Perencanaan Persediaan dengan Menggunakan Model-model dan Analisa Persediaan

c pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat menggerutu dan menentang, sehingga pelaksanaan anggaran dapat menjadi kurang efektif. Perencanaan dalam persediaan dapat dijabarkan dengan menggunakan anggaran biaya standar. Anggaran menyatakan biaya-biaya yang tidak boleh dilampaui dan biaya standar menyatakan berapa besar biaya tersebut seharusnya pada suatu operasi yang efisien. Jadi biaya standar merupakan alat bantu penyusunan anggaran dan dapat disusun berdasarkan pada pengalaman di masa lalu atau melalui penafsiran maupun riset.

b. Perencanaan Persediaan dengan Menggunakan Model-model dan Analisa Persediaan

Model-model persediaan dapat digunakan untuk peminimalan biaya atau untuk tujuan-tujuan manajemen tertentu lainnya. Berbagai model yang dapat digunakan antara lain: a Economic Order Quantity jumlah pesanan yang ekonomis Hansen 2005:527, mengartikan economic order quantity jumlah pesanan yang ekonomis sebagai “jumlah yang seharusnya dipesan atau diproduksi untuk meminimalkan pesanan total atau penyetelan dan biaya penggudangan”. Menurut Nafarin 2007:256, “EOQ adalah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal”. Universitas Sumatera Utara EOQ dapat juga disebut sebagai jumlah suatu order dimana biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan atau barang dagangan serta biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang terkecil. Dengan kata lain EOQ bertujuan untuk mengetahui berapa jumlah yang paling ekonomis dalam setiap kali pemesanan. EOQ dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: EOQ = PT CR 2 EOQ = Economic Order Quantity C = biaya pemesanan tiap kali pesan R = kuantitas yang diperlukan selama periode tertentu P = biaya pembelian per unit T = persentase total biaya simpan per tahun. Model EOQ tersebut menurut Yamit 2005:51 dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi sebagai berikut: 1 kebutuhan bahan baku dapat ditentukan, relatif tetap, dan terus menerus, 2 tenggang waktu pemesanan dapat ditentukan dan relatif tetap, 3 tidak diperkenankan adanya kekurangan persediaan, 4 pemesanan datang sekaligus dan akan menambah persediaan, 5 struktur biaya tidak berubah, 6 kapasitas gudang dan modal cukup untuk menampung dan membeli pesanan, 7 pembelian adalah satu jenis item. b Reorder Point dan Safety Stock Melalui metode EOQ, manajemen dapat mengetahui berapa unit yang dipesan untuk memperoleh biaya persediaan yang minimum tetapi tidak diketahui kapan pemesanan dapat dilakukan. Untuk itu dapat digunakan metode reorder point. Pengertian reorder point atau pemesanan Universitas Sumatera Utara kembali menurut Nafarin 2007:258 yaitu “saat pemesanan kembali adalah saat harus dilakukan pesanan kembali bahan yang diperlukan, sehingga kedatangan bahan yang dipesan tersebut tepat pada waktu persediaan di atas persediaan keamanan sama dengan nol”. Dari kutipan tersebut, untuk mengetahui titik pemesanan kembali tersebut harus diketahui tenggang waktu pengadaan bahan lead time dan safety stock. Menurut Hansen 2005:474, “lead time tenggang waktu adalah waktu yang diperlukan untuk menerima kuantitas pesanan ekonomis setelah pesanan dilakukan atau persapan dimulai”. Biasanya lead time diukur dalam hari, yang diperlukan sejak pengesahan pemesanan sampai dengan penerimaan barang. Jangka waktu lead time tergantung dari jenis atau sifat barang yang dipesan, kuantitas barang serta jarak antara pemesanan dan penjual. Untuk mengetahui jumlah persediaan yang harus ada tersedia sehingga tidak mengganggu kelancaran produksi akibat adanya biaya-biaya tambahan, maka perusahaan harus menyediakan safety stock. Istilah safety stock persediaan pengaman menurut Hansen 2005:474 adalah “persediaan ekstra yang disimpan sebagai jaminan atas fluktuasi permintaan”. Penggunaan safety stock akan menambah biaya penyimpanan dan mengurangi biaya-biaya akibat kehabisan persediaan. Tingkat optimum dari safety stock yang digunakan ditentukan dengan meminimalkan biaya-biaya penyimpanan dan biaya-biaya kehabisan persediaan yang ditaksirkan. Universitas Sumatera Utara Reorder point dapat dihitung sebagai berikut : Reorder Point = PR x Lead Time + Safety Stock c Inventory Turnover analisa perputaran persediaan Teknik perencanaan pesediaan lain yang sering digunakan adalah dengan menghitung tingkat perputaran persediaan inventory turnover. Menurut Kasmir 2008:180, “perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan inventory berputar dalam satu periode”. Rumus untuk mencari inventory turn over menurut Garrison 2008:730 yaitu: d Just In Time JIT Istilah just in time JIT didefenisikan Yamit 2005:193 sebagai berikut, “just in time adalah usaha-usaha untuk meniadakan pemborosan dalam segala bidang produksi, sehingga dapat menghasilkan dan mengirimkan produk akhir tepat waktu untuk dijual”. Falsafah dalam just in time adalah berusaha untuk mendapatkan kesempurnaan dengan berusaha melakukan perbaikan terus menerus untuk mendapatkan yang terbaik, menghilangkan pemborosan dan ketidakpastian. Tujuan utama dari JIT adalah menghilangkan pemborosan dan konsisten dalam meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu penggunaan istilah JIT sering kali diartikan dengan zero inventories. Universitas Sumatera Utara

c. Teknik Pengawasan Persediaan