Setelah penulis kemukakan tentang keanekaan dari perjanjian, maka telah dapat penulis kelompokkan bentuk atau jenis-jenis dari perjanjian yang terdapat
dalam undang-undang maupun di luar undang-undang.
C. Pengertian Kompensasi
Kompensasi atau set-off sebagaimana dijelaskan terdahulu ada diatur dalam Buku III, Pasal 1425 sampai dengan Pasal 1435 KUH Perdata KUH Perdata. Pasal
1425 KUH Perdata menjelaskan “Jika dua orang saling berutang antara mereka suatu perjumpaan, dengan mana utang-utang antara kedua orang tersebut
dihapuskan, dengan cara dan adalah hal-hal yang akan disebutkan sesudah itu”. Mariam Darus menterjemahkan pasal tersebut yaitu “kompensasi terjadi
apabila dua orang saling berhutang pada yang lain dengan mana hutang-hutang antara kedua orang tersebut dihapuskan, oleh undang-undang ditentukan bahwa di
antara mereka telah terjadi suatu perhitungan menghapuskan perikatannya”. Menurut Johannes Ibrahim, kompensasi adalah “perjumpaan dua utang,
yang berupa benda-benda yang ditentukan menurut jenis generieke ziken, yang dipunyai oleh dua orang atau pihak secara timbal balik, dimana masing-masing
pihak berkedudukan baik sebagai kreditur maupun debitur terhadap yang lain, sampai jumlah yang terkecil yang ada di antara kedua hutang tersebut”.
24
25
Untuk dapat dilakukan perjumpaan utang atau kompensasi Pasal 1427 KUH Perdata memberikan syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu:
23
Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III, Op.Cit, hlm. 155.
24
Ibid., hlm. 182.
Universitas Sumatera Utara
1. Kedua hutang harus sama-sama mengenai uang atau barang yang dapat dihabiskan dari jenis dan kualitas yang sama.
2. Kedua utang seketika dapat ditetapkan besarnya atau jumlahnya dan seketika dapat ditagih. Kalau yang satu dapat ditagih sekarang sedangkan
utang lainnya baru dapat satu bulan yang akan datang maka kedua utang itu tidak dapat diperjumpakan.
26
Menurut subekti “agar dua hutang dapat diperjumpakan, perlulah dua hutang itu seketika dapat ditetapkan besarnya atau jumlahnya dan seketika dapat
ditagih. Kalau yang satu dapat ditagih sekarang tetapi yang lainnya baru satu bulan lagi, teranglah dua hutang itu tidak dapat diperjumpakan. Kedua hutang itu harus
sama-sama mengenai uang atau barang yang dapat dihabiskan, dari jenis dan kualitas yang sama”.
Pasal 1428 KUH Perdata menjelaskan “Suatu penundaan pembayaran yang diberikan kepada seorang tidak menghalangi suatu perjumpaan”.
27
1. Apabila dituntutnya pengembalian suatu barang yang secara berlawanan
dengan hukum dirampas dari pemiliknya. Perjumpaan terjadi dengan tidak dibedakan dan sumber apa hutang piutang
antara kedua belah pihak itu telah lahir kecuali:
2. Apabila dituntutnya pengembalian barang sesuatu yang dititipkan atau
dipinjamkan. 3.
Terdapat sesuatu hutang yang bersumber pada tunjangan nafkah yang telah dinyatakan tak dapat disita alimentasi. Demikianlah apa yang diatur dalam
Pasal 1429 KUH Perdata. Maksudnya adalah jelas, jika memperkenankan
25
Johannes Ibrahim, “Penerapan Konsep Kompensasi Set-Off Dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 24-No. 2.
Tahun 2005, hlm. 67.
26
Sutarno, Op.Cit., hlm. 52.
27
Subekti, Op.Cit., hlm. 73.
Universitas Sumatera Utara
perjumpaan dalam hal-hal yang disebutkan di atas. Itu berarti mengesahkan seorang yang main hakim sendiri atas ketentuan hukum. Dari itu pasal tersebut
di atas mengadakan larangan kompensasi dalam hal-hal yang demikian. Undang-undang itu menerangkan bahwa kompensasi terjadi demi hukum,
akan tetapi apabila dibaca ketentuan-ketentuan Pasal 1430, 1432, 1435 KUH Perdata, maka kompensasi itu menghendaki adanya aktivitas dari pihak-pihak yang
berkepentingan untuk mengemukakan hutang masing-masing dan pelaksanaan dari perhitungan atau kompensasinya. Kompensasi yang terjadi demi hukum akan
mengakibatkan terjadinya hal-hal menegangkan antara pihak-pihak yang berkepentingan.
Masih satu hal lagi yang perlu dikemukakan mengenai kompensasi ini, yaitu hal-hal dalam mana undang-undang melarang untuk diadakannya
kompensasi, yaitu sebagaimana disebutkan oleh Pasal 1429 KUH Perdata. Pasal 1429 KUH Perdata berbunyi:
Perjumpaan terjadi dengan tidak dibedakan dari sumber apa utang piutang antara kedua belah pihak itu dilahirkan, terkecuali:
1. Apabila dituntutnya pengembalian suatu barang yang yang secara
berlawanan dengan hukum dirampas dari pemiliknya. 2.
Apabila dituntutnya pengembalikan barang sesuatu yang dititipkan atau dipinjamkan.
3. Terhadap suatu utang yang bersumber pada tunjangan nafkah yang telah
dinyatakan tak dapat disita.
28
D. Kompensasi atau Set-Off Dalam Undang-Undang No. 24 TAhun 2004