B. Pembahasan
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, maka akan dibahas tentang karakteristik psikometri subtes RA pada IST berdasarkan teori-teori yang telah
dipaparkan pada tinjauan pustaka.
1. Analisis Indeks Kesukaran Aitem Subtes RA
Berdasarkan hasil analisis indeks kesukaran aitem diketahui bahwa terdapat variasi kesukaran aitem pada subtes RA. Variasi ini tersebar secara tidak
merata. Artinya nilai p pada aitem tidak bergerak dari yang paling mudah ke yang paling sulit secara berurutan, meskipun aitem yang paling mudah dengan p 0,9737
terdapat pada aitem yang pertama dan aitem yang paling sulit dengan p 0,012 terdapat pada aitem terakhir. Bila ditinjau lebih lanjut, hal ini tidak sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa penyusunan aitem hendaknya didasarkan pada indeks kesukaran aitemnya, sehingga pola penyusunan aitem dalam tes dimulai
dari aitem dengan harga p paling tinggi atau mudah hingga harga p yang paling rendah atau sulit Kumar, 2009 dan Murphy Davidshofer, 2003.
Bila dilihat lebih lanjut, dari hasil analisis p pada Tabel 5. terdapat beberapa aitem yang dipersepsikan terlalu sulit atau mudah oleh subjek dengan p
mendekati 0 atau 1. Hal ini kurang sejalan pernyataan Murphy Davidshofer 2003 bahwa untuk tes inteligensi p akan dikatakan baik jika p mendekati 0,5,
dan dianggap tidak baik jika p mendekati 0 atau 1. Jika dihubungkan pada kategori Allen Yen dalam Lababa, 2008 untuk nilai p, maka nilai p yang
mendekati 0,5, namun tidak mendekati 0 atau 1 tersebut berarada pada kategori 67
sedang. Oleh karena itu, pada Tebel 6. dapat diketahui bahwa ada 5 aitem yang berada pada kategori sedang, yaitu aitem nomor 79, 81, 82, 83, dan 84.
2. Analisis Indeks Diskriminasi Aitem Subtes RA
Berdasarkan hasil analisis indeks diskriminasi aitem diketahui bahwa sebagian besar aitem atau 16 dari 20 aitem dianggap sangat baik. Masing-masing
aitem ini memiliki nilai indeks diskriminasi aitem di atas 0,4. Angka ini mengindikasikan bahwa aitem-aitem ini memiliki kualitas sangat baik dan
memuaskan dalam membedakan antara individu yang memiliki kemampuan sesuai dengan fungsi ukur subtes RA dan individu yang tidak memiliki
kemampuan tersebut. Bila dilihat lebih lanjut, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa indeks diskriminasi aitem yang ideal adalah yang mendekati 1
Azwar, 2007. Selain itu, berdasarkan kegunaan subtes RA pada IST sebagai tes
inteligensi, 4 aitem lainnya yang dinilai kurang baik karena memiliki nilai indeks diskriminasi aitem antara 0,2 sampai 0,4, yang artinya aitem kurang dapat
membedakan antara individu yang memiliki kemampuan bepikir praktis dalam berhitung, berpikir induktif,
reasoning
, dan kemampuan mengambil kesimpulan. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa aitem-aitem yang memiliki
indeks diskriminasi 0,2 - 0,29 dianggap belum memuaskan dan perlu revisi Ebel dalam Azwar, 2007. Selain itu, Thorndike dalam Azwar, 2007 juga menyatakan
bahwa aitem-aitem dengan indeks diskriminasi di bawah 0,2 dapat langsung dibuang dan dianggap jelek.
68
Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa ada 16 aitem yang memiliki kualitas yang baik dan siap pakai untuk dijadikan alat tes inteligensi. Sementara
itu, 4 aitem yang memiliki kualitas yang kurang baik sebagai tes inteligensi, meskipun tidak ada yang memiliki harga d 0,2. 4 aitem yang kurang baik
tersebut disarankan untuk revisi, yaitu aitem nomor 77, 93, 94, dan 96.
3. Analisis Indeks Reliabilitas Subtes RA