mengenai tempat dan ongkos yang timbul dalam kompensasi. Kemungkinan saja hutang-hutang yang hendak dikompensasikan berbeda tempat letaknya. Jika
demikian halnya antara hutang piutang terletak pada tempat yang berbeda, pelaksanaan kompensasi biaya pengiriman harus diganti oleh pihak yang menerima
Pasal 1432 KUH Perdata. Selain dari hal di atas, yang penting untuk diingat, ialah ketentuan Pasal
1334 KUH Perdata “kompensasi tidak boleh merugikan hak kepunyaan pihak ketiga”. Yang dimaksud dengan pihak ketiga dalam ketentuan ini ialah setiap pihak
ketiga yang mempunyai kepentingan terhadap salah satu pihak baik debitur maupun kreditur. Apalagi jika telah terjadi perletakan derden beslag tadi
mempunyai tagihan pula kepada kreditur. Maka debitur yang telah diletakkan derden beslag tidak boleh lagi melakukan kompensasi, jika hal itu merugikan pihak
ketiga tersebut. Umpamanya: A mempunyai hutang pada B. Lantas B berhutang pula pada C. Untuk melunasi hutang B tadi kepada C, oleh B telah diletakkan sita
pihak ketiga C terhadap A. Dalam hal ini seandainya pada saat itu A mempunyai tagihan pula pada B, dengan adanya derden beslag untuk kepentingan C yang
diletakkan pada A, maka A tidak boleh melakukan kompensasi hutangnya itu dengan tagihan yang ada pada B, jika kompensasi itu berakibat merugikan
kepentingan C.
C. Perlindungan Hukum Kelembagaan Kompensasi Set-Off Dalam
Lembaga Jaminan Simpanan
Perlindungan hukum oleh Lembaga Penjamin Simpanan terhadap nasabah
Universitas Sumatera Utara
pada dasarnya adalah merupakan penjaminan atas dana nasabah pada suatu bank apabila di waktu tertentu bank dimana nasabah menyimpan uangnya tidak dapat
lagi beroperasi misalnya karena dilikuidasi. Untuk hal yang demikian dalam pelaksanaan perlindungan hukum tersebut dibutuhkan kerjasama dari nasabah
berupa kejelasan tentang jenis simpanan, dimana dengan kejelasan jenis simpanan tersebut maka akan memudahkan pembayaran hak-hak nasabah. Di samping
memudahkan pembayaran klaim yang dilakukan LPS, kejelasan tentang jenis simpanan nasabah juga akan memudahkan LPS menghitung premi yang haus
dibayar anggota. Jadi pada dasarnya perlindungan hukum lembaga penjamin simpanan pada
dasarnya adalah meletakkan hak-hak nasabah penyimpan pada tempatnya sehingga mereka tidak merasa kehilangan dana yang mereka simpan pada suatu bank.
Jenis-jenis simpanan yang dijamin oleh lembaga penjamin simpanan sebagai suatu bentuk perlindungan hukum kepada nasabah adalah :
51
1. Semua jenis simpanan termasuk giro, deposito dan tabungan dalam mata uang
rupiah. 2.
Pokok nan bunga. Bunga yang dijamin dihitung berdasarkan yang tercatat pada pembukuan pada tanggal dilakukannya penutupan bank. Nasabah penyimpan
pada bank bermasalah biasanya menerima bunga yang lebih tinggi. Lembaga penjamin simpanan tidak berkewajiban membayar bunga tinggi tersebut
terhitung sejak bank diserahkan kepadanya. Perlu pula dipertimbangkan untuk menetapkan batasan pada suku bunga simpanan dari bank yang bangkrut.
51
Zulkarnaen Sitompul, “Memberantas Kejahatan Perbankan, Tantangan Pengawasan”, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 24 No. 1 Tahun 2005, hlm. 84.
