Penatalaksanaan Pencegahan Flu Burung

1. Kematian akibat Acute Respiratory Distress Syndrome ARDS dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini : 2. lekopenia atau limfopenia dengan atau tanpa trombositopenia trombosit 150.000 foto toraks menggambarkan pneumonia atipikal atau infiltrat di kedua sisi paru yang makin meluas pada serial 3 Kasus Probable AI H5N1 a. Kriteria kasus suspek ditambah dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini: b. ditemukan adanya kenaikan titer antibodi minimum 4 kali terhadap H5 dengan pemeriksaan HI test menggunakan eritrosit kuda atau ELISA test c. hasil laboratorium terbatas untuk Influenza H5 dideteksi antibodi spesifik H5 dalam spesimen serum tunggal menggunakan neutralisasi tes dikirim ke referensi laboratorium dalam waktu singkat menjadi pneumonia beratgagal nafasmeninggal dan terbukti tidak ada penyebab lain 4 Kasus Konfirmasi Influenza A H5N1 a. Kasus suspek atau Probable dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini: b. kultur positif Influenza A H5N1 c. PCR positif Influenza A H5N1 d. Pada Immunoflurescence IFA test ditemukan antigen positif dengan menggunakan antibodi monoklonal Influenza A H5N1 Kenaikan titer antibodi spesifik Influenza A H5N1 sebanyak 4 kali dalam paired serum dengan uji netralisasi. a. Kriteria Rawat 1 Suspek flu burung dengan gejala klinis berat yaitu : 2 sesak napas dengan frekuensi napas 30 kalimenit 3 nadi 100 kalimenit 4 ada gangguan kesadaran b. kondisi umum lemah c. suspek dengan leukopeni d. suspek dengan gambaran radiologi pneumonia kasus Probabel dan Konfirmasi

2.1.10 Penatalaksanaan

Universitas Sumatera Utara Prinsip penatalaksanaan Avian Influenza adalah : istirahat, peningkatan daya tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotik, perawatan respirasi, anti inflamasi, immunomodulators. Antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan obatnya adalah : 1. penghambat M2 : a. Amantadin symadine. b. Rimantidin flu-madine. Dengan dosis 2xhari 100 mg atau 5 mgkgBB selama 3-5 hari. 2. Penghambat neuraminidase WHO : a. Zanamivir relenza. b. Oseltamivir tami-flu. Dengan dosis 2 x 75 mg selama 1 minggu Nainggolan, dkk, 2006. 1. Departemen Kesehatan RI 2006 dalam pedomannya memberikan petunjuk sebagai berikut: 2. Pada kasus suspek flu burung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg selama 5 hari, simptomatik dan antibiotik jika ada indikasi. 3. Pada kasus probabel flu burung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg selama 5 hari, antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman tipikal dan atipikal, dan steroid jika perlu seperti pada kasus pneumonia berat dan ARDS acute respiratory distress sindrom sesuai indikasi Sebagai profilaksis, bagi mereka yang beresiko tinggi digunakan Oseltamivir dengan dosis 75 mg sekali sehari selama lebih dari 7 hari hingga 6 minggu.

