengimport
barang dari luar negeri. Hal tersebut juga akan meningkatkan daya tarik masyarakat untuk mencintai produk dalam negeri.
Guna mendukung lancarnya kegiatan produksi Jasa usaha menengah pemerintah juga harus meningkatkan akses finansial, dalam hal ini adalah
kredit Jasa usaha menengah. Peran perbankan atau lembaga-lembaga perkreditan lainnya sangat berperan penting untuk memberikan permodalan
kepada pelaku-pelaku usaha. Apabila permodalan mudah untuk didapatkan maka akan berdampak pada tingkat produktifitas produk-roduk Jasa usaha
menengah yang semakin lancar dan meningkat. Dengan meningkatnya produktifitas maka suatu industri juga akan meningkatkan permintaan akan
tenaga kerja yang lebih banyak lagi. Pengangguran akan berkurang karena banyak tenaga kerja yang terserap pada sektor Jasa usaha menengah.
Langkah-langkah tersebut memang harus dipersiapkan untuk menghadapi MEA 2015 yang tidak lama lagi, terutama dalam sektor Jasa usaha menengah.
Supaya sektor Jasa usaha menengah benar-benar siap untuk menghadapi persaingan dengan anggota negara ASEAN lainnya. Apabila Indonesia mampu
memanfaatkan teknologi modern saat ini dengan baik dalam menghasilkan produk-produk Jasa usaha menengah, maka produk-produk tersebut akan
Universitas Sumatera Utara
mempunyai nilai yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dalam hal ini pihak yang mampu memberikan
modal dan masyarakat yang berperan sebagai pengusaha Jasa usaha menengah. Dalam hal ini tidak hanya negara yang mendapatkan keuntungan tetapi juga
masyarakat yang terlibat dalam sektor Jasa usaha menengah. Dengan lebih diperhatikannya sektor Jasa usaha menengah oleh pemerintah untuk siap
menghadapi MEA 2015, maka akan lebih banyak lagi sektor Jasa usaha menengah ditengah-tengah masyarakat yang akan mampu menyerap tenaga
kerja. Pengangguranpun dapat berkurang dan pendapatan masyarakat meningkat.
111
Sidang ASEAN Economic Minister Meeting AEM ke-31 di Singapura tanggal 27 September–2 Oktober 1999 telah menyepakati kerangka kerjasama
yang melibatkan Jasa usaha menengah dalam ASEAN Industrial Cooperation AICO. Kerangka kerjasama ini didasari oleh pemahaman bahwa Jasa usaha
Kerjasama ASEAN di sektor Jasa usaha menengah telah dirintis sejak tahun 1995, yang ditandai dengan dibentuknya Kelompok Kerja Badan-Badan
UKM ASEAN ASEAN Working Group on Small and Medium-size Enterprises Agencies
. Dalam pertemuan pertamanya di Jakarta tanggal 24 April 1995 telah disahkan Rencana Aksi ASEAN bagi pengembangan Jasa
usaha menengah. Pertemuan ini juga menyepakati bahwa pada tahap awal kerjasama ASEAN di bidang Jasa usaha menengah akan terfokus pada sektor
manufaktur.
111
http:www.kompasiana.computripurbamea-datang-umkmmenantang_html, diakses tanggal 11 Mei 2016
Universitas Sumatera Utara
menengah sebagian besar melaksanakan fungsinya sebagai industri pendukung bagi perusahaan-perusahaan besar, disamping untuk memberikan kesempatan
kepada Jasa usaha menengah untuk berpartisipasi secara langsung dalam perdagangan intra ASEAN.
ASEAN Policy Blueprint for SMEs Development APBSD 2004-2014 telah disahkan pada Sidang AEM ke-36 di Jakarta, 3 September 2004. Policy
blueprint tersebut bertujuan untuk menjamin adanya transformasi Jasa usaha
menengah ASEAN yang memiliki daya saing, dinamis, inovatif dalam rangka menuju integrasi ekonomi ASEAN. Tujuan-tujuan tersebut telah dituangkan
dalam aktivitas-aktivitas ASEAN Small and Medium Enterprise Agencies Working Group SMEWG
guna merealisasikan tujuan yang hendak dicapai dalam APBSD. Pada pertemuan SMEWG ke-22 di Singapura, 27-28 Mei
2008, telah dibahas beberapa hal yang mencakup: pembentukan common curriculum for entrepreneurship in ASEAN
oleh Indonesia dan Singapura, rencana penyusunan ASEAN SME White Paper, implementasi SME Section
dalam AEC Blueprint. Dan kerjasama dengan mitra wicara. Hal ini dapat diwujudkan melalui suatu cooperative framework yang
melibatkan secara aktif peran sektor swasta di ASEAN disamping meningkatkan budaya wirausaha, inovasi dan networking di kalangan Jasa
usaha menengah, memberikan fasilitas kepada Jasa usaha menengah untuk memperoleh akses informasi, pasar, SDM, kredit dan keuangan serta teknologi
modern. Berdasarkan cetak biru tersebut telah dipilih lima bidang kerjasama strategis dalam pengembangan Jasa usaha menengah ASEAN, yaitu:
Pembangunan Sumber Daya Manusia; Dukungan dalam Bidang Pemasaran;
Universitas Sumatera Utara
Bantuan dalam Bidang Keuangan; Pengembangan Teknologi; dan Penerapan Kebijakan yang Kondusif.
Dalam perkembangannya, kerjasama ASEAN di sektor Jasa usaha menengah lebih difokuskan pada tindak lanjut proyek-proyek peningkatan
kapasitas dan daya saing Jasa usaha menengah di bawah payung Vientiane Action Plan
dan ASEAN Policy Blueprint for SMEs Development APBSD 2004-2014; kerjasama dengan negara-negara Mitra Wicara; serta hal-hal
berkaitan dengan prospek pengembangan Jasa usaha menengah di tengah kemajuan kerjasama ekonomi ASEAN. Dari 20 proyek yang disepakati dalam
APBSD, sembilan proyek diantaranya telah selesai, tiga sedang berjalan, tujuh dalam persiapan dan satu tidak dapat dilaksanakan. Proyek-proyek APBSD
2004-2014 yang belum dapat dilaksanakan pada umumnya disebabkan oleh belum jelasnya pendanaan bagi proposal yang telah masuk serta adanya
permintaan sejumlah Mitra Wicara agar usulan proyek-proyek baru dapat dikaitkan dalam kerangka FTA dengan ASEAN.
Pada pertemuan SMEWG ke-23 yang telah berlangsung di Vientiane, Lao PDR bulan Nopember 2008, telah disepakati bahwa draft common curriculum
for entrepreneurship in ASEAN akan diujicobakan di Myanmar dan Viet Nam
sebelum diterapkan di seluruh negara-negara ASEAN.
D. Pasar Tunggal dan Peranannya