Universitas Sumatera Utara
3. Simpanan dalam valuta asing sebaiknya juga dijamin. Hal tersebut untuk
menghindari terjadinya capital flight atau flight to quality. Namun demikian, dengan menjamin simpanan dalam valuta asing, lembaga penjamin simpanan
akan menghadapi risiko nilai tukar. Untuk itu dapat ditentukan bahwa pembayaran klaim dilakukan dalam mata uang rupiah berdasarkan nilai tukar
pada saat bank diserahkan kepada lembaga penjamin simpanan. Ketentuan mengenai jenis simpanan yang dijamin dan mekanisme
pembayarannya diatur dalam Pasal 10 dan Pasal 17 Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan. Dalam kaitannya dengan pembayaran simpanan, Pasal 19
Undang-Undang Lembaga Penjamin Simpanan dengan tegas menetapkan bahwa apabila data simpanan nasabah tidak tercatat pada bank maka LPS akan membayar
kalim atas simpanan tersebut. Nasabah yang merasa dirugikan dapat mengajukan keberatan kepada LPS atau pengadilan. Dalam hal LPS menerima keberatan
nasabah maka LPS hanya membayar simpanan nsabah tersebut sesuai dengan penjaminan berikut bunga yang wajar.
Jika nasabah yang dilindungi adalah juga merupakan debitur dari bank yang bermasalah maka perlindungan hukum yang diberikan oleh Lembaga Penjamin
Simpanan adalah secara set-off atau kompensasi. Kompensasi diakomodasi dalam Pasal 18 Undang-Undang No. 24 Tahun
2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan yang berbunyi “Dalam hal nasabah penyimpan pada saat yang bersamaan mempunyai kewajiban kepada bank maka
pembayaran kalim penjaminan dilakukan setelah kewajiban nasabah penyimpan kepada bank terlebih dahulu diperhitungkan berdasarkan peraturan perundang-
Universitas Sumatera Utara
undangan”. Penjelasan Pasal 18 berbunyi “Perjumpaan utang set-offkompensasi
hanya dapat dilakukan kepada kewajiban nasabah debitur yang telah jatuh tempo danatau gagal bayar defaultmacet. Misal A memiliki simpanan sebesar Rp.
200.000.000 dua ratus juta rupiah dan kewajiban sebeaar Rp. 25.000.000 dua puluh lima juta rupiah. Simpanan A yang dijamin sebesar Rp. 100.000.000
seratus juta rupiah, tetapi yang dapat dibayarkan kepadanya adalah Rp. 100.000.000 – Rp. 25.000.000 = Rp. 75.000.000.
Penerapan kompensasi atau set off dalam menyelesaikan hubungan kontraktual antara bank gagal dan nasabah, patut untuk memperhatikan ketentuan-
ketentuan dalam Buku III tentang Perikatan, bab keempat tentang hapusnya perikatan-perikatan, bagian keempat tentang kompensasi atau perjumpaan utang,
Pasal 1425 sampai dengan Pasal 1435 KUH Perdata sebagai dasar hukumnya.
52
Selain pelaksanaan pengembalian dana nasabah penyimpan, maka perlindungan hukum kepada nasabah penyimpan perlu juga dilakukan dengan cara
melakukan pengusutan terhadap bank yang bermasalah atau dilikuidasi, dengan ca- ra mencari penyebab timbulnya bank bermasalah, apakah akibat praktek-praktek
pemberian kredit yang tidak baik, atau bahkan merupakan kejahatan perbankan. Tindakan salah urus bank, apalagi dilakukan dengan sengaja, sangat merugikan
masyarakat luas. Bila terdapat unsur kriminalnya, Pasal 49 ayat 2 huruf b Tata cara perhitungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 berikut
penjelasannya akan diatur lebih lanjut berdasarkan peraturan perundang-undangan.
52
Johannes Ibrahim, Op.Cit.,, hlm. 69.
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Perbankan menentukan : Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja
…b tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam undang-undang ini dan
ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam pidana penjara paling lama 6 enam tahun dan denda paling banyak
Rp. 6 milyar.
