2.5 Radikal Bebas
Pada proses metabolisme normal, tubuh memproduksi partikel kecil dengan tenaga besar disebut sebagai radikal bebas. Atom atau molekul dengan
elektron bebas ini dapat digunakan untuk menghasilkan tenaga dan beberapa fungsi fisiologis seperti kemampuan untuk membunuh virus dan bakteri. Namun
oleh karena mempunyai tenaga yang sangat tinggi, zat ini juga dapat merusak jaringan normal apabila jumlahnya terlalu banyak. Radikal bebas dapat
mengganggu produksi DNA, lapisan lipid pada dinding sel, mempengaruhi pembuluh darah, dan produksi prostaglandin. Radikal bebas juga dijumpai pada
lingkungan, beberapa logam misalnya besi, tembaga, asap rokok, polusi udara, obat, bahan beracun, makanan dalam kemasan, bahan aditif, dan sinar ultraviolet
dari matahari maupun radiasi Putra, 2008.
2.6 Antioksidan
Antioksidan adalah zat yang dapat menetralkan radikal bebas sehingga atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapat pasangan elektron.
Antioksidan berfungsi mengatasi atau menetralkan radikal bebas dan melindungi tubuh dari beragam penyakit termasuk penyakit degeneratif pada usia lanjut
seperti arteriosklerosis. Senyawa yang bersifat antioksidan banyak terdapat dalam sayur mayur, buah-buahan segar dan rempah-rempah. Hasil penelitian ilmiah
menunjukan bahwa buah-buahan, sayuran, biji-bijian merupakan sumber antioksidan yang baik dan dapat mencegah reaksi berantai radikal bebas dan
tubuh. Sayur mayur banyak mengandung antioksidan karena adanya vitamin C, vitamin E, betakaroten, likopen dan flavonoid Kosasih, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Di bidang dermatologi, antioksidan adalah bahan yang banyak digunakan dan inovatif dalam sediaan topikal. Antioksidan yang paling penting adalah
vitamin E, vitamin C, tiol dan flavonoid. Tubuh terus terkena radikal bebas yang berasal dari sumber endogen sebagai akibat dari jalur metabolisme normal.
Radikal bebas yang berasal dari sumber eksogen timbul dari polusi lingkingan seperti asap, kabut asap, radiasi UV dan diet. Efek dari antioksidan
sistemik yaitu menghancurkan spesies oksigen reaktif, mencegah kerusakan makromolekul seperti lipid, DNA dan protein. Biasanya ada keseimbangan ketat
antara radikal bebas dan produksi antioksidan, namun dalam kondisi tertentu keseimbangan bisa berpihak pada radikal bebas dan dikenal dengan “stres
oksidatif”. Stress oksidatif dapat disebabkan oleh peningkatan jumlah radikal bebas, misalnya akibat dari merokok, radiasi UV, atau karena kekurangan
antioksidan penting Weber., dkk, 2009 Menurut Anies, 2009, antioksidan tubuh dikelompokkan menjadi 3
yakni: 1. Antioksidan primer, bekerja untuk mencegah pembentuk senyawa radikal
baru menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya, sebelum radikal bebas ini sempat bereaksi. Contohnya: enzim SOD yang berfungsi sebagai pelindung
hancurnya sel-sel dalam tubuh serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas. Enzim SOD sebenarnya sudah ada dalam tubuh kita, namun kerjanya
membutuhkan zat-zat gizi mineral seperti mangan, seng, tembaga dan selenium Se juga berperan sebagai antioksidan. Jadi jika ingin menghambat gejala dan
Universitas Sumatera Utara
penyakit degeneratif, mineral-mineral tersebut hendaknya tersedia cukup dalam makanan yang dikonsumsi setiap hari.
2 Antioksidan sekunder, berfungsi menangkap senyawa serta mencegah terjadinya reaksi berantai. Contoh: vitamin E, vitamin C, betakaroten, asam urat,
bilirubin, dan albumin. 3 Antioksidan tersier, memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan yang
disebabkan radikal bebas. Contoh: enzim metionin sulfoksidan reduktase untuk memperbaiki DNA pada inti sel.
2.7 Uraian Tumbuhan 2.7.1 Habitat