Sikap Kerangka Konsep Penelitian Jenis Penelitian Metode Analisis Data

4. Analisis Analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintesis Synthesis Kemapuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dinamakan sintesis. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada, seperti dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan masalah yang telah ada. 6. Evaluasi Evaluation Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

2.2. Sikap

Menurut Notoatmodjo 2007, sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang terhadap suatu stimulus atau objek. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni: 1. Menerima receiving Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. 2. Merespon responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap merespon. Universitas Sumatera Utara 3. Menghargai valving Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab responsible Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. 2.3. Remaja 2.3.1. Pengertian Remaja Pengertian mengenai remaja ternyata mempunyai beberapa versi sesuai dengan karakteristik biologis ataupun sesuai dengan kebutuhan penggolongannya. Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak- kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua tidak mandiri, maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja. Masa remaja merupakan peralihan masa kanak-kanak menjadi dewasa yang melibatkan perubahan berbagai aspek seperti biologis, psikologis, dan sosial-budaya. WHO mendefinisikan remaja sebagai perkembangan dari saat timbulnya tanda seks sekunder hingga tercapainya maturasi seksual dan reproduksi, suatu proses pencapaian mental dan identitas dewasa, serta peralihan dari ketergantungan sosioekonomi menjadi mandiri. Secara biologis, saat seorang anak mengalami pubertas dianggap sebagai indikator awal masa remaja. Namun karena tidak adanya petanda biologis yang berarti untuk menandai berakhirnya masa remaja, maka faktor-faktor sosial, seperti pernikahan, biasanya digunakan sebagai petanda untuk memasuki masa dewasa. Rentang usia remaja bervariasi bergantung pada budaya dan tujuan penggunaannya. Di Indonesia berbagai studi pada kesehatan reproduksi remaja mendefinisikan remaja sebagai orang muda berusia 15-24 tahun. Sedangkan menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN remaja Universitas Sumatera Utara berusia 10-24 tahun. Sementara Departemen Kesehatan dalam program kerjanya menjelaskan bahwa remaja adalah usia 10-19 tahun. Di dalam kehidupan sehari- hari masyarakat menganggap remaja adalah mereka yang belum menikah dan berusia antara 13-16 tahun, atau mereka yang bersekolah di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas Adjie, 2009. Anak-anak perempuan memasuki usia remaja pada usia 10-12 tahun. Sedangkan anak laki-laki memasuki usia remaja pada usia 13-14 tahun BKKBN, 2002. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal 10–14 tahun, masa remaja pertengahan 14–17 tahun dan masa remaja akhir 17–19 tahun. Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan baik biologis, psikologis maupun sosial. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan psikososial. Seorang remaja tidak lagi dapat di sebut sebagai anak kecil, tetapi belum juga dapat dianggap sebagai orang dewasa. Di satu sisi ia ingin bebas dan mandiri, lepas dari pengaruh orang-tua, di sisi lain pada dasarnya ia tetap membutuhkan bantuan, dukungan serta perlindungan orangtuanya Depkes RI, 2005.

2.3.2. Karakteristik Seksualitas Remaja

Masa remaja berhubungan dengan suatu fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas. Pubertas merupaka proses saat seorang individu yang belum dewasa akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkannya untuk mampu bereproduksi Heffner Schust, 2006. Menurut Tukan 1993, pada masa remaja seseorang akan mengalami perubahan ciri seks sekunder. Ciri seks sekunder individu dewasa adalah: a. Pada pria tampak tumbuh kumis, jenggot, dan rambut sekitar alat kelamin dan ketiak. Selain itu suara juga menjadi lebih besarkasar, dada melebar, serta kulit menjadi relatif lebih kasar. b. Pada wanita tampak rambut mulai tumbuh di sekitar alat kelamin dan ketiak, payudara dan pinggul mulai membesar, serta kulit menjadi lebih halus. Universitas Sumatera Utara Selain tampaknya ciri seks sekunder, organ kelamin pada remaja juga mengalami perubahan ke arah pematangan, yaitu: a. Pada pria sejak usia remaja, testis akan menghasilkan sperma dan penis dapat digunakan untuk bersenggama. b. Pada wanita, kedua indung telur ovarium akan menghasilkan sel telur ovum. Pada saat ini perempuan akan mengalami ovulasi dan menstruasi. Selain mengalami perkembangan fisik, remaja juga mengalami perkembangan psikososial, karena kesadaran akan bentuk fisik bukan lagi anak- anak akan menjadikan remaja sadar meninggalkan tingkah laku anak-anaknya dan mengikuti norma serta aturan yang berlaku Arma, 2007. Seiring dengan pertumbuhan remaja ke arah kematangan seksual yang sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar karena secara alamiah dorongan seksual ini terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan Mutadin, 2002. 2.4. Kehamilan 2.4.1. Pengertian Kehamilan Masa kehamilan dimulai dari pembuahan sampai lahirnya janin. Lamanya 280 hari 40 minggu atau 9 bulan 7 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Menurut BKKBN, usia yang ideal untuk hamil adalah 20-30 tahun, lebih atau kurang dari usia itu adalah berisiko. Kesiapan untuk hamil ditentukan oleh kesiapan fisik, kesiapan mentalemosipsikologis, dan kesiapan sosial ekonomi Rachmawati, 2008. Untuk setiap kehamilan harus ada spermatozoon, ovum, pembuahan ovum konsepsi, dan nidasi hasil konsepsi. Kehamilan akan terjadi kalau ada pertemuan dan persenyawaan antara ovum dan spermatozoon Wiknjosastro, 2006. Universitas Sumatera Utara

