Pembuatan ekstrak METODOLOGI PENELITIAN

digunakan adalah umbi bawang sabrang Eleutherine bulbus segar, diambil dari jalan Bunga Rampe V kelurahan Simalingkar B kecamatan Medan Tuntungan.

3.3.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia- Pusat Penelitian Biologi, Bogor. Hasil identifikasi dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 53.

3.3.3 Pengolahan sampel

Umbi bawang sabrang Eleutherine bulbus segar dibersihkan dari kotoran dengan cara mencucinya dengan air bersih, ditiriskan, lalu diiris tipis, ditimbang, kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan diudara terbuka yang terlindung dari sinar matahari langsung. Sampel dianggap kering bila sudah rapuh diremas menjadi hancur, lalu sampel kering diserbuk dengan menggunakan blender dan ditimbang berat serbuk keringnya. 3.4 Pembuatan Pereaksi 3.4.1 Etanol 80 Diencerkan 842 ml etanol 95 dengan air suling secukupnya hingga 1000 ml.

3.4.2 Pembuatan larutan DPPH 40 ppm 0,5 mM

Sebanyak 19,7 mg DPPH ditimbang, kemudian dilarutkan dalam metanol hingga volume 100 ml Zuhra, dkk.,2008.

3.5 Pembuatan ekstrak

Pembuatan ekstrak dilakukan secara maserasi dengan pelarut etanol. Cara kerja : Universitas Sumatera Utara Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 80. Sebanyak 500 g serbuk kering umbi bawang sabrang dimasukkan dalam wadah kaca berwarna gelap kemudian dimaserasi dengan pelarut etanol 80 sampai seluruh serbuk terendam, ditutup dan disimpan pada suhu kamar selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, kemudian pisahkan sehingga didapat maserat. Ampas dimaserasi kembali dengan etanol 80 selama 2 hari menggunakan prosedur yang sama. Seluruh maserat digabung, diserkai dan dienap tuangkan. Dipekatkan dengan bantuan alat rotary evaporator pada temperature tidak lebih dari 50 o 3.6 Pengujian Kemampuan Antioksidan dengan Spektrofotometri Visibel 3.6.1 Prinsip metode penangkapan radikal bebas DPPH C sampai diperoleh ekstrak kental, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer -40ºC Depkes, 1979 Kemampuan sampel uji dalam meredam oksidasi DPPH 1-1-diphenyl-2- picryl-hidrazyl sebagai radikal bebas dalam larutan metanol sehingga terjadi peredaman warna ungu DPPH dengan nilai IC 50

3.6.2 Pembuatan larutan blanko

konsentrasi sampel uji yang mampu meredam radikal bebas sebesar 50 digunakan sebagai parameter untuk menentukan aktivitas antioksidan sampel uji tersebut Sihombing, 2009. Larutan DPPH 0,5 mM dipipet sebanyak 5ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan volumenya dengan metanol sampai garis tanda konsentrasi 40 ppm.

3.6.3 Penentuan panjang gelombang absorbansi maksimum DPPH

Universitas Sumatera Utara Larutan DPPH konsentrasi 40 ppm dihomogenkan dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 515 - 520 nm Marxen, 2007. Gambar spektofotometer dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 55.

3.6.4 Penentuan operation time larutan DPPH dalam metanol

Laturan DPPH 0,5 mM dipipet sebanyak 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, dicukupkan volumenya dengan metanol sampai garis tanda konsentrasi 40 ppm, lalu diukur untuk menentukan operating time larutan DPPH dalam metanol sampai menit ke-60 selama 1 jam pada panjang gelombang absorbansi maksimumyang telah diperoleh.

3.6.5 Pembuatan larutan induk sampel uji

Sebanyak 25 mg sampel uji ditimbang kemudian dilarutkan dalam labu tentukur 25 ml dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda konsentrasi 1000 ppm.

3.6.6 Pembuatan larutan uji

Larutan induk dipipet sebanyak 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml; 1,0 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml untuk mendapatkan konsentrasi 40, 60, 80 dan 100 ppm, ke dalam masing-masing labu tentukur ditambahkan 2 ml larutan DPPH 0,5 mM konsentrasi 40 ppm lalu volume dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda.

3.6.7 Penentuan persen peredaman

Kemampuan antioksidan diukur sebagai penurunan absorbansi larutan DPPH peredaman warna ungu DPPH akibat adanya penambahan larutan uji. Universitas Sumatera Utara Nilai absorbansi larutan DPPH sebelum dan sesudah penambahan larutan uji tersebut dihitung sebagai persen peredaman. Peredaman = x 100 Keterangan : A kontrol A = Absorbansi tidak mengandung sampel sampel

3.6.8 Penentuan nilai IC

= Absorbansi mengandung sampel Nilai IC 50 50 Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi sampel uji µgml yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50 mampu menghambat meredam proses oksidasi sebsar 50. Nilai 0 berarti tidak mempunyai aktivitas antioksidan, sedangkan nilai 100 berarti peredaman total dan pengujian perlu dilanjutkan dengan pengenceran larutan uji untuk melihat batas konsentrasi aktivitasnya. Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan konsentrasi ekstrak µgml sebagai absis sumbu X dan nilai peredaman antioksidan sebagai ordinatnya sumbu Y. Hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 62. 50 kurang dari 50 µgml, kuat untuk IC 50 bernilai 50-100 µgml, sedang jika IC 50 bernilai 100-150 µgml, dan lemah jika IC 50

3.7 Formula Dasar Gel