Sikap Dan Tindakan Ibu Tentang Pemberian Pendidikan Seks Pada Remaja Putri Di Desa Tanjung Selamat Deli Serdang Tahun 2008

(1)

SIKAP DAN TINDAKAN IBU TENTANG PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA PUTRI

DI DESA TANJUNG SELAMAT DELI SERDANG TAHUN 2008

FATIMA ZAHRA NASUTION

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008


(2)

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL

Judul : SIKAP DAN TINDAKAN IBU TENTANG PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA PUTRI DI DESA TANJUNG SELAMAT DELI SERDANG TAHUN 2008. Nama : FATIMA ZAHRA NASUTION

NIM : 075102049

POGRAM STUDI : D IV BIDAN PENDIDIK FK USU.

Pembimbing,


(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... ... i

Lembar Pengesahan Proposal ... ... iii

Daftar Isi ... ... iv

BAB 1 PENDAHULUAN... ... 1

1.1 Latar Belakang ... ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... ... 3

1.2.1 Tujuan Umum ... ... 3

1.2.2 Tujuan Khusus ... ... 3

1.3 Pertanyaan Penelitian... ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... ... 4

BAB II TINJAUAN PUSATAKA ... ... 5

2.1 Sikap ... ... 5

2.2 Tindakan ( Practice) ... ... 6

2.3 Orang Tua ... ... 7

2.4 Remaja ... ... 9

2.4.1 Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja ... ... 11

2.4.2 Perkembangan Seks Remaja Putri ... ... 12

2.4.3 Perilaku seksual remaja ... ... 13

2.5 Pendidikan Seks ... ... 15

2.5.1 Tujuan Pendidikan Seks ... ... 16

2.5.2 Kurikulum Pendidikan Seks ... ... 17

2.5.3 Faktor Yang Mempengaruhi Sikap dan Tndakan Ibu Dalam Pendidikan Seks ... ... 18

2.5.4 Bimbingan dan Kiat Dalam Memberikan Pendidikan Seks . 19 2.5.5 Pendidikan Seks di Sekolah... ... 21


(4)

BAB III KERANGKA PENELITIAN ... ... 23

3.1 Kerangka Konseptual ... ... 23

3.2 Defenisi Konseptual dan Operasional ... ... 23

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... ... 26

4.1 Desain Penelitian ... ... 26

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... ... 26

4.3 Lokasi Penelitian ... ... 26

4.4 Pertimbangan Etik ... ... 27

4.5 Instrumen Penelitian ... ... 27

4.6 Pengumpulan Data ... ... 28

4.7 Analisa Data ... ... 29

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Kuisioner Penelitian 2. Jadwal Kegiatan 3. Informed Consent 4. Lembar Konsul

5. Rencana Pembiayaan Proposal


(5)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi mengenai seksualitas harus dijalin sejak kecil melalui pendidikan seks dalam keluarga. Seks juga dilihat bukan sebagai sesuatu yang tabu, tetapi merupakan bagian dari kehidupan manusia dalam proporsi yang wajar. Bila seks masih dianggap tabu, maka akan banyak ditemukan salah pengertian dan problema seksual yang terselubung.( Fauzan, 2002 ).

Populasi Report 1985 No 9. ditemukan jumlah remaja putri yang telah melakukan hubungan seksual antara lain di Negara maju misalnya Amerika Serikat (1979) adalah 46% dan di Negara berkembang seperti Meksiko relatif lebih kecil yaitu 8 % . ( Sarwono, 2006 ).

Indonesia boleh mengaku sebagai negara yang penduduknya religius. Tapi data survey demografi dan kesehatan Indonesia tahun 1997, pada kelompok perempuan usia 15 – 19 tahun sebanyak 19 % pernah melahirkan bayi dengan 100 orang per 1000 perempuan. Bandingkan dengan angka di Amerika yang hanya 62 orang per 1000 perempuan. Angka diatas menekankan perbandingan usia, bukan status pernikahan. ( Fauzan, 2002 ).

Dr Raditya Wrotsangka, SpOG dari RS St Carolus Jakarta mengatakan tidak ada angka yang pasti mengenai tingginya angka kehamilan remaja di Indonesia. Padahal, sangat mugkin angka kehamilan pada remaja cukup tinggi.


(6)

Hasil penelitian para pengamat masalah sosial remaja di kota-kota besar, diantaranya Sarwono ( 1970 dikutip dari Yeni 1996 ) dari 117 remaja di Jakarta 4,1% pernah melakukan hubungan seks. Eko ( 1983 dikutip dari Widjanarko,1999) meneliti 401 remaja menemukan 8,2 % pernah menganggap seks pranikah wajar. Satoto 1992 ( dikutip dari Yeni, 1996) melaporkan 4,1 % dari 1086 pelajar SMP-SMU di Semarang pernah melakukan hubungan seks. Tjitarsa 1995 ( dikutip dari Hidayana dan Saifuddin, 1999 ), meneliti bahwa 50% dari 2947 kasus kehamilan di sebuah klinik besar di Denpasar adalah wanita belum menikah dan sebagian besar dibawah 25 tahun.

Pergaulan bebas menjadi kambing hitam bagi tingginya angka kehamilan remaja. Gaya hidup remaja terutama remaja kota sangat rentan terhadap pergaulan bebas. Secara fisiologis alat-alat reproduksi mereka sudah berkembang optimal. Di sisi lain usia remaja mempunyai sifat yang ingin tahu yang sangat besar. ( Fauzan, 2002)

Banyak orang tua yang tidak memberikan pendidikan seks kepada anak remajanya karena mereka berpendapat bahwa seksualitas merupakan sesuatu yang alamiah yang akan diketahui setelah menikah dan menganggap seks sebagai

.

Pendidikan seks atau informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber yang tidak jelas. Pemberian informasi mengenai masalah seksual menjadi penting, mengingat remaja berada potensi seksual yang aktif akibat dorongan seksual yang dipengaruhi perubahan hormonal. ( Mu’tadin, 2002).


(7)

masalah yang tabu untuk dibicarakan, walaupun banyak media yang telah memfasilitasi tentang pendidikan seks. ( Mu’tadin,2002)

Budaya seks tabu mempengaruhi pandangan sabahagian kalangan yang menganggap segala hal yang berbau seks, tabu untuk dikemukakan di depan publik dan pada akhirnya dianggap menjurus pada pornografi sehingga harus dilarang. ( He-Man , 2006).

Perbedaan persepsi seperti ini dapat terjadi karena nilai, sikap dan pengalaman seseorang terhadap seksualitas serta norma yang ada di lingkungan tempat tinggal dapat menyebabkan perbedaan ini bisa muncul. ( Darwinsyah, 2003

1.2 Tujuan Penelitian

).

Berdasarkan uraian diatas peneliti menunjukkan bahwa pendidikan seks bagi remaja melalui peran orang tua sangat dibutuhkan. oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui “Sikap dan Tindakan Ibu Tentang Pemberian Pendidikan Seks Pada Remaja Putri di Desa Tanjung Selamat Deli Serdang tahun 2008”

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Sikap dan Tindakan Ibu Tentang Pemberian Pendidikan Seks Pada Remaja Putri di Desa Tanjung Selamat Deli Serdang tahun 2008”.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentiifkasi sikap ibu tentang pemberian pendidikan seks pada remaja putrinya.


(8)

2. Mengidentifikasi tindakan ibu tentang pemberian pendidikan seks pada remaja putrinya.

.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimana sikap dan tindakan orang tua terhadap pendidikan seks bagi remaja di Desa Tanjung Selamat Deli Serdang tahun 2008.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi pada orang tua mengenai arti pentingnya pendidikan seks bagi remaja.

2. Manfaat bagi tenaga kesehatan yaitu sebagai bahan masukan bagi pendidikan kesehatan mengenai arti penting pendidikan seksual diberikan pada remaja.

3. Sebagai sumber informasi dan data dasar bagi peneliti selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.


(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.

Newcomb ( dikutip dari Notoatmodjo, 2003 ) ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap ini masih merupakan sikap tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka.