2.1.11 Pencegahan

Secara umum cara pencegahan terkena flu umumnya adalah tetap menjaga daya tahan tubuh, makan makanan seimbang, istirahat teratur dan olahraga teratur. Dan kebiasaan mencuci tangan secara teratur juga perlu dilakukan Aditama, 2004. Sebenarnya manusia memiliki imunitas terhadap infeksi virus influenza yang beredar, yaitu imunitas lokalmukosa pada saluran pernafasan yang menghasilkan immunoglobulin A IgA dan immunoglobulin M G Ig M dan IgG yang bersifat humoral dan spesifik. Namun karena sifat virus influenza yang selalu mengalami perubahan antigen dan terbentuknya subtipe baru, sehingga imunitas alamiah ini tidak banyak bermanfaat bagi pertahanan tubuh kita terhadap infeksi Rahardjo, 2004. Saat ini ada 3 jenis vaksin influenza yang beredar, dengan karakteristik berbeda dalam hal imunogenitas, reaktogenitas dan implikasi kliniknya yaitu 1 Whole virion vaccine virus utuh, 2 Split virus vaccine vaksin virus split, 3 Sub unit virus vaccine vaksin virus sub unit Raharjo, 2004. Universitas Sumatera Utara WHO 2004 mengeluarkan ”Penuntun Vaksinasi WHO” ”Guidlines for the use of seasonal influenza vaccine in human at risk of H5N1 infection” pada 30 Januari 2004. Salah satu vaksin influenza terdiri dari dua tipe virus influenza A dan satu tipe B, dan harus diproduksi sesuai dengan rekomendasi WHO kepada produsen vaksin tentang virus influenza sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sehingga lebih murni, efektif dan memiliki tingkat keamanan yang sangat tinggi. Selain vaksinasi dilakukan juga Biosekuriti, yang secara garis besar berkaitan dengan lalu lintas unggas dan manusia serta sanitasi lingkungan ternak. Berikut ini adalah beberapa tindakan yang tercakup dalam biosekuriti : 1. Membatasi secara ketat lalu lintas unggas, produk unggas, pakan, kotoran, bulu, dan alas kandang 2. Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan yang keluar masuk lokasi peternakan 3. Peternak dan orang yang hendak masuk peternakan ayam unggas harus mengenakan pakaian pelindung seperti masker, kaca mata pelindung goggle, sarung tangan dan sepatu. 4. Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar atau burung air, tikus, dan hewan lain. 5. Melakukan desinfeksi terhadap semua bahan, sarana, dan prasarana peternakan, termasuk bangunan kandang dengan menggunakan desinfektan yang sudah direkomendasikan seperti asam parasetat, hidroksi peroksida, sediaan ammonium kuartener, formaldehid formalin 2 – 5 , iodoform kompleks iodine, senyawa fenol, dan natrium kalium hipoklorit Atmawinata, 2006. Pencegahan yang lain adalah dengan Depopulasi. Depopulasi adalah tindakan pemusnahan selektif terhadap unggas yang diindikasikan menderita flu burung dan juga terhadap unggas – unggas yang diindikasikan terjangkit virus flu burung meskipun unggas tersebut masih tampak sehat. Depopulasi ini merupakan tindakan darurat hingga vaksin yang efektif dan handal ditemukan. Pembakaran dan penguburan dilakukan di areal peternakan Atmawinata, 2006. Khusus untuk pekerja peternakan dan pemotongan hewan ada beberapa anjuran WHO 2006 yang dapat dilakukan, yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Semua orang yang kontak dengan binatang yang telah terinfeksi harus sering-sering mencuci tangan dengan sabun. Mereka yang langsung memegang dan membawa binatang yang sakit sebaiknya menggunakan desinfektan untuk membersihkan tangannya. 2. Mereka yang memegang, membunuh dan membawa atau memindahkan unggas yang sakit dan atau mati karena flu burung seharusnya melengkapi diri dengan baju pelindung, sarung tangan karet, masker, kaca mata goggle dan juga sepatu boot. 3. Ruangan kandang perlu selalu dibersihkan dengan prosedur yang baku dan memperhatikan faktor keamanan petugas. 4. Pekerja peternakan, pemotongan dan keluarganya perlu diberi tahu untuk melaporkan ke petugas kesehatan bila mengidap gejala-gejala pernapasan, infeksi mata dan gejala flu lainnya. 5. Dianjurkan juga agar petugas yang dicurigai punya potensi tertular ada dalam pengawasan petugas kesehatan secara ketat. Ada yang menganjurkan pemberian vaksin influenza, penyediaan obat anti virus dan pengamatan perubahan secara serologi pada pekerja ini. Untuk masyarakat umum, pencegahan terbaik adalah dengan menjaga kesehatan, makan bergizi, istirahat cukup dan menjaga kebersihan seperti membudidayakan kembali kebiasaan mencuci tangan. Mereka yang sedang menderita influenza tentu harus istirahat, minum banyak dan bila keluhan tidak membaik dalam beberapa hari agar segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan terdekat Aditama, 2004. Berikut ini disajikan langkah – langkah mencuci tangan secara benar Noorkasini dan Tamher, 2008 : 1 Lakukan cuci tangan pada tempat yang telah disediakan 2 Buka kran dan pertahankan aliran air lurus dari mulut kran 3 Bungkukkan tubuh sedikit untuk menjauh dari percikan air 4 Basahi kedua tangan sampai sebatas siku 5 Ambil sabun dan usapkan secukupnya dalam genggaman kedua tangan 6 Kembalikan sabun ketempatnya dengan hati-hati 7 Buat busa secukupnya dari sabun yang melekat di tangan yang basah 8 Gosokkan dengan keras ke seluruh permukaan tangan dan jari – jari kurang lebih 10-15 detik. 9 Ratakan ke seluruh tangan dengan memperhatikan bagian bawah kuku dan antara jari 10 Bilas kedua tangan dengan air mengalir Universitas Sumatera Utara 11 Keringkan tangan dengan kertas tissue atau kain lap yang telah disediakan, setelah itu gunakan lap untuk mematikan keran 12 Buang kertas tissue atau kain lap yang telah terpakai ke tempat yang telah disediakan.

2.2 Tinjauan Tentang Perilaku

2.2.1 Pengetahuan knowledge merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behavior. Pengetahuan Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yakni: a. Tahu know Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali recall terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengalaman yang paling rendah. b. Memahami comprehension Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi application Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. d. Analisis analysis Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen- komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut. e. Sintesis synthesis Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi evaluation Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek Notoatmodjo, 2005. Universitas Sumatera Utara