53
Likuidasi merupakan akibat hukum pencabutan izin usaha bank. Makna likuidasi tak banyak dimengerti oleh nasabah, yang penting uangdana
simpanannya dikembalikan oleh bank dalam likuidasi. Demikian juga halnya de- ngan Lembaga Penjamin Simpanan LPS oleh nasabah juga sebagian besar tidak
dikenal nasabah, mereka baru mengenal lembaga tersebut tatkala bank dimana mereka menyimpan uangnya dilikuidasi. Menurut Pasal 17 ayat 1 Peraturan
Pemerintah Tentang Likuidasi Bank, likuidasi bank adalah tindakan pemberesan berupa penyelesaian seluruh hak dan kewajiban bank sebagai akibat pembubaran
badan hukum bank. Dalam hal nasabah sebagai kreditur bank dalam likuidasi dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan atau bentuk
lain yang dipersamakan, itu berarti ia berhak atas pengembalian uangdana Berdasarkan ketentuan Pasal 49 ayat 2 huruf b Undang-Undang
Perbankan ini, semua pelanggaran yang dilakukan dengan sengaja oleh anggota Dewan Komisaris, Direksi atau pegawai bank terhadap kewajiban, pembatasan
ataupun larangan yang ditetapkan bukan saja oleh Undang-Undang Perbankan, tetapi juga ketentuan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank, yang
pada umumnya berupa Keputusan Direksi Bank Indonesia, diancam dengan pidana penjara dan denda yang berat.
53
Yusuf Shofie, Op.Cit, hlm. 74.
Universitas Sumatera Utara
simpanannya. Piutang konsumen ini menjadi kewajiban kewajiban bank dalam likuidasi untuk melunasinya melalui peranan LPS. Dalam hal ini nasabah juga
perlu mendapat perlindungan penyelesaian kreditnya secara wajar dan layak, antara lain tidak dikenakan kenaikan suku bunga kredit yang kelewat batastidak rasional,
denda keterlambatanlate cahrge karena proses likuidasi oleh Lembaga Penjaminan Simpanan.
Suatu hal yang sangat sulit untuk ditembus dalam pelaksanaan perlindungan hukum khususnya bagi nasabah bank adalah rahasia bank. Bukan
tidak dimungkinkan hasil kerja Lembaga Penjamin Simpanan terhadap beberapa bank menemuka indikasi bank tersebut bermasalah, tetapi karena hal-hal yang
diantisipasi agar tidak terjadinya rush dan bahkan rahasia bank maka keadaan tersebut tidak dikemukakan kepada masyarakat luas. Keadaan ini merupakan suatu
dilema bagi LPS dalam menjalankan tugasnya memberikan perlindungan kepada nasabah bank.
Ada beberapa alternatif lainnya bagi LPS dalam memberikan perlindungan hukum bagi nasabah suatu bank sebelum hal-hal yang diluar dugaan terjadi yaitu
dengan menggunakan asuransi. Hanya saja dalam memakai asuransi ini ditemukan permasalahan dalam penetapan premi karena masing-masing risiko untuk nasabah
peminjam tentunya berbeda. Masalah yang yang juga perlu diperhatikan adalah sistem pengenaan premi
bagi bank peserta LPS. Terdapat dua cara dalam menetapkan premi tersebut yaitu sistem flat rate dan sistem risk based premium. Sistem flat rate dipercaya dapat
menimbulkan insentif bagi bank untuk meningkatkan risiko dalam portofolio
Universitas Sumatera Utara
mereka. Pelaku pasar normalnya dihadapkan pada risk return trade off yaitu keuntungan yang besar hanya dapat diperoleh dari risiko yang tinggi.
Praktek pada beberapa bank anggota LPS adalah dengan memakai sistem risk based premium yaitu suatu sistem dengan menetapkan harga premi yang
berbeda bagi masing-masing nasabah tergantung dari risiko yang dihadapi oleh nasabah tersebut, yang sangat berlainan dengan sistem flat rate yaitu menyamakan
premi untuk semua nasabah.
54
Secara konseptual, keuntungan memanfaatkan informasi pasar adalah karena informasi tersebut mewakili penilaian dari sejumlah individu yang memiliki
taruhan keuangan dalam melakukan penilaian secara benar risiko sebuah bank. Namun demikian mendasarkan premi asuransi pada informasi pasar menimbulkan
Masalah mendasar dari penerapan risk based premium adalah bagaimana cara yang tepat dalam menentukan risiko yang sedang dihadapi oleh sebuah bank.