2.4.2. Perubahan Selama Kehamilan

Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita, khususnya pada alat genitalia eksterna dan interna, serta payudara mamma. Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama karena hipertrofi otot-otot uterus. Serviks uteri mengandung lebih banyak jaringan ikat, dan hanya sedikit mengandung jaringan otot. Vagina dan vulva menjadi tampak lebih terang akibat hipervaskularisasi. Pembuluh-pembuluh darah alat genitalia interna akan membesar karena oksigenasi dan nutrisi alat-alat genitalia tersebut meningkat. Mamma akan membesar dan tegang, tetapi belum mengeluarkan air susu Wiknjosastro, 2006. Fisiologi ibu harus beradaptasi selama kehamilan akibat berbagai kebutuhan selama kehamilan. Wanita hamil perlu meningkatkan volume darah yang bersirkulasi untuk menyediakan zat-zat makanan kepada janin dan mendukung produksi cairan amnion. Pada trimester kedua terjadi pada penurunan tekanan darah. Perlahan-lahan tekanan darah ibu akan meningkat seperti pada awal kehamilan pada trimester ketiga Heffner Schust, 2006. Banyak wanita hamil mengeluh tentang sesak napas dan pendek napas karena usus-usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma, sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. Kebutuhan oksigen juga meningkat, sehingga wanita hamil sering bernapas lebih dalam. Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing. Di samping itu, terdapat pula poliuria yang disebabkan adanya peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan. Wanita hamil sering mengalami anemia ringan. Eritropoesis dalam kehamilan juga meningkat untuk memenuhi keperluan transport zat asam yang dibutuhkan sekali selama kehamilan. Meskipun ada peningkatan dalam volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi penambahan plasma jauh lebih besar, sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah menjadi lebih rendah. Wiknjosastro, 2006. Universitas Sumatera Utara Gangguan ringan pada saluran gastrointestinal sangat sering dijumpai dalam kehamilan. Gangguan ini meliputi mula, muntah, konstipasi, dan nyeri dada. Warna kulit menjadi lebih gelap di daerah pipi dan warna lebih gelap pada daerah linea alba, yaitus suatu garis berpigmen pada kulit dari umbilikus sampai pubis. Rambut juga dapat mengalami kerontokan akibat sinkronisasi siklus pertumbuhan folikel rambut selama kehamilan Heffner Schust, 2006. 2.5. Kehamilan Remaja 2.5.1. Pengertian dan Penyebab Kehamilan Remaja Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada usia remaja, dimana kehamilan terjadi pada usia ibu kurang dari 20 tahun Depkes RI, 2007. Dewasa ini, perkembangan arus informasi yang pesat banyak mempengaruhi remaja. Salah satunya dalam hal gaya hidup. Remaja-remaja Indonesia sedikit demi sedikit mulai mengadopsi budaya Barat dalam cara berpakaian, bertutur kata, maupun pola pergaulan yang semakin bebas. Perilaku seks bebas yang sudah lazim di belahan dunia Barat sudah mulai merebak di kalangan remaja Indonesia. Akibatnya, para remaja putri semakin banyak yang hamil pada usia muda, yakni antara 13–19 tahun. Kehamilan dini juga banyak terjadi di desa-desa. Hal itu dikarenakan kebiasaan para masyarakat yang kurang terdidik buta huruf, putus sekolah, miskin untuk menikah muda. Terkadang, masyarakat yang pola pikirnya masih tradisional ini menganggap dengan menikahkan anak perempuannya secepat mungkin, mereka dapat lepas tanggung jawab untuk menafkahi si anak tersebut, karena tanggung jawab tersebut sudah beralih ke suaminya. Menikah muda juga jadi kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun. Para orang tua berpikir, pengalaman mereka dan para leluhur mereka menikah di usia muda juga baik untuk anak-anak mereka. Bahkan anak gadis yang sudah ‘berumur’ yang seharusnya masih duduk di bangku sekolah menengah yang belum dapat jodoh bisa direndahkan masyarakat sekitarnya BKKBN, 2008. Universitas Sumatera Utara Faktor-faktor yang diduga menjadi sebab terjadinya kehamilan remaja adalah faktor sosio demografik kemiskinan, kebiasaan, peran wanita dimasyarakat, seksualitas aktif, dan media massa. Hubungan antar keluarga yang tidak harmonis. Status perkembangan kurang pemikiran tentang masa depan, ingin mencoba-coba, kebutuhan terhadap perhatian serta penggunaan dan penyalahgunaan obat-obatan Soetjiningsih, 2007.

2.5.2. Risiko Kehamilan Remaja

Kehamilan pada masa remaja mempunyai risiko medis dan psikososial, baik terhadap ibu maupun bayinya. Hal ini dapat diperberat lagi dengan faktor- faktor sosiodemografi seperti: kemiskinan, pendidikan yang rendah, belum menikah, dan asuhan prenatal yang tidak adekuat akan meningkatkan risiko kehamilan. Dari sudut pandang obstetri, hamil pada usia remaja memberi risiko komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan anak seperti: anemia, preeklamsia, eklamsia, abortus, partus prematurus, kematian perinatal, perdarahan dan tindakan operatif obstetri lebih sering dibandingkan dengan kehamilan pada golongan usia 20 tahun Soetjiningsih, 2007. Secara psikologis kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya. Akibat dari kehamilan remaja di luar pernikahan adalah kehamilan yang tidak diinginkan, dikucilkan temanmasyarakat sekitar, putus sekolah, aib bagi keluarga, pengguguran kandungan, gengguan-gangguan saat hamil, bayi lahir cacat, serta berat bayi lahir rendah Depkes RI, 2007. Kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun kemungkinan terjadi keguguran, bayi lahir kurang sehat, beratnya kurang, lahir sebelum 9 bulan, dan kesulitan dalam persalinan karena jalan lahir belum cukup bebas. Universitas Sumatera Utara Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk kontrol kehamilan. Hal ini berdampak pada meningkatnya berbagai risiko selama kehamilan Rachmawati, 2008. Kehamilan pada remaja memiliki risiko komplikasi medis lebih besar daripada wanita dengan usia lebih dewasa karena panggul belum berkembang dengan sempurna, khususnya remaja di bawah 16 tahun. Dua tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang wanita masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2–9 dan tinggi badan 1. Kehamilan di usia dini bisa mengakibatkan komplikasi saat persalinan akibat disproporsi antara ukuran kepala bayi dan panggul ibu disproporsi sefalo-pelvik. Selain itu, alat reproduksi remaja juga belum siap sepenuhnya. Masalah-masalah ini dapat mengakibatkan kesulitan sewaktu melahirkan bayi Treffers et al, 2004. Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda dikarenakan kurangnya pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda. Karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. Jadi, diperlukan tambahan zat besi dalam tubuh yang berfungsi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis Weiss, 2010. Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk preeklampsia atau eklampsia. Preeklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian. Preeklampsia atau keracunan hamil, merupakan penyakit yang banyak ditemui pada kasus kehamilan di usia remaja. Pembuluh darah membengkak sehingga sering timbul pendarahan dan tekanan darah tinggi. Hal ini yang bisa berdampak penderita tidak bisa melihat secara sistemik. Dan bila sampai terjadi kejang-kejang, bukan lagi disebut preeklampsia, melainkan eklampsia Treffers et al, 2004. Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat Universitas Sumatera Utara pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan Weiss, 2010. Kelahiran prematur dapat disebabkan oleh dua hal. pertama karena kompliksasi selama kehamilan seperti preeklamsia, pertumbuhan janin yang terhambat, dan lainnya. Yang kedua akibat kelahiran prematur spontan. Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah BBLR, juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. Cacat bawaan pada kehamilan remaja dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, kurangnya pemeriksaan kehamilan antenatal care, psikologis ibu kurang stabil, faktor infeksi, serta genetik. Cacat bawaan pada kehamilan dini juga bisa terjadi karena proses pengguguran sendiri yang gagal seperti dengan minum obat- obatan, loncat-loncat, dan memijat perutnya sendiri dan aborsi yang tidak dilakukan tenaga professional. Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. Misalnya karena terkejut, cemas, atau stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kematian. Bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2500 gram. kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil. Karena usia ibu yang terlampau muda, ibu belum paham mengenai makanan bergizi yang baik dikonsumsi saat hamil. Terkadang mereka makan banyak, tapi bukan makanan dengan nutrisi seimbang. Apalagi pada usia tersebut, si ibu juga sedang butuh banyak gizi karena sedang dalam masa pertumbuhan. Dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil. Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. Selain itu, juga disebabkan selaput Universitas Sumatera Utara ketuban stosel bekuan darah yang tertinggal didalam rahim, proses pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir. Persalinan yang lama dan sulit adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan, serta pimpinan persalinan yang salah Treffers et al, 2004. Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain itu, angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional dukun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun Surjaningrat, 2006. Kematian bayi yang lahir dari ibu yang berusia di bawah 20 tahun disebabkan berat badan kurang dari 2500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu lahir prematur, kelainan kongenital serta lahir dengan asfiksia. Menurut Biro Pusat Statistik 1998 dalam data BKKBN 2008, b Kehamilan usia muda dapat berisiko menderita kanker di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan karena di usia remaja, alat reproduksi wanita masih mengalami pertumbuhan, sehingga menyebabkan terganggunya perkembangan alat reproduksi wanita yang bisa memicu terjadinya kanker rahim di masa yang akan datang Rachmawati, 2008. ayi yang lahir dari ibu di bawah usia 20 tahun adalah 32 lebih mungkin meninggal selama tahun pertama kehidupan dari bayi yang lahir dari ibu berusia 20-29 tahun. Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: 3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh remaja putri tentang risiko- risiko kehamilan remaja. Pengetahuan di ukur dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 14 pertanyaan mengenai risiko kehamilan remaja. Pertanyaan tersebut di jawab oleh responden dengan pilihan benar, salah atau tidak tahu. Untuk jawaban yang benar di beri skor 2, jawaban yang salah di beri skor 1, dan tidak tahu di beri skor 0. Total skor maksimal adalah 28. Variabel pengetahuan merupakan skala ordinal. Menurut Arikunto 2007, jika penilaian menggunakan tiga kategori, maka rentangan dibagi 3 sama besar, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut sesuai dengan pengelompokan skor: a. Tingkat pengetahuan baik, apabila memperoleh skor 20-28. b. Tingkat pengetahuan cukup, apabila memperoleh skor 10-19. c. Tingkat pengetahuan buruk, apabila memperoleh skor ≤ 9. Pengetahuan remaja putri Risiko kehamilan remaja Sikap remaja putri Universitas Sumatera Utara

3.2.2. Sikap

Sikap adalah tanggapan ataupun respon remaja putri terhadap hal-hal yang berhubungan dengan risiko kehamilan remaja yang belum diwujudkan dalam perbuatan. Sikap di ukur melalui angket dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan mengenai risiko kehamilan remaja. Pertanyaan tersebut akan ditanggapi responden dengan setuju, kurang setuju, dan tidak setuju. Untuk sikap positif, apabila jawaban setuju di beri nilai 2, kurang setuju di beri nilai 1, dan tidak setuju di beri nilai 0. Sedangkan untuk sikap negatif, jawaban setuju di beri nilai 0, kurang setuju di beri nilai 1, dan tidak setuju di beri nilai 2. Total skor maksimal adalah 20. Variabel sikap merupakan skala ordinal. Menurut Arikunto 2007, jika penilaian menggunakan tiga kategori, maka rentangan dibagi 3 sama besar, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut sesuai dengan pengelompokan skor: a. Bersikap baik, apabila memperoleh skor 14-20. d. Bersikap cukup, apabila memperoleh skor 8-13. e. Bersikap buruk, apabila memperoleh skor ≤ 7. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang risiko kehamilan remaja di Desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian cross sectional adalah penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan satu saat atau subjek diobservasi satu kali Notoatmodjo, 2005. 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli 2010 sampai dengan bulan September 2010.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian telah dilakukan di Desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang karena belum pernah dilakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri tentang risiko kehamilan remaja. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, kehamilan remaja di Desa Tanjung Selamat juga masih sering terjadi. Hal ini disebabkan perilaku seks bebas dikalangan remaja ataupun akibat kebiasaan masyarakat untuk menikah muda. 4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Populasi adalah seluruh remaja putri di Desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, yang berusia 13-19 tahun. Penentuan usia Universitas Sumatera Utara berdasarkan pertimbangan bahwa pada rentang usia tersebut remaja putri telah mengalami pubertas.