Menurut Allport ( dikutip dari Notoatmodjo, 2003) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu :

a. Kepercayaan ( keyakinan ), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak ( trend behavior ).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh ( total attitude ). Sikap juga terdiri dari beberapa tingkatan , yakni:

a. Menerima ( Receiving ). Menerima diartikan bahwa orang ( subjek ) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan ( objek ).


(10)

b. Merespon ( Responding ) . Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai ( Valuing ). Menghargai orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab ( Responsible ). Bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. ( Notoatmodjo, 2003 )

2.2 Tindakan ( Practice )

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan ( Overt Behavior ). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas serta dukungan. Menurut Notoatmodjo, tindakan mempunyai beberapa tindakan, yaitu :

a. Persepsi ( Perception )

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.


(11)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.

c. Mekanisme ( Mechanism )

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

d. Adaptasi ( Adaptation )

Adaptasi suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, bulan, atau yang lalu. Pengkuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

2.3 Orang Tua

Orang tua tidak dapat dipisahkan dari ikatan keluarga yang mempunyai peranan dan fungsi yang penting dalam pendidikan anak terutama pendidikan seks. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat prilaku intepersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam kondisi dan situasi tertentu ( Effendy, 1998

Berbicara tentang seks dianggap sebagai hal yang tabu. Anak-anak tidak memiliki pilihan lain kecuali mempelajari seks yang sering dilakukan dengan cara tidak sehat. Seperti yang dikatakan Kinsley dikutip dari Gupte “ketika orang tua


(12)

merasa mereka harus memberi tahu tentang seks , anak mulia berfikir mengapa seks merupakan hal yang bersifat rahasia. Keingintahuan anak dan ketertarikannya semakin meningkat. Dia mulai berfikir bahwa ada sesuatu yang memalukan pada tubuhnya atau anak ingin mendapat jawabannya dari teman-temannya. Hasil akhirnya biasanya buruk.” ( Gupte, 2004)

Pendidikan seksual adalah pertama-tama tugas orang tua. Tugas itu mereka tunaikan dalam keluarga mereka adalah tempat yang paling penting dari pendidikan seksual. ( Abineno, 2002 ). Dalam arti tertentu kita dapat kita ketahui bahwa masa depan anak-anak, khususnya dibidang seksual bergantung pada pendidikan dalam keluarga mereka.

Menurut Djiwandono (2001

Orang tua khususnya ibu sebagai sahabat yang baik, mesti gembira dengan keterbukaan anak. Cerita polosnya tentang rasa tertarik pada lawan jenis, pertanda bahwa ia percaya ibunya layak mendengarkan perasaannya. Dari sini besar peluang menyampaikan pesan-pesan mendidik. Suasana ini harus dipertahankan setidaknya sebagai salah satu petunjuk bahwa ia masih dipercaya oleh buah hatinya. Kekeliruan menanggapi ungkapan perasaan remaja dapat mengubah suasana saling percaya menjadi suasana saling berprasangka buruk, ibu

) mengemukakan bahwa pendidikan seks bukanlah tanggung jawab guru atau para pemuka agama, tetapi adalah tanggung jawab orang tua. Orang tua diharapkan bisa membantu anak-anaknya agar dapat berkembang menjadi seorang pria atau wanita yang matang, beriman, dan mampu menyesuaikan diri dengan baik.


(13)

menyangka anak telah salah melangkah dan anak tidak menganggap ibu tidak lagi mau mengerti perasaannya. Ibu bukan dianggap sahabatnya. ( Fuad, 2007).

Jika para orang tua dapat secara arif dan bijaksana menyikapi permasalahan yang dialami oleh remaja dan lingkungan sekitarnya terhadap masalah seks, arti seks itu sendiri akan berubah menjadi sangat indah dan berarti bagi kelangsungan hidup manusia. ( Dianawati,2006)

Oleh karena itu orang tua perlu memberikan informasi tentang seks dengan cara mendiskusikan perkembangan fisik anak tanpa rasa malu sehingga anak dapat menerima setiap bagian tubuhnya dan setiap fase pertumbuhannya secara wajar, menjadikan anak merasa bangga akan seksnya sendiri dan membantu anak menghargai sifat dan kapasitas lawan jenisnya. Orang tua harus memberikan informasi yang jelas dan terbuka kapan saja, sampai si anak mengerti apa yang dimaksud. Cara seperti itu akan menghilangkan segan dalam dirinya. Lebih baik dari orang tuanya pendidikan seks itu diketahui dari pada si anak mendapatkannya dari pendapat atau hayalan sendiri, teman, buku-buku atau film porno yang kini dijual bebas. ( Dianawati, 2006

2.4 Remaja

).

Batasan remaja menurut WHO pada tahun 1974 tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam defenisi tersebut dikemukakan 3 (tiga) kriteria yaitu : biologis, fisiologis dan sosial ekonomi. Maka remaja didefenisikan sebagai:

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.


(14)

b. Individu mangalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan relatif lebih mandiri.

Pada tahun-tahun berikutnya, defenisi ini semakin berkembang kearah yang lebih konkrit operasional, WHO menetapkan batas usia 10 -20 tahun sebagai batasan usia remaja secara umum di Indonesia karena banyaknya berbagai macam suku, adat, tingkat sosial ekonomi maupun pendidikan.

Menurut Petro Blos ( 1962 ) dikutip dari Notoatmodjo, ada tiga tahap perkembangan remaja dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan yaitu :

a. Remaja Awal ( Early Adolescence ). Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan yang menyertai perubahan itu. Mereka mengembangkan fikiran-fikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang keara erotis. Dengan dipegang saja oleh lawan jenis, ia sudah berpantasi erotik. Kepekaan berleihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.

b. Remaja Madya ( Middle Adolescence ). Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman, ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecendrungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya.


(15)

c. Remaja Akhir ( Late Adolescence). Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapain lima hal dibawah ini :

 Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek .

 Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dalam pengalaman-pengalaman baru.

 Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

 Egosentrisme ( terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri ) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

 Tumbuh “ dinding ” yang memisahkan diri pribadinya ( Private self ) dan masyarakat umum ( The public ). ( Sarwono, 2006 )

2.4.1 Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja

Hurlock ( 1999 ) menyatakan bahwa tugas-tugas perkembangan remaja menurut Havighurst adalah mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria dan wanita, mencapai peran sosial sesuai dengan jenis kelamin masing-masing dan mampu menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja sebelum menjadi individu dewasa yang matang bervariasi sesuai budaya, individu dan tujuan mereka, antara lain :


(16)

2. Menerima identitas seksual.

3. Mengembangkan sistem nilai personal 4. Membuat persiapan untuk hidup mandiri 5. Menjadi mandiri / bebas dari orang tua.

6. Megembalikan keterampilan mengambil keputusan. 7. Mengembangkan identitas seorang yang dewasa.

Perkembangan fisik, perilaku, masalah-masalah tertentu umum muncul pada berbagai usia selama masa remaja. Namun, setiap remaja adalah unik dan berkembang dengan kecepatan yang berbeda-beda. Selain perubahan biologis, setiap perkembangan remaja dipengaruhi oleh keluarga, masyarakat, kelompok sebaya, agama dan sosioekonomi.( Komalasari, ed

2.4.2 Perkembangan Seks Remaja Putri.

).

Berbagai perubahan fisik yang terjadi pada remaja merupakan suatu proses yang alami, yang akan dilalui oleh semua individu. Namun seringkali ketidaktahuan remaja terhadap perubahan itu sendiri membuat mereka hidup dalam kegelisahan dan perasaan was-was. ( Kollman, 1998, dikutip dari modul mahasiswa tentang kesehatan reproduksi).

Pada masa remaja organ reproduksi mulai berfungsi, baik untuk reproduksi maupun rekreasi ( mendapat kenikmatan ). Terjadi perubahan penampilan , bentuk maupun proporsi tubuh, serta fungsi fisiologis. Hormon yang mulai berfungsi juga mempengaruhi dorongan seks. Sehingga remaja mulai tertarik orang lain dan ingin mendapat kepuasan seksual .