Untuk itu terdapat dua sistem yang dapat dipergunakan yaitu sistem yang mempergunakan informasi pasar dan sistem yang menggunakan informasi non
pasar. Secara ideal pemecahannya adalah dengan menetapkan premi asuransi yang merefleksikan perbedaan-perbedaan yang terdapat antar bank dalam perkiraan
biaya yang mereka hadapi. Biaya tersebut antara lain : biaya dalam menyelesaikan kebangkrutan bank, biaya pengawasan, biaya monitoring dan biaya auditing, dan
biaya pihak ketiga yang ditanggung oleh lembaga lain di luar lembaga penjamin simpanan. Untuk itu lembaga penjamin simpanan harus memiliki informasi secara
jelas tentang jenis risiko yang dihadapi oleh bank.
54
Zulkarnain Sitompul, Op.Cit, hlm. 85.
Universitas Sumatera Utara
pertanyaan mengenai kualitas informasi pasar yang dapat diperoleh dan apakah skim berdasarkan pasar tersebut mengarah kepada penetapan harga yang akurat.
Masalahnya adalah pendekatan ini memiliki suatu bentuk masalah informasi, misalnya mendasarkan penetapan premi berdasarkan suku bunga yang dibayar oleh
simpanan yang tidak diasuransikan membutuhkan pasar yang sudah berkembang baik untuk bank besar maupun bank kecil.
Jalan keluar yang dapat ditempuh mengatasi hal ini adalah dengan tidak mengenakan denda maksimal pada bank yang berisiko tinggi pada saat bank
tersebut dalam kondisi keuangan yang parah, tetapi sebagian dari denda tersebut dikenakan setelah kondisi bank membaik. Selama periode dimana bank
diklasifikasikan sebagai berisiko tinggi tetapi masih operasional, denda yang lebih ringan dapat dikenakan dan tindakan pengawasan yang ketat dilakukan untuk
mengurangi prodil risiko bank. Metode lain yang dapat ditempuh dalam menetapkan premi yang harus
dibayar bank kepada peserta penjaminan simpanan adalah berdasarkan teori market base portfolio monitoring. Teori ini menjelaskan bahwa pasar sekuritas secara
efisien dapat melakukan evaluasi terhadap tingkat risiko portofolio bank. Teori ini mensyaratkan semua bank yang melampaui ukuran tertentu, menerbitkan surat
utang jangka panjang yang diperdagangkan di pasar. Lembaga Penjamin Simpanan kemudian melakukan ekstrafolio tingkat risiko portofolio bank tersebut portofolio
yang terkait dengan premi lembaga penjamin simpanan berdasarkan harga pasar dimana surat utang bank tersebut diperdagangkan. Bagi bank kecil preminya dapat
ditetapkan dengan membandingkan surat utang tersebut. Kelemahan teori ini
Universitas Sumatera Utara
adalah industri perbankan menjadi terbagi antara bank besar, yaitu bank yang diwajibkan mengeluarkan surat utang dan bank kecil.
Sudaryatmo menjelaskan dalam hal pelaksanaan perlindungan khususnya terhadap nasabah perbankan maka dapat dilakukan dengan cara :
1. Dengan memakai lembaga asuransi deposito.
2. Dengan dana talangan oleh pemerintah.
55
Dimensi yang sangat berhubungan dalam hal pelaksanaan perlindungan nasabah penyimpan adalah peran dari instansi terkait dalam kaitannya dengan
sistem perbankan di Indonesia, baik itu Bank Indonesia maupun Lembaga Penja- min Simpanan dalam hal memberikan informasi kepada masyarakat mana bank
yang sehat dan mana bank yang bermasalah. Perihal kerahasian bank juga hendaknya tidak dijadikan sebagai tameng sehingga masyarakat tidak punya akses
untuk secara langsung mengontrol keberadaan suatu bank. Masyarakat tidak dapat membedakan mana bank yang sehat dan mana bank yang sekarat.
Kontrol terhadap kesehatan suatu bank sepenuhnya menjadi monopoli otoritas moneter. Sehingga nasib nasabah menjadi kurang ironis, masyarakat yang
memiliki dana, tidak punya akses untuk mengontrol. Sementara kalau otoritas perbankan mengambil kebijakan, seperti likuidasi bank, masyarakat harus
menanggung risiko. Fondasi utama praktek bisnis perbankan adalah kepercayaan. Konsumen
percaya ketika menyimpan uang di bank, pihak bank tidak saja dapat mengamankan dananya tetapi juga dapat mengembangkan dana itu, untuk
55
Sudaryatmo, Hukum dan Advokasi Konsumen, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hlm. 21.
