BAB IV KELEMBAGAAN KOMPENSASI DALAM PELAKSANAAN
PENJAMINAN SIMPANAN NASABAH
A. Penerapan Kelembagaan Kompensasi Set-Off Dalam Undang-Undang
No. 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan
Lembaga kompensasi diakomodasikan dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan LPS, berbunyi:
“Dalam hal nasabah penyimpan pada saat yang bersamaan mempunyai kewajiban kepada bank maka pembayaran klaim penjaminan dilakukan setelah kewajiban
nasabah penyimpan kepada bank terlebih dahulu diperhitungkan berdasarkan peraturan perundang-undangan”.
Selanjutnya dapat pula dikutip penjelasan dari Pasal 18 yang berbunyi “Perjumpaan utang set offkompensasi hanya dapat dilakukan kepada kewajiban
nasabah debitur yang telah jatuh tempo danatau gagal bayar defaultmacet. Misal a memiliki simpanan Rp. 200.000.000 dua ratus juta rupiah dan kewajiban
sebesar Rp. 25.000.000 dua puluh lima juta rupiah. Simpanan A yang dijamin sebesar Rp. 100.000.000 seratus juta rupiah, tetapi yang dapat dibayarkan
kepadanya adalah Rp. 100.000.000 seratus juta rupiah – Rp. 25.000.000 dua puluh lima juta rupiah = Rp. 75.000.000 tujuh puluh lima juta rupiah.
Menurut sutarno terjadinya perjumpaan hutang seperti yang dicontohkan di atas menurut Pasal 1424 KUH perdata terjadi demi hukum. Artinya terjadi secara
otomatis tanpa sepengetahuan kreditur dan debitur tersebut. Namun dalam
53 Universitas Sumatera Utara
penerapan di lapangan kompensasi yang terjadi demi hukum jarang terjadi, melainkan harus didahului pembicaraan dan kesepakatan kreditur dan debitur
untuk terjadinya kompensasi itu.
44
Mariam Darus Badrulzaman menjelaskan bahwa “kompensasi yang terjadi demi hukum akan mengakibatkan terjadinya hal-
hal menegangkan antara pihak-pihak yang berkepentingan”.
45
1. Kedua utang harus sama-sama mengenai uang atau barang yang dapat
dihabiskan dari jenis dan kualitas yang sama. Adanya pendahuluan pembicaraan untuk mengarah terjadinya kompensasi
itu untuk menghindarkan konflik di antara kreditur dan debitur. Dalam dunia bisnis hubungan kreditur dan debitur tentu harus dijaga demi kelangsungan hubungan
bisnis. Namun jika telah terjadi wanprestasi dalam pelaksanaannya perjanjian perjumpaan atau kompensasi dapat terjadi demi hukum artinya kreditur dan debitur
dapat memperlakukan kompensasi. Untuk dapat dilakukan perjumpaan utang atau kompensasi Pasal 1427
KUH Perdata memberikan syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu:
2. Kedua utang seketika dapat ditetapkan besarnya atau jumlahnya dan
seketika dapat ditagih. Kalau yang satu dapat ditagih sekarang sedangkan utang lainnya baru dapat satu bulan yang akan datang maka kedua utang
itu tidak dapat diperjumpakan.
46
Dalam perkembangannya, untuk menyelesaikan kredit macet kreditur dan debitur dapat melakukan perjumpaan utang antara hutang dengan jaminan, bukan
hutang dengan hutang saja. Caranya debitur menyerahkan jaminannya kepada krediturbank dan bank menghapuskan hutangnya, hutang dinyatakan lunas.
Perjumpaan hutang atau kompensasi seperti inilah yang disebut set-off.
44
Sutarno, Op.Cit., hlm. 87.
45
Mariam Darus Badrulzaman,et.al, Op.Cit, hlm. 139.
46
Sutarno, Op.Cit., hlm. 87.
Universitas Sumatera Utara
Penerapan lembaga kompensasi atau set-off dalam menyelesaikan hubungan kontraktual antara bank gagal failing bank dan nasabah, patut untuk
memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Buku III KUH Perdata tentang perikatan, bab keempat tentang hapusnya perikatan-perikatan, bab keempat tentang
kompensasi atau perjumpaan utang, Pasal 1425 sampai dengan Pasal 1435 KUH Perdata sebagai dasar hukumnya. Tata cara perhitungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 berikut penjelasannya akan diatur lebih lanjut berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pokok utama kepentingan kompensasi terletak pada penyederhanaan pembayaran yang simpang siur antara pihak-pihak. Di samping itu dengan
kompensasi dimungkinkan terjadinya pembayaran untuk sebagian. Seperti yang diketahui prinsip pembayaran pada umumnya harus dilakukan untuk keseluruhan.