(17)

Perubahan fisik yang yang dimaksud yaitu: a. Mulai tumbuh payudara.

b. Panggul mulai melebar dan membesar. c. Mengalami menstruasi dan haid.

d. Tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak dan kemaluan. e. Kulit dan rambut mulai berminyak.

f. Keringat bertambah banyak.

g. Lengan dan tungkai bertambah panjang. h. Tangan dan kaki bertambah besar.

i. Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar, sehingga terlihat seperti anak kecil lagi.

j. Pantat berkembang lebih besar.

2.4.3 Perilaku Seksual Remaja

Perilaku seksual menurut Sarwono (2006) adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Ada 2 jenis perilaku seks, yaitu perilaku yang dilakukan sendiri ( masturbasi, fantasi seksual, membaca dan melihat pornografi dan lain-lain). Serta perilaku seksual yang dilakukan dengan orang lain, seperti berpegangan tangan, berciuman, petting/bercumbu berat hingga hubungan intim

Objek seksual dapat berupa orang, orang dalam hayalan atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak, terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial.


(18)

Namun sebagian perilaku seksual ( yang dilakukan sebelum waktunya ) justru memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah dan agresif.

Sementara itu akibat psikososial yang timbul dari prilaku seksual antara lain adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah, misalnya pada kasus remaja putri yang hamil diluar nikah, ditambah lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. Resiko lainnya adalah terganggunya kesehatan yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi yang tinggi.

Menurut Gunarsa (1993 ) berbagai prilaku seksual remaja yang belum saatnya melakukan hubungan seksual wajar, antara lain dikenal dengan masturbasi, berpacaran dan pemuasan dorongan seksual.

Berpacaran merupakan yang umum dilakukan oleh remaja dengan berbagai bentuk prilaku seksual yang ringan tangan sampai ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang sebenarnya adalah keinginan untuk menikmati dorongan seksual. Berbagai kegiatan yang mengarahkan pada pemuasan dorongan seksual pada dasarnya menunjukkan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikan atau kegagalan untuk mengalihkan dorongan tersebut kekegiatan lain yang lebih positif.

Pada dasarnya ada beberapa hal yang menjadi motif remaja melakuka n hubungan seksual yaitu dorongan seksual, dorongan afeksi ( menyatakan, menerima ungkapan kasih sayang melalui aktivitas seksual ), dorongan agresif ( keinginan untuk menyakiti diri/orang lain), terpaksa ( diperkosa, dipaksa pacar,


(19)

takut kehilangan pacar dan sebagainya ) dan dorongan untuk mendapatkan fasilitas/material melalui aktivitas seksual ( PKBI,1999

2.5 Pendidikan Seks

)

Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai ( menikah ), maka harus dilakukan usaha untuk memberikan pengertian dan pengetahuan mengeni hal tersebut. Untuk itu perlu pendidikan seks bagi remaja baik secara formal maupun non formal.

Pendidikan seks adalah salah satu cara mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan, seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual (PMS) depresi dan perasaan berdosa. Pendidikan seks juga sebagai informasi mengenai seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliput i proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan.( Sarwono, 2006

Mohammad (1998) mendefenisikan pendidikan seks sebagai suatu kegiatan pendidikan yang berusaha utnuk memberikan pengetahuan agar

).

Pendidikan seks yang diberikan seharusnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.


(20)

seseorang dapat mengubah prilaku seksualnya ke arah yang lebih bertanggung jawab.

2.5.1 Tujuan Pendidikan Seks

Tujuan pendidikan seks adalah membentuk sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dalam membimbing anak dan remaja kearah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya.

Penjabaran tujuan pendidikan seks adalah sebagai berikut :

1. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.

2. Mengurangi seksual ( peran, tuntunan dan tanggung jawab ).

3. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi yang bervariasi.

4. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.

5. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.

6. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dalam melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental.


(21)

7. Untuk mengurangi ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksploitasi yang berlebihan.

8. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktifitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran. ( Mu’tadin, 2002)

2.5.2 Kurikulum Pendidikan Seks.

Menurut Athar, kurikulum pendidikan seks terdiri dari : 1. Pertumbuhan dan perkembangan seksual.

a. Jadwal bagi pubertas.

b. Perubahan-perubahan fisik selama pubertas. c. Kebutuhan untuk berkeluarga.

2. Fisiologis sistem reproduksi

a. Bagi para wanita : organ, menstruasi, sindrom pre menstruasi. b. Bagi para pemuda : organ dan dorongan seksual.

3. Konsepsi, perkembangan janin, dan kelahiran. 4. Penyakit menular seksual

5. Aspek-aspek mental, emosi, dan sosial dari pubertas. 6. Etika sosial, moral dan agama.


(22)

2.5.3 Fakor Yang Mempengaruhi Sikap dan Tindakan Ibu Dalam Pendidikan Seks.

1. Pengetahuan

Menurut Sarwono, banyak orang tua yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan anak-anak remaja mereka. Selain sikap orang tua yang masih belum terbuka tentang seks, sehubungan dengan masih kuatnya hal tabu sehubungan dengan masalah seks, orang tua juga seringkali kurang paham perihal masalah pendidikan seks. Pengetahuan yang terbatas itulah yang menyebabkan orang tua kurang dapat berfungsi sebagai sumber dalam pendidikan seks.

2. Pengalaman

Orang tua akan merasa canggung untuk mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan seks dikarenakan pada saat mereka berada pada usia seperti anak mereka, kata-kata seks tidak pernah dibicarakan di rumah. ( Djiwandono,2001

3. Nilai dan budaya )

Pada masyarakat timur, membicarakan masalah seks secara terbuka merupakan masalah tabu dan sakral apalagi orang tua, karena pengungkapan secara terbuka dianggap menjatuhkan/mencoreng masyarakat didaerah itu dan dapat dianggap mengajari anak-anak berperilaku seks.


(23)

Dalam pandangan islam berlaku aturan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya. Aturan ini bisa dilihat dalam hadist riwayat Ahmad yang menyatakan bahwa seorang laki-laki dan seorang perempuan yang belum memiliki hubungan yang sah sebagai suami istri tidak boleh berada pada suatu tempat yang sunyi tanpa seorang pendamping yang memiliki hubungan dengan perempuan tersebut karena dikhawatirkan akan melakukan perilaku seks bebas ( Al-Gifari ). Pendidikan seks perspektif islam mengarahkan pada pengendalian diri. Bekal iman dan tsaqafah yang memadai, kesadaran akan misi hidup dapat membangun pribadi muslim yang kokoh. Sepanjang langkah penuh kesadaran bahwa ada pertanggungjawaban yang harus dipikul, baik dunia dan akhirat. Islam mengatur naluri-naluri maupun kebutuhan jasmani manusia secara manusiawi. ( Fuady, 2007

2.5.4 Bimbingan dan Kiat Dalam Memberikan Pendidikan Seks

)

Pendidikan yang terbaik adalah orang tua anak itu sendiri, termasuk dalam pemberian pendidikan seksual. Membicarakan masalah seks adalah hal yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dengan anak. Hal ini lebih mudah diciptakan antara ibu dan ank perempuannya atau ayah dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan antara orang tua dengan anak yang berlawanan jenis kelaminnya.

Dalam memberikan pendidikan seks pada anak, jangan ditunggu-tunggu sampai anak bertanya mengenai seks melainkan diberikan dengan terencana


(24)

sesuai dengan keadaan dan kebutuhan si anak. Sebaiknya pada anak menjelang remaja dimana proses kematangan seks mulai timbul (Gunarsa, 1995). Pertanyaan yang diajukan oleh anak mengambarkan berapa besar keingintahuannya tentang seks dan mereka memerlukan jawaban yang jujur dan segera dari orang tua. Dan orang tua perlu mendengarkan setiap pertanyaan yang diajukan dengan cermat sehingga dapat memberikan jawaban yang tepat tanpa menimbulkan keraguan/kebingungan pada anak.