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya nasabah mendapatkan bunga. Kasus pencabutan izin usaha 16 bank sebagaimana diuraikan terdahulu
telah membuat konsumen tertegun, kepercayaan masyarakat selama ini pada dunia perbankan di Indonesia dan juga kepercayaan masyarakat pada Bank Indonesia,
selaku otoriras moneter untuk melindungi dana masyarakat telah disalahgunakan. Dengan demikian melalui keberadaan Lembaga Penjamin Simpanan ini
maka masalah perlindungan konsumen khususnya nasabah penyimpan harus menjadi agenda utama dalam upaya mengembalikan kepercayaan masyarakat pada
lembaga perbankan. Kasus pencabutan izin usaha 16 bank menunjukkan dari segi substansi hukum positif yang ada dan kelembagaan Bank Indonesia dan
Departemen Keuangan belum sepenuhnya secara optimal dapat melindungi kepentingan nasabah.
Pada akhirnya, lembaga perbankan yang dapat membaca aspirasi konsumen, menempatkan konsumen sebagai subjek, memberi jaminan rasa aman
kepada nasabah, yang akan tetap bertahan. Sejak beroperasinya LPS terhitung tanggal 22 September 2005, banyak pihak-
khususnya kalangan Perbankan hanya melihat satu sisi saja dari fungsi LPS. Pada umumnya LPS hanya dipersepsikan sebagai lembaga penjaminan simpanan dengan
cara memungut premi dan mengeluarkan tingkat suku bunga penjaminan SBP. Sosialisasi LPS memang belum berjalan secara optimal. Padahal sesuai UU
No.24 Tahun 2004 fungsi LPS adalah 1 menjamin simpanan nasabah penyimpan dan 2 turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan
kewenangannya. Bahkan begitu strategisnya LPS dalam pertanggung jawabannya
Universitas Sumatera Utara
langsung kepada Presiden tampa melalui Departemen Tehnis. Untuk mewujudkan amanat dari UU LPS tersebut, maka LPS tugas untuk 1
merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara stabilitas perbankan dan 2 merumuskan, menetapkan dan melaksanakan
penanganan bank gagal baik yang berdampak sistemik maupun tidak sistemik. Karena kedudukannya yang strategis, maka sesuai UU setiap setiap bank
yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia diwajibkan untuk menjadi peserta penjaminan. Tidak termasuk dalam program penjaminan
menurut UU tersebut adalah Badan Kredit Desa. Program penjaminan yang dilaksanakan oleh LPS adalah hanya berupa
simpanan yaitu giro,deposito,sertifikat deposito, tabungan dan yang dipersamakan dengan itu. Dalam penjelasan UU LPS dinyatakan bahwa transfer masuk dan
transfer keluar serta inkaso tidak termasuk dalam lingkup yang dijamin karena bukan termasuk simpanan.
Sebagai peserta LPS setiap bank peserta wajib membayar premi penjaminan dan biaya kepersertaan. Untuk premi penjaminan simpanan ditetapkan
sebesar 0,1 yang dihitung dari saldo rata-rata simpanan setiap periode Jan sd Juni dan Juli sd Des, sedangkan untuk kepersertaan dipungut sebesar 0,1 yang
hitung dari modal dan hanya sekali saja disaat bank yang brsangkutan menjadi peserta LPS.
Di samping besaran jumlah simpanan yang dijamin, maka Penetapan premi saat ini masih diberlakukan sama untuk seluruh bank peserta LPS. Penetapan premi
tersebut dapat dirubah sehingga dimungkinkan penetapan premi yang berbeda
Universitas Sumatera Utara
antara satu bank dengan bank yang lain atas dasar skala risiko kegagalan bank. Berdasarkan UU LPS juga dinyatakan bahwa nilai simpanan untuk setiap
nasabah pada satu bank paling banyak sebesar Rp. 100 juta. Namun demikian pemberlakuan ketentuan tersebut dilakukan secara bertahap dengan kerangka
waktu sebagai berikut; 1. 6 enam bulan pertama sejak LPS beroperasi yaitu dari tanggal 22 September
sampai dengan 21 Maret 2006, yang dijamin adalah seluruh simpanan berupa tabungan,giro,sertifikat deposito, deposito dan yang dipersamakan dengan itu.