Akan tetapi dengan kompensasi diberi kemungkinan untuk melakukan “sebagian”
47
Salah satu fungsi dari kompensasi sekedar memberi kepastian pembayaran dalam keadaan failit. Dengan jalan kompensasi, seorang debitur yang juga
pembayaran. Yakni sebesar jumlah tagihan yang ada pada masing- masing pihak dengan berpedoman pada jumlah tagihan yang terkecil. Seperti
dalam contoh berikut ini: a mempunyai tagihan pada B Rp. 100.000,- Bersamaan dengan tagihan tersebut B mempunyai tagihan pula pada A sebesar Rp. 500.000.
Maka dalam hal ini dengan jalan kompensasi A dapat melakukan pembayaran kepada B sebesar Rp. 100.000 yang berarti hanya untuk sebagian hutangnya pada
B, yang semestinya harus Rp. 500.000.
47
M. Yahya Harahap, Op.Cit., hlm. 150.
Universitas Sumatera Utara
mempunyai tagihan pada seseorang yang dinyatakan failit, terlepasterbebas dari kerugian penagihan dengan cara mengkompensasikan tagihannya dengan tagihan
budel failisment.
48
1. Kedua belah pihak satu sama lain harus merupakan nasabah debitur dan
kreditur. Jadi, kedua belah pihak harus mempunyai hubungan mutualistis. Bank gagal failing bank dan nasabah terikat dalam dua hubungan kontraktual, yaitu
bersifat pendanaan dan perkreditan. Lembaga penjamin simpanan LPS patut untuk memperhatikan klausula-klasula dalam perjanjian antara nasabah dan
ban gagal failing bank yang berada dalam pemantauan dan penanganan LPS. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1426 KUH Perdata : Jika
di antara dua orang masing-masing berkedudukan sebagai debitur antara yang satu dengan yang lain, maka dengan sendirinya menurut hukum van rechtswege
terjadi perjumpaan utang, yang mengakibatkan hutang piutang di antara mereka terhapus sampai batas jumlah yang paling rendahkecil. Dari ketentuan Pasal 1426
KUH Perdata tersebut, kompensasi tidak memerlukan persetujuan lebih dulu. Kompensasi terjadi dengan sendirinya menurut hukum pada setiap perjumpaan
hutang piutang atau disebut dia terjadi ipso jure comnpensatur. Beberapa hal yang diperhatikan dalam penerapan kelembagaan kompensasi
set-off menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin
Simpanan meliputi:
2. Pokok masalah dari kewajiban silang kedua belah pihak harus sama, artinya
menurut penata-bukuan bank dapat ditetapkan serta ditagih sekertika. Kewajiban kedua belah pihak yang dikompensasikan atau set off, dapat secara
48
Ibid., hlm. 151.
Universitas Sumatera Utara
keseluruhan dimpaskan, berarti hasil akhirnya nihil atau sebagian utang sampai batas terkecil dari tagihan, berarti menyisakan utang. Sisa kompensasi dapat
berupa kewajiban LPS untuk menyelesaikan simpanan nasabah yang dijamin atau sebaliknya debitur melunasi sisa kreditnya. Hal ini perlu adanya
pengaturan lebih lanjut tentang prosedur dan mekanismenya. 3.
Ketentuan-ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUH perdata yang patut untuk dikaji ulang berkenaan dengan :
a. Pokok masalah dalam kewajiban silang tidak tergantung dari jenis mata
uang yang sama atau legal tender dari suatu negara, akan tetapi transaksi dapat melibatkan berbagai mata uang sesuai dengan perjanjian yang dibuat
antara bank dan nasabah debitor. Dengan demikian menurut pendapat penulis, sebaiknya ketentuan tersebut secara substansi menjadi kewajiban
silang antara bank dengan nasabah debitur dalam kompensasi set-off dilakukan berdasarkan kesepakatan dengan menggunakan mata uang yang
ditunjuk atau berdasarkan kurs yang ditetapkan bersama. b.
Persyaratan bahwa klaim silang itu harus cair liquid artinya besarnya masing-masing klaim harus dapat ditentukan dengan segera dan secara
sederhana, tidak dapat diterapkan lagi dalam transaksi perbankan yang memperhitungkannya tidak sederhana lagi. Penulis memandang perlu
adanya suatu paradigma baru dalam mengkaji bisnis perbankan, sehingga terdapat suatu persesuaian untuk menghitung kewajiban-kewajiban yang
hendak diimpaskan atau dikompenasikan terhadap persyaratan ini, Johannes Ibrahim menjelaskan “Klaim silang dapat ditentukan bersama
Universitas Sumatera Utara
antara bank dan nasabah debitur berdasarkan kesepakatan yang dinilai dengan mata uang yang disepakati, atas dasar perhitungan dari penata
usahaan bank atas fasilitas-fasilitas yang ada”.
49
B. Akibat Hukum Diterapkannya Kelembagaan Kompensasi Set-Off Dalam