Dalam pendidikan seks perlu ditanamkan nilai agama dan moral karena seks merupakan anugerah Tuhan untuk meneruskan keturunan, penjelasan ini penting diberikan agar anak-anak sadar dan bertanggung jawab dalam kehidupan seksualnya ( Djiwandono, 2001

a. Cara penyampaiannya wajar dan sederhana, jangan terlalu ragu-ragu, )

Menurut Gunarsa ( 1993), beberapa hal yang penting dalam memberikan pendidikan seksual yang perlu diperhatikan adalah :

b. Isi uraian harus objektif, namun jangan menerangkan yang tidak benar seolah-olah betujuan agar anak tidak bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol.

c. Dangkal atau mendalamnya uraian disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan anak.

d. Pendidikan seks diberikan secara pribadi karena luas sempitnya pengetahuan dan kecepatan tahap perkembangan tidak sama pada tiap anak.


(25)

e. Pendidikan seksual perlu diulang-uang dan perlu untuk mngetahui seberapa jauh pengertian baru dapat diserap oleh anak dan perlu reinforcement apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuan.

2.5.5 Pendidikan seks di Sekolah

Menurut Sarwono ( 2006 ), sekolah adalah lingkungan pendidikan sekunder. Bagi anak yang sudah sekolah, lingkungan yang setiap hari dimasuki selain lingkungan rumah adalah sekolah. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah juga mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Fungsi sekolah sebagai pembentukan nilai dalam diri anak sekarang banyak menghadapi tantangan. Adanya pengaruh lingkunagan masyarakat terhadap perkembangan jiwa remaja sangat besar.

Mengenai pendidikan seks, sekolah hanya bertujuan untuk mendukung upaya para orang tua dalam membimbing anak-anak tentang seksualitas. Program-program yang ditawarkan hanya sebatas pemberian informasi, mengajukan pertanyaan seputar seks, mengadakan diskusi tentang kgiatan seksual dan cara pengambilan keputusan. ( Dianawati, 2006

2.5.6 Pendidikan Seks dari petugas Kesehatan.

).

Sebagai pemberi pelayanan kesehatan, tehnik yang biasa dilakukan oleh para tenaga profesional dalam menangani masalah remaja khususnya pendidikan seks yaitu dengan penanganan individual dimana remaja ditangani sendiri, dalam tatap muka empat mata. Pemberian arahan berupa konseling bertujuan untuk


(26)

mengutukan kembali kepribadian remaja dan berusaha menyesuaikan diri tehadap kendala dan mencari jalan keluar dari masalah. Tehnik konseling ini berpusat pada perasaan-perasaan dan pandangan-pandangan klien sendiri, sehingga tehnik ini dinamakan client centered therapy ( terapi yang berpusat pada klien). ( Sarwono, 2006

Kursus-kursus Seksiologi ).

KEMUNGKINAN JALUR PENDIDIKAN SEKS

( Menurut Sarwono, 2006 )

Orang tua Guru Dokter/paramedis

Keluarga Sekolah Media Massa Pelayanan Kesehatan

Klinik Remaja Konseling Remaja

0-20 9-20 Semua 12-20 tahun yang ingin tahun tahun umur tahu lebih lanjut tentang seks


(27)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

Kerangka Konseptual

Sikap dan Pendidikan Seks terhadap Tindakan Ibu Remaja Putri

- Defesnisi - Tujuan - Isi

- Kiat /Bimbingan dalam pendidikan seks

Karakteristik ibu - Pendidikan - Usia

- Suku / Ras - Agama

Defenisi Konseptual dan Operasional

a. Sikap

- Defenisi Konseptual

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. ( Notoatmodjo, 2003 ). - Defenisi Operasional

Sikap ibu adalah respon atau reaksi setuju dan tidak setuju dari materi pendidikan seks yang diterima.


(28)

b. Tindakan

- Defenisi Konseptual

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan ( Overt Behavior ). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas serta dukungan. ( Notoatmodjo, 2003

- Defenisi Operasional

)

Tindakan ibu adalah perbuatan atau tindakan ibu dalam pemberian pendidikan seks yang pernah dilakukan ibu kepada remaja putrinya.

c. Pendidikan Seksual - Defenisi Konseptual

Pendidikan seks adalah suatu informasi mengenai seksualitas manusia yang jelas dan benar yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran tingkah laku seksual, aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. ( Sarwono,2006

- Defenisi Operasional

).

Pendidikan seks adalah suatu penyampaian informasi/ materi oleh ibu kepada remaja tentang defenisi, tujuan, dan bimbingan dalam pendidikan, pendidikan seksual di sekolah, pendidikan seksual oleh tenaga kesehatan.

d. Remaja


(29)

Remaja adalah Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. ( Sarwono, 2006

- Defenisi Operasional )

Remaja merupakan individu yang berusia antara 11-20 tahun yang merupakan anak remaja dari ibu yang menjadi responden.


(30)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional ( survey cross silang ), untuk mengidentifikasi sikap dan tindakan ibu terhadap pemberian pendidikan seks pada remaja putri.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai anak remaja usia 11-20 tahun. Ada sebanyak 145 KK dari 299 KK yang direkrut menjadi sampel penelitian. Penentuan jumlah sampel didasarkan pada ketentuan 20 % dari populasi ( Arikunto, 1998

4.3 Lokasi Penelitian

), sehingga jumlah sampel penelitian sebanyak 30 orang. Adapun kriteria penelitian adalah orang tua yang memiliki anak remaja usia 11-20 tahun, dapat membaca, menulis dan menggunakan bahasa Indonesia serta bersedia berpartisipasi dalam penelitian.

Penelitian dilakukan di dusun II Kelurahan Tanjung Selamat, Deli Serdang. Adapun alasan tempat pemilihan lokasi di dususn II Tanjung Selamat adalah karena wilayah tersebut memungkinkan untuk melakukan penelitian dengan jumlah responden yang memadai, serta lokasi penelitian merupakan lingkungan tempat tinggal peneliti sehingga waktu lebih efesien dan biaya


(31)

menjadi pertimbangan lain bagi peneliti, di daerah penelitian ini juga belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya.

4.4 Pertimbangan Etik

Pertimbangan etik akan dilakukan setelah peneliti mendapatkan izin dari pendidikan program studi D IV bidan pendidikan FK-USU dan dari Kepala Kelurahan Tanjung Selamat Deli Serdang. Peneliti akan menjelaskan kepada responden maksud serta tujuan penelitian dan partisipasi responden sebagai objek penelitian adalah bersifat sukarela. Responden mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa tekanan fisik dan psiokolgis. Peneliti tidak akan memaksa serta menghormati hak sebagai responden.

Untuk menjaga kerahasiaan, maka kuisioner yang diberikan kepada responden akan diberi kode tertentu tanpa nama dan hanya mempunyai akses terhadap informasi tersebut yang hanya akan digunakan untuk kepentingan untuk kepentingan dalam penelitian ini.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen berupa kuisioner yang disusun oleh peneliti didasarkan pada konsep tinjauan pustaka. Kuisioner terdiri dari dua bagian, yaitu pertama tentang data demografi yang berisi tentang usia anak remaja, usia responden, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Sedangkan bagian kedua berisi pernyataan tentang sikap dan tindakan ibu terhadap pendidikan seks bagi remaja putri dengan menggunakan skala Likert dengan cara menetapkan bobot


(32)

jawaban sikap terhadap tiap-tiap item ( Mardalis, 1995 ), yaitu sangat setuju (SS) = 4, setuju (S) = 3, tidak setuju (TS) = 2, tidak tahu (TT)=0.

Sedangkan untuk tindakan yaitu melakukan ( Ya ) = 2 dan tidak melakukan ( tidak) = 1.

4.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada instansi pendidikan program D IV bidan pendidik Fakultas Kedokteran USU.

b. Setelah mendapat izin dari instansi pendidikan, kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Kepala Kelurahan Tanjung Selamat Deli Serdang.

c. Melaksanakan penelitian setelah mendapat izin dari Kepala Kelurahan Tanjung Selamat Deli Serdang.

d. Menjelaskan tujuan penelitian kepada responden dan meminta kesediaannya untuk menjadi sampel penelitian.

e. Setelah responden menyetujui untuk menjadi sampel penelitian, kemudian peneliti mengajukan surat persetujuan responden untuk ditandatangani. f. Menjelaskan cara pengisian kuisioner pada responden dan mengingatkan

responden untuk mengisi kuisioner secara teliti dan cermat serta tidak ada pernyataan yang tidak dijawab.


(33)

g. Setelah diisi, kuisioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya, apabila ada yang tidak lengkap diselesaikan saat itu juga. Kemudian nilai masing-masing jawaban sikap dikategorikan :

a. sikap baik bila responden memperoleh nilai antara 35-60. b. Sikap buruk bila responden memperoleh nilai 0-34.

Nilai masing-masing jawaban tindakan dikategorikan : a. baik apabila responden memperoleh nilai 24-30

b. buruk apabila responden memperolah nilai 15 – 22.

4.7 Analisa Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing, yaitu memeriksa kuisioner yang telah kembali apakah semua pertanyaan telah diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk.

b. Koding, yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuisioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa.

c. Analisa, yaitu menganalisa data yang telah terkumpul dengan menentukan presentasi jawaban dari setiap responden. Data yang didapat dianalisa dengan menggunakan komputerisasi


(34)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. HASIL PENELITIAN 5.1.1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1.

Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu Dalam Pemberian Pendidikan Seks Pada Remaja Putri Tahun 2008

No Umur f %

1 37 – 39 tahun 8 26.7

2 40 – 42 tahun 11 36.7

3 43 – 45 tahun 4 13.3

4 46 – 48 tahun 4 13.3

5 49 – 51 tahun 2 6.7

6 52 – 57 tahun 1 3.3

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel diatas diketahui ibu yang berumur 40 – 42 tahun merupakan responden yang terbanyak yaitu 11 orang (36,7%), sedangkan kelompok ibu yang berumur 52 – 57 tahun yang paling sedikit yaitu 1 orang (4,9%).


(35)

Tabel 5.2.

Distribusi Responden Berdasarkan Agama Ibu Dalam Pemberian Pendidikan Seks Pada Remaja Putri Tahun 2008

No Agama f %

1 Islam 23 76.7

2 Kristen Protestan 5 16.7

3 Kristen Khatolik 2 6.7

Total 30 100.0

Tabel diatas menunjukkan sebagian besar ibu beragama islam yaitu ada 23 orang (76,7%), kristen protestan ada sebanyak 5 orang (16,7%) dan 2 orang (6,7%) beragama kristen khatolik.

Tabel 5.3.

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Dalam Pemberian Pendidikan Seks Pada Remaja Putri Tahun 2008

No Pendidikan f %

1 SD 3 10.0

2 SLTP 8 26.7

3 SLTA 11 36.7

4 Diploma/ sarjana 8 26.7

Total 30 100.0

Tabel diatas menunjukkan ibu berlatarbelakang pendidikan SLTA ada 11 orang (36,7%), pendidikan SLTP dan diploma/sarjana masing-masing sebanyak 8 orang (26,7%) dan pendidikan SD sebanyak 3 orang (10%).


(36)

Tabel 5.4.

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Dalam Pemberian Pendidikan Seks Pada Remaja Putri Tahun 2008

No Pekerjaan f %

1 Pegawai Negeri 10 33.3

2 Pegawai Swasta 1 3.3

3 Wiraswasta 3 10.0

4 Ibu rumah tangga 16 53.3

Total 30 100.0

Tabel diatas menunjukkan sebagian responden berstatus sebagai ibu rumah tangga ada 16 orang (53,3%), pegawai negeri ada 10 orang (33,3%), wiraswasta sebanyak 3 orang (10%) dan pegawai swasta ada 1 orang (3,3%).

5.1.2. Sikap

Tabel 5.5.

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Ibu Dalam Pemberian Pendidikan Seks Pada Remaja Putri Tahun 2008

No Sikap f %

1 Baik 27 90.0

2 Buruk 3 10.0

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hampir seluruh ibu mempunyai sikap positif/ baik dalam memberikan pendidikan seks kepada putrinya yaitu sebanyak 27 orang (90%) dan 3 orang (10%) bersikap negatif / buruk terhadap pemberian pendidikan seks pada anaknya.


(37)

5.1.3. Tindakan

Tabel 5.6.

Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Ibu Dalam Pemberian Pendidikan Seks Pada Remaja Putri Tahun 2008

No Tindakan f %

1 Baik 21 70.0

2 Buruk 9 30.0

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan ibu yang bertindak baik dalam memberikan pendidikan seks pada anak remajanya ada sebanyak 21 orang (70%) sedangkan 9 orang (30%) bertindak buruk terhadap pemberian pendidikan tersebut.

5.2. PEMBAHASAN

5.2.1. Sikap Ibu Dalam Pemberian Pendidikan Seks Pada Remaja Putri

Berdasarkan Tabel 5.5. diketahui hampir seluruh ibu mempunyai sikap positif/baik dalam memberikan pendidikan seks kepada putrinya yaitu ada sebanyak 27 orang (90%) dan 3 orang (10%) bersikap negatif / buruk terhadap pemberian pendidikan seks pada remaja putrinya.

Glasier dan Gebbie (2005) menyatakan bahwa pendidikan seks yang diterima oleh kaum muda seharusnya membuat mereka berkembang menjadi orang yang sehat secara seksual, yang mampu membuat keputusan berdasarkan pengetahuan yang diperoleh mengenai kehidupan seks mereka baik saat ini maupun dimasa yang akan datang.


(38)

Sarwono (2002) mengutip pendapat Schinke (1984) yang membuktikan anak maupun orangtua bisa terbuka dan menerima pendidikan seks sejauh yang memberikannya adalah orang lain, bukan dari orang tua atau anggota keluarga sendiri.

Namun Sarwono juga mengutip hasil penelitian Fox dan Inazu, bahwa perlunya pendidikan seks untuk remaja khusus yang dilakukan orang tua. Semakin sering terjadinya percakapan tentang seks antara ibu dan anak maka tingkah laku seksual anak makin bertanggung jawab. Semakin awal komunikasi tersebut dilakukan, fungsi pencegahannya makin nyata.

Penelitian Synovate atas nama DKT Indonesia melalui penelitian perilaku seks di Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya membuktikan informasi tentang seks remaja dapatkan melalui teman (65%), film porno (35%), sekolah (19%) dan orang tua (5%). Dari persentase ini ditemukan bahwa informasi dari teman lebih dominan daripada orang tua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks karena dia juga mentransformasi dari teman yang lainnya.

5.2.2. Tindakan Ibu Dalam Pemberian Pendidikan Seks Pada Remaja Putri

Berdasarkan tabel 5.6. menunjukkan ibu yang bertindak baik dalam memberikan pendidikan seks pada anak remajanya sebanyak 21 orang (70%) sedangkan 9 orang (30%) bertindak buruk terhadap pemberian pendidikan tersebut.


(39)

Effendi (1998) menyatakan bahwa orang tua tidak dapat dipisahkan dari ikatan keluarga yang mempunyai peranan dan fungsi yang penting dalam pendidikan anak terutama pendidikan seks. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubung dengan individu dalam kondisi dan situasi tertentu.

Mu’tadin (2002) menyatakan bahwa banyak orang tua yang tidak memberikan pendidikan seks kepada anak remajanya karena mereka berpendapat bahwa seksualitas merupakan sesuatu yang alamiah yang akan diketahui setelah menikah dan menganggap seks sebagai masalah yang tabu untuk dibicarakan. Walaupun banyak media yang telah memfasilitasi tentang pendidikan seks.

Pendapat diatas didukung dengan hasil penelitian dilapangan yaitu sebesar 30% ibu masih beranggapan bahwa pembicaraan mengenai seks merupakan hal yang tabu dan tidak lumrah dilakukan. Namun 70% ibu menyatakan sifat keterbukaan orang tua khususnya ibu dan anak sangat besar peranannya dalam menyampaikan pesan-pesan pendidikan seks ini. Ibu bersedia menjadi sahabat bagi anaknya dalam hal mendengarkan cerita tentang ketertarikan putri terhadap lawan jenisnya, disituasi inilah peluang yang sangat besar bagi ibu untuk memberikan informasi seks sekaligus nilai- nilai moral/ agama pada putrinya.


(40)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan karakteristik ibu diketahui ibu yang berumur 40 – 42 tahun merupakan responden yang terbanyak, sebagian besar ibu beragama islam ada 23 orang (76,7%), ibu berpendidikan SLTA ada 11 orang (36,7%) dan mayoritas ibu bersatatus sebagai ibu rumah tangga ada 16 orang (53,3%). 2. Berdasarkan kategori sikap ibu dalam pemberian pendidikan seks pada putri

remajanya diketahui sebanyak 27 ibu (90%) mempunyai sikap positif/ baik dan 3 ibu (10%) bersikap negatif / buruk terhadap pemberian pendidikan seks pada remaja putrinya.

3. Berdasarkan tindakan ibu dalam memberikan pendidikan seks pada putri remajanya diketahui sebanyak 21 orang (70%) sedangkan 9 orang (30%) berindak buruk terhadap pemberian pendidikan tersebut.

6.2. Saran

1. Ciptakan suasana komunikasi yang bersifat terbuka dengan anak disaat membahas berbagai permasalahan atau berusaha menjadi sahabat bercerita bagi anak.


(41)

2. Berusaha menggali informasi dan sebanyak mungkin mengenai pengetahuan seks dan reproduksi kesehatan baik melalui media massa maupun langsung ke pakarnya sehingga dapat dijadikan bekal dalam memberikan pemahaman pendidikan seks pada anak.

3. Peningkatan pemahaman dan penanaman nilai-nilai adat dan agama dilingkungan keluarga.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abineno, J.L. 2002. Seksualitas dan Pendidikan Seksualitas. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.

Al- Ghifari, A. 2002. Kesucian Wanita. Bandung : Mujahid Press.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineka Cipta.

Athar, S. 2004. Bimbingan Seks Bagi Kaum Muda Muslim. Jakarta : Pustaka Zahra

Darwinsyah, R, S. 2003. Seksualitas Remaja Indonesia. Dibuka pada website, http://situs, kespro.info/krr/krr03.htm.

Dianawati, A. 2006. Pendidikan Seks Untuk Remaja . Jakarta : PT Kawan Pustaka.

Djiwandono, W. E.S. 2001. Menjawab Pertanyaan Anak Anda Tentang Seks. Jakarta : Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Effendy, N.1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Msyarakat. Jakarta: EGC.

Fauzan, F. 2002. Pendidikan Seks Bagi Remaja Fuady, Z. 2007. Pendidikan Masa Pubertas. Ciputat: Wadi Press.


(43)

Gunarsa, D.S. 1993. Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Gupte, S. 2004. Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor. He-Man. 2006. Pendidikan Seks dan Seks Tabu. www.kespro.com.

Hurlock,B. E. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Mohammad, K. 1998. Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mu’tadin, Z. 2002. Pendidikan Seks pada Remaja.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Adi Mahastya. PKBI. 1997. Pendidikan Seksualitas untuk Remaja: Peran Pendamping Dalam

Perkembangan Seksualitas Remaja. Kerjasama PKBI dengan The Ford Foundation.


(44)

KUISIONER PENELITIAN

Petunjuk Pengisian :

Ibu diharapkan :

1. Menjawab pertanyaan yang tersedi dengan memberikan tanda chekslist (√ ) pada tempat yang disediakan.

2. Semua pertanyaan harus dijawab

3. Tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

4. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

A. DATA BIOGRAFI

NO :

Usia anak remaja : tahun

Usia responden : tahun

Agama : ( ) Islam

( ) Kristen protestan ( ) Kristen Katolik ( ) Hindu

( ) Budha

Pendidikan terakhir : ( ) Tidak sekolah ( ) SD

( ) SMP ( ) SMU

( ) Diploma / Perguruan tTinggi Pekerjaan : ( ) Pegawai Negeri

( ) Pegawai Swasta ( ) Wiraswasta

( ) Buruh

( ) Petani


(45)

B. Kuisioner Penelitian Tentang Sikap dan Tindakan Ibu dalam Pemberian Pendidikan Seks Pada Remaja Putri.

a. Sikap

Keterangan :

SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

NO Pernyataan SS S TS STS

1 Pendidikan seks remaja yaitu menjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual remaja putri.

2 Ibu memberi pendidikan seks tentang perubahan fisik yang dialami remaja putri misalnya, payudara yang bertambah besar dan menstruasi sebagai awal fungsi organ seksual.

3 Ibu menjelaskan secara rinci pada putri ibu, ketika

mendapatkan haid pertama, bahwa remaja putri ibu sudah aktif secara reproduksi atau dapat hamil.

4 Ibu akan memberikan pendidikan seks kepada remaja putri ibu pada saat putri ibu mendekati masa pubertas. 5 Apabila putri ibu bertanya pada ibu tentang perubahan

tubuh dan menstruasi yang dialaminya, ibu akan menjawab semua pertanyaan remaja putri ibu.

6 Pendidikan seks diberikan ketika anak mulai remaja , bukan hanya diberikan pada saat putri ibu akan memasuki jenjang pernikahan.

7 Seorang ibu harus bersikap terbuka dan jujur dalam memberikan informasi tentang seksualitas remaja. 8 Ibu adalah pendidik yang terbaik bagi remaja putri

sebagai sumber informasi utama dalam masalah seks. 9 Ibu akan membatasi pergaulan remaja putri ibu dengan

lawan jenisnya setelah ibu mengetahui putri ibu telah mendapatkan menstruasi ( haid ).

10 Tujuan pendidikan seks adalah membentuk sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan bimbingan anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang


(46)

sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya.

11 Dalam memberikan pendidikan seks, nilai agama dan norma juga diberikan sebagai benteng dalam diri remaja untuk bersikap dan bertingkah laku.

12 Dalam memberikan pendidikan seks sebagi remaja putri, ibu akan menjelaskan tentang perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada remaja yaitu mulai tumbuh payudara, panggul melebar, menstruasi, tumbuh bulu-bulu halus dikemaluan dan ketiak, pantat berkembang lebih besar 13 Ibu harus menjelaskan pada remaja putri untuk menjaga

pergaulan antara laki-laki dan perempuan agar tidak terjadi perilaku seksual yang bertentangan dengan agama dan norma masyarakat

14 Ibu berusaha meyakinkan pada remaja putri ibu bahwa ibu adalah sahabat yang baik sebagai tempat informasi dan mencurahkan masalah perubahan dirinya ( masalah seksual ) sehingga remaja ibu tidak merasa malu untuk bercerita dan bertanya dengan ibu.

15 Ibu akan merasa bangga apabila ibu telah memberikan pendidikan seks kepada remaja putri ibu sehingga

berharap remaja putri ibu menjadi remaja yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya.

b. Tindakan

Petunjuk pengisian :

Pilihlah jawaban yang menurut ibu tepat dengan memberikan tanda ( √ ) pada jawaban YA dan TIDAK.

NO Pernyataan Ya Tidak

1 Apakah ibu pernah memberikan pendidikan seks pada remaja putri ibu ?

2 Apakah ibu pernah memberikan penjelasan pada putri ibu tentang perubahan fisik yang dialaminya.? 3 Pada saat ibu mengetahui putri ibu mendapatkan

haid pertama kali, apakah ibu memberikan penjelasan bahwa menstruasi yang dialami pertanda bahwa putri ibu telah aktif secara reproduksi atau dapat hamil.?

4 Pada saat putri ibu mendekati masa pubertas, apakah ibu memberikan pendidikan seks pada putri ibu.?


(47)

apakah ibu menjawab segala pertanyaan dari putri ibu?

6 Apakah ibu memberikan pendidikan seks sewaktu remaja bukan hanya diberikan pada saat putri ibu akan memasuki jenjang pernikahan ?

7 Apakah dalam memberikan informasi tentang seksualitas, fungsi organ tubuh, perubahan fisik yang dialami remaja, Ibu akan bersikap terbuka dan jujur ?

8 Dalam memberikan pendidikan seks pada remaja putri, apakah ibu menanamkan nilai agama dan moral pada putri ibu?

9 Apakah ibu membatasi pergaulan remaja putri ibu dengan lawan jenisnya apabila ia telahmedapatkan menstruasi .

10 Apakah ibu dalam memberikan pendidikan seks kepada remaja putri adalah untuk membentuk sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan bimbingan anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadsp kehidupan seksualnya.