2. Kemudian 6 enam bulan berikutnya yaitu dari 22 Maret 2006 sampai dengan 21 September 2006, jumlah simpanan yang dijamin paling tinggi adalah Rp 5
milyar. 3.
6 enam bulan berikutnya yaitu periode 22 September 2006 sampai dengan 21 Maret 2007 jumlah simpanan yang dijamin menjadi Rp 1 milyar, dan terhitung
mulai tanggal 22 Maret 2007, maka jumlah simpanan yang dijamin paling tinggi adalah Rp 100 juta untuk setiap penyimpan di sebuah bank.
56
Tahapan tersebut di atas sangat jelas menunjukkan bahwa era blanket
guarantee sudah mulai berakhir sejak 22 September 2005 dan menuju kearah limited guarantee
56
Krisna Wijaya, “Prospek Perbankan Dan Keberadaan LPS: Beorientasi Kepada Penciptaan Stabilisasi”, http:\\www.com.google\Lembaga Penjamin Simpanan.htm, diakses tanggal, 25
September 2010.
pada Maret 2006. Perubahan tersebut sedikitnya pasti akan berpengaruh kepada Perbankan dalam menjalankan bisnisnya. Pertanyaan yang
mendasar adalah bagaimana dampaknya bagi Perbankan sekiranya pada saat maksimum simpanan yang dijamin menjadi Rp 5 milyar dan seterusnya sampai
Universitas Sumatera Utara
nantinya hanya Rp 100 juta saja. Dalam jangka waktu tertentu bisa diatasi secara ad hoc misalnya dengan
cara memecah simpanannya agar dana yang sudah tersimpan tidak lari. Jadi kalau ada nasabah mempunyai simpanan berupa deposito Rp 3 milyar, maka agar tetap
dijamin sepenuhnya bisa saja dilakukan perubahan kepemilikan rekeningnya menjadi 3 rekening dengan nama yang berbeda.
Cara lain yang dapat ditempuh adalah dengan membuka 3 rekening di 3 bank yang berbeda. Kalau ini akan yang dipilih akan terjadi redistribusi dana dari
bank yang satu ke bank yang lainnya secara resiprokal timbal balik ataupun searah tergantung kepercayaan nasabah penyimpan kepada banknya. Sudah barang
tentu pilihan ini akan merepotkan kedua belah pihak. Disatu sisi bank nya kekurangan sejumlah dana simpanan, di sisi lain pihak nasabahnya direpotkan
secara tehnis karena harus berurusan dengan 3 bank. Penyelesaian secara ad hoc tersebut jelas harus diberlakukan hanya
sementara. Bayangkan bagaimana repotnya baik bagi bank maupun pemilik dana kalau nanti pada bulan Maret 2007 dimana nilai maksimum simpanan yang dijamin
LPS hanya Rp 100 juta? Bukan saja berdampak kepada sistem IT masing-masing bank karena data base
Perubahan sistem nya harus bertambah, tetapi juga kerepotan yang harus
diderita sang penyimpan. blanket ke limited guarantee harus dikemas dalam bentuk
mengajak semua pihak untuk bersepakat bahwa yang diperlukan adalah perubahan pola fikir. Pertama dikalangan perbankan harus tumbuh semangat membangun
kepercayaan agar nasabahnya tetap setia. Harus diingat bahwa bank yang
Universitas Sumatera Utara
menjamin sisa penjaminannya. Hal kedua, nasabahpun harus terbiasa bahwa yang dijamin sebesar Rp 100 juta adalah oleh LPS. Jadi bukan berarti sisanya tidak
dijamin karena selisihnya tetap dijamin oleh pihak bank. Ada semacam kekhawatiran bahwa dengan pemberlakuan limited
guarantee
Pendirian lembaga penjamin simpanan pada dasarnya dilakukan sebagai upaya memberikan perlindungan terhadap risiko yang tidak terduga dan risiko dari
aktivitas bank itu sendiri. Dalam menjalankan usaha, perbankan biasanya hanya menyisakan bagian kecil dari simpanan yang diterimanya untuk berjaga-jaga
apabila ada penarikan dana oleh nasabah. Sementara itu, bagian terbesar dari akan menyebabkan pelarian nasabah simpanan dari bank kecil ke bank
besar atau dari bank besar ke bank asing. Kehawatiran tersebut tidak bisa diabaikan tetapi jangan dijadikan ketakutan yang belebihan. Kita pernah mengalami masa
dimana simpanan sama sekali tidak ada yang menjamin, tetapi kenyataannya bank tetap tumbuh dan berkembang. Jadi kembali lagi kepada sampai sejauh mana
Perbankan dapat menumbuh-kembangkan kepercayaannya dimata para nasabah dan masyarakat luas.
