Analisis Karakteristik Psikometri Subtes RA

berlangsung terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai konstrak atau trait yang diukur. Berdasarkan analisis terhadap validitas konstrak subtes RA, secara keseluruhan diketahui bahwa subtes RA tidak hanya mengukur kemampuan berpikir praktis dalam berhitung, berpikir induktif, reasoning , dan kemampuan mengambil kesimpulan karena subtes RA juga mengungkap fungsi ukur subtes ZR. Selain itu, korelasi yang tinggi antar subtes menunjukkan IST, khususnya subtes RA tidak lagi berfungsi sebagai mana subtes ini disusun.

5. Analisis Karakteristik Psikometri Subtes RA

Secara keseluruhan, aitem dapat dikatakan baik setidaknya memiliki keempat karakteristik psikometri yang baik pula. Karakteristik psikometri tersebut akan saling mempengaruhi Murphy Davidshofer, 2003. Pada dasarnya, indeks kesukaran aitem dan indeks diskriminasi aitem baik secara keseluruhan, akan dapat membuat reliabilitas dan validitas yang baik pula Anastasi Urbina, 2006. Pada proses analisis ini, peneliti mencoba melakukan analisis berdasarkan indeks kesukaran aitem, indeks diskriminasi aitem, reliabilitas dan validitas subtes RA. Subtes RA dikatakan memiliki kualitas yang baik atau memuaskan jika memiliki keempat karakteristik psikometri tersebut dengan baik. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 20 aitem hanya 5 aitem yang memiliki p yang baik, yaitu aitem nomor 79, 81, 82, 83, dan 84. Hal ini didasari pada pernyataan Murphy Davidshofer 2003 bahwa untuk tes inteligensi nilai p akan baik jika mendekati 0,5 namun tidak mendekati 0 atau 1. Jika dihubungkan dengan kategori 72 Allen Yen dalam Lababa, 2008 nilai p tersebut berada pada kategori sedang. Berdasarkan nilai d, 16 dari 20 aitem memiliki nilai d yang dianggap baik karena memiliki d ≥ 0,4, yaitu aitem nomor 78,79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, dan 95. 4 aitem lainnya dianggap kurang baik dan membutuhkan revisi karena memiliki nilai d 0,4, yaitu aitem nomor 77, 93, 94, dan 96. Berdasarkan Tabel 11. juga terlihat bahwa aitem yang memiliki harga p terlalu tinggi atau aitem terlalu mudah seperti aitem nomor 77 dan harga p yang terlalu kecil atau aitem terlalu sulit seperti aitem nomor 96 akan memiliki harga d yang kecil, karena aitem yang terlalu mudah akan dapat dijawab oleh semua subjek dan aitem yang terlalu sulit akan dijawab oleh sebagian kecil subjek sehingga aitem tidak dapat membedakan subjek yang memiliki kemampuan yang diharapkan dan yang tidak memiliki kemampuan yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa antara indeks kesukaran dan diskriminasi aitem saling terkait secara empirik meskipun berbeda secara konsep. Indeks kesukaran aitem secara langsung akan mempengaruhi indeks diskriminasi aitem ketika aitem sangat sulit dengan p mendekati 0 atau aitem sangat mudah dengan p mendekati 1 Murphy Davidshofer, 2003. Secara keseluruhan, bila dihubungkan dengan reliabilitas, subtes RA memiliki reliabilitas yang kurang baik jika didasari oleh pernyataan Murphy Davidshofer 2003 bahwa nilai koefisien relaibilitas yang baik untuk tes inteligensi ≥ 0,9 sedangkan nilai koefisien reliabilitas subtes RA adalah 0,851. Salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi reliabilitas subtes RA adalah 73 indeks kesukaran aitem pada subtes RA yang bervariasi. Hal ini sejalan dengan teori yang meneyatakan bahwa indeks kesukaran aitem yang relatif tidak setara akan menurunkan nilai estimasi reliabilitas Azwar, 2005. Jika dilihat dari indeks diskriminasi aitemnya, subtes RA memiliki 16 aitem yang memiliki nilai diskrimiansi aitem yang dianggap baik. Artinya sebagian besar aitem dapat membedakan antara individu yang memiliki kemampuan dengan individu yang tidak memiliki kemampuan sehingga aitem dapat dikatakan valid. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa indeks diskriminasi yang baik akan membuat tes valid dalam menjalankan fungsi ukurnya Kumar, 2009. Namun, dari hasil analisis validitas konstraknya, subtes RA tidak memiliki validitas konstrak yang baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh issue yang menyatakan bahwa IST, yang didalamnya terdapat subtes RA telah bocor Handayani, dalam Widianti, 2008 dan Widiyanta, 2010 sehingga subtes RA tidak lagi berfungsi sebagaimana subtes RA disusun. Oleh karena itu, berdasarkan hasil analisis secara psikometri, subtes RA memiliki kualitas yang kurang baik sebagai tes inteligensi, khususnya jika digunakan untuk individu dengan latar belakang pendidikan SMA, D3, dan S1. 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang karakteristik psikometri subtes RA pada IST dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar subtes RA memiliki indeks kesukaran aitem yang kurang baik karena memiliki indeks kesukaran aitem yang mendekati 0 atau dalam kategori sulit. 2. Berdasarkan hasil analisis indeks diskriminasi aitem, sebagian besar subtes RA memiliki indeks diskriminasi aitem yang baik. Artinya, aitem dianggap dapat membedakan antara individu yang memiliki kemampuan berpikir praktis dalam berhitung, berpikir induktif, reasoning , dan kemampuan mengambil kesimpulan dan individu yang tidak memiliki kemampuan tersebut. 3. Berdasarkan hasil analisis, subtes RA dianggap memiliki nilai reliabilitas yang kurang baik atau kurang dapat dipercaya sebagai tes inteligensi, khususnya untuk individu dengan latar belakang pendidikan SMA, D3, dan S1. Hasil ini didasari pada ketentuan Murphy Davidshofer 2003 untuk tes inteligensi, 4. Berdasarakan hasil analisis validitas konstrak yang dilihat dari koefisien validitas konvergen dan diskriminan, subtes RA memiliki korelasi yang tinggi atau konvergen dengan 8 subtes lainnya pada IST. Artinya, subtes RA tidak berdiskriminan dengan 8 subtes lainnya. Dengan kata lain, subtes 75