11 Dalam memberikan pendidikan seks pada remaja putri, apakah ibu menanamkan nilai agama dan moral pada putri ibu?

12 Apakah ibu dalam memberikan pendidikan seks sebagai remaja putri, ibu akan menjelaskan tentang perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada remaja yaitu mulai tumbuh payudara, panggul melebar, menstruasi, tumbuh bulu-bulu halus dikemaluan dan ketiak, pantat berkembang lebih besar? 13 Apakah Ibu menjelaskan pada remaja putri untuk

menjaga pergaulan antara laki-laki dan perempuan agar tidak terjadi perilaku seksual yang

bertentangan dengan agama dan norma masyarakat 14 Apa ibu meyakinkan pada remaja putri ibu bahwa

ibu adalah sahabat yang baik sebagai tempat informasi dan mencurahkan masalah perubahan dirinya ( masalah seksual ) sehingga remaja putri ibu tidak merasa malu untuk bercerita dan bertanya dengan ibu.?

15 Apakah Ibu bangga apabila ibu telah memberikan pendidikan seks kepada remaja putri ibu sehingga berharap remaja putri ibu menjadi remaja yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya.


(48)

(49)

s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7 s8 s9 s10 s11 s12 s13 s14s15 T KS t1 t2 t3 t4 t5 t6 t7 t8 t9 t10 t11 t12

1 16 45 3 Islam Diploma/Sarjana Peg. Negeri 4 4 4 4 3 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 53 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2 18 42 2 Islam SLTA Peg. Negeri 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 4 4 4 4 44 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

3 14 37 1 Islam SLTP IRT 4 4 4 4 3 2 4 2 2 4 4 3 3 4 4 51 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

4 17 49 5 ProtestanDiploma/Sarjana Peg. Negeri 2 2 2 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 47 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1

5 17 42 2 Islam Diploma/Sarjana Peg. Swasta 2 2 2 3 3 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 48 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1

6 20 45 3 ProtestanSLTA Peg. Negeri 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1

7 20 46 4 ProtestanSLTA Peg. Negeri 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 4 3 3 3 38 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1

8 14 37 1 Islam SLTA IRT 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1

9 17 38 1 Islam SLTP IRT 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 4 4 4 4 4 45 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1

10 16 41 2 Islam SLTA IRT 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 54 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1

11 16 40 2 Islam SLTP IRT 2 2 2 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 49 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1

12 15 42 2 Islam SD IRT 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 37 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1

13 18 44 3 Islam SLTA Peg. Negeri 4 4 4 4 3 2 4 2 3 4 4 4 4 4 4 54 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1

14 12 37 1 Islam Diploma/Sarjana Peg. Negeri 4 4 4 4 3 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 53 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1

15 20 47 4 ProtestanDiploma/Sarjana Peg. Negeri 4 4 4 4 3 2 4 2 2 3 3 3 3 3 3 47 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1

16 13 42 2 Islam Diploma/Sarjana IRT 4 4 4 4 3 2 4 2 2 4 4 4 3 4 3 51 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1

17 13 47 4 ProtestanDiploma/Sarjana Peg. Negeri 4 4 4 4 3 2 4 2 2 3 3 3 3 3 3 47 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

18 13 48 4 Islam Diploma/Sarjana Peg. Negeri 2 2 2 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 50 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

19 17 41 2 Islam SLTA IRT 2 2 2 3 3 2 3 2 2 4 3 4 4 4 4 44 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

20 12 38 1 Islam SD IRT 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 36 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1

21 19 39 1 Islam SLTP IRT 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 4 4 4 4 43 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

22 18 50 5 Islam SLTA IRT 2 2 2 3 3 2 3 2 2 4 4 4 4 4 4 45 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1

23 19 57 6 Islam SD IRT 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 37 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1

24 16 40 2 Islam SLTP IRT 2 2 2 3 3 2 3 2 2 4 4 4 4 4 4 45 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1

25 19 42 2 Islam SLTP IRT 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 39 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1

26 15 43 3 Islam SLTA Wiraswasta 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 44 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1

27 16 42 2 Islam SLTP Wiraswasta 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 47 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

28 18 39 1 Khatolik SLTA IRT 2 2 2 3 3 2 3 2 3 4 4 4 4 4 4 46 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1

29 17 42 2 Islam SLTA Wiraswasta 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 39 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

30 15 38 1 Khatolik SLTP IRT 4 4 4 4 3 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 53 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1

kui Agama didik kerja

MASTER DATA

SIKAP DAN TINDAKAN IBU DALAM PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA PUTRI TAHUN 2008

Sikap Ibu Tindakan Ibu


(50)

t13 t14 t15 T KT

2 2 2 30 2

2 2 2 30 2

2 2 2 30 2

2 2 2 26 2

2 2 2 22 1

2 1 2 24 2

2 2 2 26 2

2 2 2 26 2

2 2 2 22 1

2 2 2 26 2

2 2 2 24 2

2 2 2 22 1

2 1 2 24 2

2 2 2 26 2

2 1 2 24 2

2 2 2 26 2

2 2 2 30 2

2 2 2 30 2

2 2 2 30 2

2 2 2 22 1

2 2 2 30 2

2 2 2 22 1

2 2 2 22 1

2 1 2 24 2

2 2 2 26 2

2 2 2 22 1

2 2 2 30 2

2 2 2 22 1

2 2 2 30 2


(1)

B. Kuisioner Penelitian Tentang Sikap dan Tindakan Ibu dalam Pemberian Pendidikan Seks Pada Remaja Putri.

a. Sikap

Keterangan :

SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

NO Pernyataan SS S TS STS

1 Pendidikan seks remaja yaitu menjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual remaja putri.

2 Ibu memberi pendidikan seks tentang perubahan fisik yang dialami remaja putri misalnya, payudara yang bertambah besar dan menstruasi sebagai awal fungsi organ seksual.

3 Ibu menjelaskan secara rinci pada putri ibu, ketika

mendapatkan haid pertama, bahwa remaja putri ibu sudah aktif secara reproduksi atau dapat hamil.

4 Ibu akan memberikan pendidikan seks kepada remaja putri ibu pada saat putri ibu mendekati masa pubertas. 5 Apabila putri ibu bertanya pada ibu tentang perubahan

tubuh dan menstruasi yang dialaminya, ibu akan menjawab semua pertanyaan remaja putri ibu.

6 Pendidikan seks diberikan ketika anak mulai remaja , bukan hanya diberikan pada saat putri ibu akan memasuki jenjang pernikahan.

7 Seorang ibu harus bersikap terbuka dan jujur dalam memberikan informasi tentang seksualitas remaja. 8 Ibu adalah pendidik yang terbaik bagi remaja putri

sebagai sumber informasi utama dalam masalah seks. 9 Ibu akan membatasi pergaulan remaja putri ibu dengan

lawan jenisnya setelah ibu mengetahui putri ibu telah mendapatkan menstruasi ( haid ).

10 Tujuan pendidikan seks adalah membentuk sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan bimbingan anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang


(2)

sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya.

11 Dalam memberikan pendidikan seks, nilai agama dan norma juga diberikan sebagai benteng dalam diri remaja untuk bersikap dan bertingkah laku.

12 Dalam memberikan pendidikan seks sebagi remaja putri, ibu akan menjelaskan tentang perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada remaja yaitu mulai tumbuh payudara, panggul melebar, menstruasi, tumbuh bulu-bulu halus dikemaluan dan ketiak, pantat berkembang lebih besar 13 Ibu harus menjelaskan pada remaja putri untuk menjaga

pergaulan antara laki-laki dan perempuan agar tidak terjadi perilaku seksual yang bertentangan dengan agama dan norma masyarakat

14 Ibu berusaha meyakinkan pada remaja putri ibu bahwa ibu adalah sahabat yang baik sebagai tempat informasi dan mencurahkan masalah perubahan dirinya ( masalah seksual ) sehingga remaja ibu tidak merasa malu untuk bercerita dan bertanya dengan ibu.

15 Ibu akan merasa bangga apabila ibu telah memberikan pendidikan seks kepada remaja putri ibu sehingga

berharap remaja putri ibu menjadi remaja yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya.

b. Tindakan

Petunjuk pengisian :

Pilihlah jawaban yang menurut ibu tepat dengan memberikan tanda ( √ ) pada jawaban YA dan TIDAK.