Peranan utama Lembaga Penjamin Simpanan Nasabah adalah mencegah kepanikan nasabah dengan meyakinkan bahwa keamanan simpanantabungan
mereka terjamin. Fungsi lainnya adalah mengatur keamanan dan kesehatan bank secara umum sehingga dapat mencegah ancaman terjadinya risiko kebangkrutan
bank. Lembaga Jaminan Simpanan Nasabah juga berperan sebagai pengawas yang melakukan pemantauan neraca, praktek pemberian pinjaman dan strategi investasi
setiap bank.
Universitas Sumatera Utara
simpanan yang ada dialokasikan sebagai pemberian kredit. Keadaan ini menyebabkan perbankan tidak dapat memenuhi permintaan dalam jumlah besar
dengan terjadi penarikan secara tiba-tiba dan dalam jumlah besar. Keterbatasan dalam penyediaan dana cash ini, karena bank tidak dapat menarik segera pinjaman
yang telah disalurkannya. Bila bank tidak dapat memenuhi permintaan penarikan simpanan oleh
nasabahnya dalam keadaan tersebut, nasabah biasanya menjadi panik dan akan menutup rekeningnya pada bank, sekalipun bank tersebut sebenarnya sehat. Untuk
itulah keberadaan lembaga penjamin simpanan menjadi penting guna mencegah kepanikan nasabah dengan jalan menyakinkan nasabah tentang keamanan
simpanan, sekalipun kondisi keuangan bank memburuk. Terhadap risiko dari operasional bank itu sendiri atau disebut sebagai risiko
sistemik. Hal ini terjadi karena kebangkrutan satu bank dapat berakibat buruk terhadap bank lain, sehingga menghancurkan segmen terbesar dari sistem
perbankan. Dalam hubungan ini, lembaga penjamin simpanan dapat berfungsi untuk mengatur keamanan dan kesehatan bank secara umum. Fungsi lembaga
penjamin simpanan lainnya adalah sebagai pengawas yang dilakukan dengan cara memantau neraca, praktik pemberian pinjaman, dan strategi investasi dengan
maksud untuk melihat tanda-tanda atau gejala-gejala yang mengarah kepada kebangkrutan bank.
Dimensi lain dari peran penting penjamin simpanan seperti asuransi simpanan didasarkan pada beberapa pertimbangan :
1. Dalam pertumbuhan perekonomian satu negara, peranan sektor finansial yang
Universitas Sumatera Utara
stabil sangat penting dan intik kestabilan sektor finansial adalah stabilitas sistem perbankan domestik. Peranan penting sektor perbankan itu dapat dilihat
dalam aspek sistem pembayaran yang memungkinkan terjadinya transaksi perdagangan. Di samping itu, bank melakukan penghimpunan dana secara
lebih efisien dan untuk seterusnya disalurkan kepada masyarakat. Sebaliknya dana masyarakat yang disimpan di bank sangat menentukan eksistensi dan
keuntungan bank tersebut. 2.
Untuk mencegah terjadinya erosi kepercayaan masyarakat terhadap bank yang dapat mengakibatkan terjadinya rush yang sudah tentu dapat membahayakan
bank secara individual dan sistem perbankan secara keseluruhan. 3.
Dalam era globalisasi dengan kemajuan teknologi informasi dan komputer telah mengakibatkan terjadinya global market pada sektor keuangan. Dalam
global market dana bebas bergerak dari satu negara ke negara lain. Kalau pemilik dana kurang percaya pada sistem perbankan nasional, maka ia dapat
menanamkan dananya di luar negeri capital flight yang dapat mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya kekuatan yang produktif dari negara tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN