Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses perubahan yang terus menerus pada kemajuan dan peningkatan kemakmuran rakyat yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. “Suatu kenyataan bahwa biaya yang tersedia bagi suatu Negara yang sedang giat melaksanakan pembanguna seperti Indonesia , selalu terbatas di bandingkan dengan banyaknya kegiatan pembangunan yang perlu di biayai “P. Siagian 1990: 156. Untuk mewujudkan pembangunan tersebut di butuhkan investasi dana dalam jumlah yang cukup besar, yang pelaksanaanya harus berlandaskan kemandirian. Oleh sebab itu sudah saatnya di letakkan suatu landasan yang dapat menjamin tersedianya dana tersebut melalui sumber-sumber pendapatan dalam negeri, sehingga pendapatan yang di peroleh dari sumber luar negeri tidak menjadi mutlak dalam memasok sumber investasi pembangunan. Sejalan dengan keinginan di atas pemerintah telah mengeluarkan Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok Pokok Pemerintah di Daerah, yang mengakibatkan terbentuknya daerah daerah otonom baik di Daerah Tingkat I maupun Daerah Tingkat II.P. Siagian, 1990:156 Meskipun pemerintah pusat dapat memberikan subsidi atau bantuan kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan pembangunan daerah namun sifat bantuan Universitas Sumatera Utara tersebut penggunaannya telah diperioritaskan oleh pemerintah pusat, dan sifatnya terbatas, seperti didalam undang-undang nomor 5 tahun 1974: Agar supaya daerah dapat megurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya, maka kepentingannya perlu diberikan yang cukup, tetapi mengingat bahwa tidak semua sumber pembiayaan dapat diberikan daerah, kepada daerah diwajibkan untuk menggali sumber- sumber keuangan sendiri berdasarkan undang-undang. Pada dasarnya pemerintah daerah di Indonesia, memperoleh 5 sumber pendapatan atau keuangan yang dimungkinkan oleh perundang-undangan, yaitu: Johanes, 1992: 32 1. Sumber pendapatan Asli Daerah, yang diperoleh dari berbagai sumber perpajakan daerah dan juga pungutan dari retribusi 2. penerimaan dari opsen atau bagi hasil pajak 3. sumber penerimaan daerah yang berupa subsidi dari pemerintah pusat 4. Sumber penerimaan dari perusahaan daerah 5. Sumber pinjaman dari pinjaman daerah. Sehubungan dengan pendapatan asli daerah tersebut diatas menurut Drs. Josef Riwu 1988: 128 bahwa pendatan asli daerah dibagi menjadi 5 jenis yaitu: 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Perusahaan Daerah 4. Dinas Daerah 5. Pendapatan Daerah lainnya. Salah satu yang cukup mendapat perhatian penting didalam mengisi kas daerah adalah retribusi. Walaupun jumlahnya lebih kecil dari pendapatan lainnya, akan tetapi apabila pengelolaannya dilakukan secara baik pasti akan memberikan andil yang besar dalam mengisi kas daerah. Dari sejumlah rebribusi yang ada, retribusi izin memberikan bangunan berperan dalam penerimaan pendapatan asli daerah, adapun besarnya penerimaan Universitas Sumatera Utara retribusi izin mendirikan bangunan dalam empat tahun terakhir adalah sebagai berikut: Tabel 1 : Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam empat tahun terakhir No Tahun Target IMB Realisasi 1. 20072008 Rp. 537.000.000,- Rp. 582.589.427,- 106,81 2. 20082009 Rp. 537.000.000,- Rp. 514.426.646,- 95,79 3. 20092010 Rp. 537.000.000,- Rp. 572.536.422,- 106,61 4. 20102011 Rp. 537.000.000.- Rp. 1.045.606.669,- 194,71 Sumber: Dokumen IMB kota Binjai Tahun 20072010 Dari uraian diatas, persentase penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan terhadap Pendapatan Asli Daerah cendrung mengalami fluktuasi naik turun, namun demikian dapat kita perhatikan perkembangan Kota Binjai saat ini dan masa yang akan datang diharapkan retribusi Izin Mendirikan Bangunan akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan daerah. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam empat tahun terakhir persentase nya meningkat namun demikian masih banyak permasalahan yang dihadapi dan banyak pula potensi daerah yang belum tergali oleh dinas perumahan dan pemukiman pemerintah kota binjai hal ini disebabkan karena kurangnya kesdaran masyarakat akan kegunaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan, adanya anggapan bahwa melakukan renovasirehabilitas terhadap bangunan tidak perlu meminta Izin kepada Pemerintah Daerah setempat melalui Tata Ruang dan Pemukiman Binjai sehingga keadaan merugikan pemerintah daerah, padahal dalam mendirikan bangunan dengan Universitas Sumatera Utara tidak meminta Izin kepada Pemerintah Daerah setempat melalui Tata Ruang dan Pemukiman Binjai, tidak terjaganya ketertiban, keselarasan, kenyamanan, dan keamanan dari bangunan itu sendiri terhadap penghuninya maupun lingkungan sekitarnya. Karena Selain itu IMB juga diperlukan dalam pengajuan kredit bank, Tidak terdapatnya pembinaan dari lembaga yang berwenang yang dapat membina orang atau badan yang bermaksud membangun agar dapat membangun dengan benar dan menghasilkan bangunan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Tidak teraturnya pembangunan Jarak dari jalan ke bangunan, luas ruang terbuka, dan lain-lain. Tanpa pengaturan, bangunan-bangunan akan semakin semrawut dan tidak memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku, dengan tidak melapor IMB dapat juga menyebabkan Pembangunan yang tidak terkendalikan bisa muncul dimana-mana seperti jamur tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku. Lahan yang dimaksudkan menjadi taman bisa saja diubah menjadi rumah tanpa pengendalian. Selain itu laju pembangunan perlu diperhatikan. Pembangunan yang begitu pesat juga bisa membawa dampak buruk bagi lingkungan. Adapun usaha yang dilakukan pemerintah yang dalam hal ini oleh Tata Ruang perumahan dan Pemukiman Binjai untuk meningkatkan penerimaan retribusi Izin mendirikan Bangunan serta usaha yang dilakukan untuk menghadapi permasalahan tersebut akan dibahas pada Bab selanjutnya. Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dalam Meningkatkan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Pada Tata Ruang, Perumahan dan Pemukiman Pemerintah Kota Binjai. Universitas Sumatera Utara

1.2. Perumusan Masalah