NO Pernyataan Ya Tidak

1 Apakah ibu pernah memberikan pendidikan seks pada remaja putri ibu ?

2 Apakah ibu pernah memberikan penjelasan pada putri ibu tentang perubahan fisik yang dialaminya.? 3 Pada saat ibu mengetahui putri ibu mendapatkan

haid pertama kali, apakah ibu memberikan penjelasan bahwa menstruasi yang dialami pertanda bahwa putri ibu telah aktif secara reproduksi atau dapat hamil.?

4 Pada saat putri ibu mendekati masa pubertas, apakah ibu memberikan pendidikan seks pada putri ibu.?


(3)

apakah ibu menjawab segala pertanyaan dari putri ibu?

6 Apakah ibu memberikan pendidikan seks sewaktu remaja bukan hanya diberikan pada saat putri ibu akan memasuki jenjang pernikahan ?

7 Apakah dalam memberikan informasi tentang seksualitas, fungsi organ tubuh, perubahan fisik yang dialami remaja, Ibu akan bersikap terbuka dan jujur ?

8 Dalam memberikan pendidikan seks pada remaja putri, apakah ibu menanamkan nilai agama dan moral pada putri ibu?

9 Apakah ibu membatasi pergaulan remaja putri ibu dengan lawan jenisnya apabila ia telahmedapatkan menstruasi .

10 Apakah ibu dalam memberikan pendidikan seks kepada remaja putri adalah untuk membentuk sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan bimbingan anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadsp kehidupan seksualnya.

11 Dalam memberikan pendidikan seks pada remaja putri, apakah ibu menanamkan nilai agama dan moral pada putri ibu?

12 Apakah ibu dalam memberikan pendidikan seks sebagai remaja putri, ibu akan menjelaskan tentang perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada remaja yaitu mulai tumbuh payudara, panggul melebar, menstruasi, tumbuh bulu-bulu halus dikemaluan dan ketiak, pantat berkembang lebih besar? 13 Apakah Ibu menjelaskan pada remaja putri untuk

menjaga pergaulan antara laki-laki dan perempuan agar tidak terjadi perilaku seksual yang

bertentangan dengan agama dan norma masyarakat 14 Apa ibu meyakinkan pada remaja putri ibu bahwa

ibu adalah sahabat yang baik sebagai tempat informasi dan mencurahkan masalah perubahan dirinya ( masalah seksual ) sehingga remaja putri ibu tidak merasa malu untuk bercerita dan bertanya dengan ibu.?

15 Apakah Ibu bangga apabila ibu telah memberikan pendidikan seks kepada remaja putri ibu sehingga berharap remaja putri ibu menjadi remaja yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya.


(4)

(5)

s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7 s8 s9 s10 s11 s12 s13 s14s15 T KS t1 t2 t3 t4 t5 t6 t7 t8 t9 t10 t11 t12

1 16 45 3 Islam Diploma/Sarjana Peg. Negeri 4 4 4 4 3 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 53 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2 18 42 2 Islam SLTA Peg. Negeri 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 4 4 4 4 44 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

3 14 37 1 Islam SLTP IRT 4 4 4 4 3 2 4 2 2 4 4 3 3 4 4 51 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

4 17 49 5 ProtestanDiploma/Sarjana Peg. Negeri 2 2 2 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 47 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 5 17 42 2 Islam Diploma/Sarjana Peg. Swasta 2 2 2 3 3 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 48 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 6 20 45 3 ProtestanSLTA Peg. Negeri 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 39 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 7 20 46 4 ProtestanSLTA Peg. Negeri 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 4 3 3 3 38 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1

8 14 37 1 Islam SLTA IRT 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1

9 17 38 1 Islam SLTP IRT 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 4 4 4 4 4 45 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1

10 16 41 2 Islam SLTA IRT 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 54 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1

11 16 40 2 Islam SLTP IRT 2 2 2 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 49 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1

12 15 42 2 Islam SD IRT 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 37 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1

13 18 44 3 Islam SLTA Peg. Negeri 4 4 4 4 3 2 4 2 3 4 4 4 4 4 4 54 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1

14 12 37 1 Islam Diploma/Sarjana Peg. Negeri 4 4 4 4 3 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 53 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 15 20 47 4 ProtestanDiploma/Sarjana Peg. Negeri 4 4 4 4 3 2 4 2 2 3 3 3 3 3 3 47 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 16 13 42 2 Islam Diploma/Sarjana IRT 4 4 4 4 3 2 4 2 2 4 4 4 3 4 3 51 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 17 13 47 4 ProtestanDiploma/Sarjana Peg. Negeri 4 4 4 4 3 2 4 2 2 3 3 3 3 3 3 47 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 13 48 4 Islam Diploma/Sarjana Peg. Negeri 2 2 2 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 50 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

19 17 41 2 Islam SLTA IRT 2 2 2 3 3 2 3 2 2 4 3 4 4 4 4 44 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

20 12 38 1 Islam SD IRT 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 36 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1

21 19 39 1 Islam SLTP IRT 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 4 4 4 4 43 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

22 18 50 5 Islam SLTA IRT 2 2 2 3 3 2 3 2 2 4 4 4 4 4 4 45 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1

23 19 57 6 Islam SD IRT 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 37 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1

24 16 40 2 Islam SLTP IRT 2 2 2 3 3 2 3 2 2 4 4 4 4 4 4 45 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1

25 19 42 2 Islam SLTP IRT 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 39 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1

26 15 43 3 Islam SLTA Wiraswasta 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 44 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1

27 16 42 2 Islam SLTP Wiraswasta 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 47 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

28 18 39 1 Khatolik SLTA IRT 2 2 2 3 3 2 3 2 3 4 4 4 4 4 4 46 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1

29 17 42 2 Islam SLTA Wiraswasta 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 39 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

30 15 38 1 Khatolik SLTP IRT 4 4 4 4 3 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 53 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1

kui Agama didik kerja

MASTER DATA

SIKAP DAN TINDAKAN IBU DALAM PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA PUTRI TAHUN 2008

Sikap Ibu Tindakan Ibu


(6)

t13 t14 t15 T KT

2 2 2 30 2 2 2 2 30 2 2 2 2 30 2 2 2 2 26 2 2 2 2 22 1 2 1 2 24 2 2 2 2 26 2 2 2 2 26 2 2 2 2 22 1 2 2 2 26 2 2 2 2 24 2 2 2 2 22 1 2 1 2 24 2 2 2 2 26 2 2 1 2 24 2 2 2 2 26 2 2 2 2 30 2 2 2 2 30 2 2 2 2 30 2 2 2 2 22 1 2 2 2 30 2 2 2 2 22 1 2 2 2 22 1 2 1 2 24 2 2 2 2 26 2 2 2 2 22 1 2 2 2 30 2 2 2 2 22 1 2 2 2 30 2 2 2 2 22 1


Dokumen yang terkait

Perbandingan Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di Madrasah Aliyah Negeri Meulaboh 1 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013

6 57 130

Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Melalui Media Cetak (Leaflet) dan Media Elektronik (Video) Terhadap di SMA N 1 Bagan Sinembah

2 62 157

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Risiko Kehamilan Remaja di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010.

2 38 69

Hubungan Pengetahuan Dan Tindakan Ibu Mengenai Keputihan Di Dusun Tujuh Desa Bandar Khalipah Deli Serdang Tahun 2008

0 30 48

Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja Dalam Menghadapi Seks Bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008

0 20 93

Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Seks Pranikah di SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate Tahun 2010

41 141 87

Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Rumah Tangga Tentang Penggunaan Minyak Goreng Berulang Kali di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal Tahun 2010

15 122 125

Komunikasi Antar Pribadi Ibu Dan Remaja Putri Terhadap Pengetahuan Pendidikan Seks Remaja Putri (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antar Pribadi Ibu dan Remaja Putri terhadap Pengetahuan Pendidikan Seks Remaja Putri di SMU Sultan Iskandar Muda

1 45 92

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINDAKAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA (Studi di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember)

0 3 21

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINDAKAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA (Studi di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember)

0 6 21