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari remaja putri di Desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Perkiraan besar sampel minimum pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi Ismael Sastroasmoro, 2010. Di mana: n = besar sampel minimum Zα = nilai distribusi normal baku table Z pada α tertentu P = harga proporsi di populasi Q = 1-P D = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki Pada penelitian ini, tingkat kepercayaan confident interval yang dikehendaki adalah sebesar 95 sehingga untuk Zα dua arah diperoleh nilai Zα=1,96. Nilai P yang ditetapkan adalah 0.50 karena peneliti tidak mengetahui proporsi sebelumnya. Ketepatan relatif yang diinginkan adalah 10. Berdasarkan rumus tersebut besar sampel dapat dihitung sebagai berikut: Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 97 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster sampling, yaitu proses penarikan sampel secara acak berkelompok yang Universitas Sumatera Utara dilakukan apabila populasi tersebar luas sehingga tidak memungkinkan membuat daftar seluruh populasi Saryono, 2008. Kriteria inklusi sampel: 1. Remaja putri berusia 13-19 tahun. 2. Berdomisili di Desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. 3. Belum menikah. 4. Bersedia mengikuti penelitian. Kriteria eksklusi sampel: 1. Remaja putri yang menolak mengisi kuesioner dengan lengkap. 2. Remaja putri yang sedang atau pernah hamil. 4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer Data primer adalah data diperoleh dari sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dengan menggunakan instrumen kuesioner.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak instansi Desa Tanjung Selamat yang berhubungan dengan populasi dan masyarakat di sekitar daerah penelitian.

4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner telah dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi pearson dan uji Cronbach Cronbach Alpha dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Sampel yang digunakan pada uji validitas dan reliabilitas adalah 20 orang remaja putri yang berdomisili di Desa Tanjung Anom, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, karena memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian ini. Setelah uji Universitas Sumatera Utara validitas dilakukan, hanya pada soal-soal yang telah dinyatakan valid saja yang di uji realibilitasnya. Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesinoner Penelitian variabel Nomor pertanyaan Total Pearson Correlation Status Alpha Status Pengetahuan 1 0,513 Valid 0,820 Reliabel 2 0,532 Valid Reliabel 3 0,466 Valid Reliabel 4 0,528 Valid Reliabel 5 0,536 Valid Reliabel 6 0,457 Valid Reliabel 7 0,576 Valid Reliabel 8 0,617 Valid Reliabel 9 0,491 Valid Reliabel 10 0,605 Valid Reliabel 11 0,451 Valid Reliabel 12 0,602 Valid Reliabel 13 0,593 Valid Reliabel 14 0,704 Valid Reliabel Sikap 1 0,490 Valid 0,767 Reliabel 2 0,624 Valid Reliabel 3 0,516 Valid Reliabel 4 0,756 Valid Reliabel 5 0,612 Valid Reliabel 6 0,658 Valid Reliabel 7 0,564 Valid Reliabel 8 0,504 Valid Reliabel 9 0,538 Valid Reliabel 10 0,538 Valid Reliabel Universitas Sumatera Utara

4.5. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka dilakukan tahap pengolahan data yang melalui tahap sebagai berikut: 1. Editing Pada tahap ini peneliti memeriksa kuesioner yang telah di isi, apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam pengisiannya. 2. Coding Peneliti mengklasifikasikan kategori-kategori dari data yang di dapat dan dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode berbentuk angka pada masing-masing kategori. 3. Scoring Data yang telah dikumpulkan kemudian diberikan skor sesuai ketentuan pada aspek pengukuran. 4. Entry Merupakan kegiatan memasukkan data dari hasil kuesioner ke dalam program computer SPSS. 5. Analysis Data di analisis dengan menggunakan program SPSS.

4.6. Ethical Clearance