Karena n
i
N= p, maka dapat juga dirumuskan dengan: d = p
T
-p
R
10 Keterangan:
p
T
= Indeks kesukaran item kelompok tinggi p
R
= Indeks kesukaran item kelompok rendah Pada penelitian ini indeks diskriminasi aitem dapat diartikan sebagai
kemampuan aitem dalam membedakan individu yang memiliki kemampuan berpikir praktis dalam berhitung, berpikir induktif,
reasoning
, dan kemampuan mengambil kesimpulan dengan individu yang tidak memiliki kemampuan
tersebut.
b. Analisis Indeks Diskriminasi Aitem
Diskriminasi aitem yang maksimal akan dicapai dalam kondisi ketika seluruh subjek kelompok tinggi dapat menjawab aitem dengan benar dan seluruh
subjek kelompok rendah tidak mampu untuk menjawabnya, dalam hal ini akan diperoleh harga d = 1. Secara matematik indeks diskriminasi aitem akan berkisar
mulai dari -1 sampai dengan +1. Namun demikian hanya harga d yang bernilai
positif saja yang memiliki arti dalam analisis aitem Azwar, 2007.
Harga d yang berada disekitar 0 menunjukkan bahwa aitem yang bersangkutan mempunyai diskriminasi yang rendah sedangkan harga d yang
negatif menunjukkan bahwa aitem yang bersangkutan tidak berguna sama sekali bahkan bisa menyesatkan.
Indeks diskriminasi aitem yang ideal adalah yang mendekati angka 1, semakin besar indeks diskriminasi semakin mendekati 1 berarti aitem tersebut
23
mampu membedakan antara individu yang menguasai materi yang diujikan dan mereka yang tidak menguasainya. Semakin kecil diskriminasi aitem semakin
mendekati 0 berarti semakin tidak jelaslah fungsi aitem yang bersangkutan dalam membedakan mana subjek yang menguasai materi yang diujikan dan subjek yang
tidak tahu apa-apa Azwar,2007. Ebel dalam Azwar, 2007 terdapat suatu panduan dalam evaluasi indeks
diskriminasi aitem, yaitu :
Tabel 2. Evaluasi Indeks Diskriminasi Aitem
d Evaluasi
0,4 atau lebih Bagus sekali
0,3 - 0,39 Lumayan bagus, tidak membutuhkan revisi
0,2 – 0,29
Belum memuaskan, perlu revisi d 0,20
Jelek dan harus dibuang
Thorndike dalam Azwar, 2007 mengatakan bahwa dalam proses seleksi aitem, aitem-aitem yang memiliki nilai diskriminasi aitem di atas 0,50 akan
langsung dianggap baik sedangkan aitem-aitem dengan indeks diskriminasi di bawah 0,20 dapat langsung dibuang dan dianggap jelek.
Menurut Murphy dan Davidshofer 2003 ada tiga cara statsistik yang dapat digunakan untuk mengukur indeks diskriminasi aitem, yaitu:
1 Metode kelompok ekstrim
Metode kelompok ekstrim merupakan cara yang mudah untuk mengukur indeks diskriminasi aitem pada kelompok yang besar. Indeks diskriminasi aitem
dapat dihitung dengan cara membagi kelompok menjadi dua,
Upper group
yakni kelompok yang memiliki skor yang tinggi 25-35 nilai tertinggi didalam
kelompok dan
lower group
yakni kelompok yang memiliki nilai yang rendah 25-35 nilai terendah dalam kelompok. Aitem yang memiliki indeks
24
diskriminasi aitem yang baik akan dijawab benar oleh
upper group
dan dijawab salah oleh
lower group
. 2
Korelasi aitem-total Korelasi aitem-total memberikan informasi tentang apakah aitem
mengukur hal yang sama dengan tes. Korelasi aitem-total untuk aitem yang diskor 1 jika benar dan 0 jika salah sering juga disebut korelasi poin biserial.
Artinya, korelasi poin biserial digunakan apabila aitem-aitem dalam tes berbentuk dikotomi dan dengan skor total berupa data kontinyu. Nilai positif menunjukkan
bahwa aitem dan tes mengukur hal yang sama, nilai mendekati nol menunjukkan bahwa bahwa aitem tidak memiliki indeks diskriminasi yang baik sehingga
upper group
menjawab pertayaan dengan salah dan
lower group
menjawab pertanyaan dengan benar.
3 Korelasi inter-aitem
Korelasi inter-aitem digunakan untuk memahami indeks diskriminasi aitem. Korelasi inter-aitem tidak menjelaskan mengapa beberapa aitem
menunjukkan nilai yang tinggi ataupun rendah karena sangat jelas bahwa aitem yang memiliki nilai korelasi aitem total yang positif akan menunjukkan nilai yang
positif juga pada kebanyakan aitemnya. Namun korelasi aitem total tidak dapat menjelaskan mengapa korelasi aitem total dapat bernilai negatif. Dan dalam hal
ini dapat dijelaskan dengan menggunakan korelasi inter-aitem. Korelasi inter-aitem dapat membantu dalam memahami mengapa beberapa
aitem gagal dalam membedakan subjek yang memiliki kemampuan dengan subjek 25
yang tidak memiliki kemampuan, dalam artian
upper group
menjawab dengan salah dan subjek dari
lower group
dapat menjawab dengan benar. Korelasi inter-aitem yang bernilai rendah dapat memiliki dua arti,
kemungkinan pertama adalah aitem tidak mengukur hal yang sama dengan tes, sehingga aitem harus dibuang atau dibuat ulang, kemungkinan kedua adalah aitem
memang mengukur atribut yang berbeda dengan tes dikarenakan tes memang disusun untuk mengukur dua atribut yang berbeda.
Pada penelitian ini indeks diskriminasi aitem akan dianalisis dengan metode korelasi aitem-total untuk melihat apakah aitem memang mengukur
kemampuan berpikir praktis dalam berhitung, berpikir induktif,
reasoning
, dan kemampuan mengambil kesimpulan yang sama dengan semua aitem pada subtes
RA atau aitem juga mengukur atribut yang berbeda pada subtes RA. Rumus korelasi aitem-total yang digunakan adalah korelasi point biserial dengan
pertimbangan bahwa aitem pada subtes RA memiliki skor dikotomi, yaitu diskor 1 jika benar dan 0 jika salah, serta skor total subjek berbentuk data kontinyu. Indeks
diskriminasi yang dikatakan baik dalam penelitian ini didasari pada evaluasi Ebel dalam Azwar, 2007, yaitu ≥ 0,4 dengan evaluasi bagus sekali.
3. Reliabilitas Alat Ukur a. Pengertian Reliabilitas