Gambaran Perilaku Masyarakat terhadap Flu Burung di Kelurahan Batang Terap Perbaungan, Sumatera Utara Tahun 2010.

(1)

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP FLU BURUNG DI KELURAHAN BATANG TERAP PERBAUNGAN

SUMATERA UTARA TAHUN 2010

Oleh :

NISA LAILAN S. SIRAIT 070100009

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Perilaku Masyarakat terhadap Flu Burung di Kelurahan Batang

Terap Perbaungan, Sumatera Utara Tahun 2010.

Nama : Nisa Lailan S Sirait

NIM : 070100009

Pembimbing Penguji I

dr. Soegiarto Gani, SpPD dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes

NIP : 132 311 456 NIP : 132 231 986

Penguji II

dr. T. Ibnu Alferraly, SpPA


(3)

ABSTRAK

Virus influenza A disebut juga virus ”H5N1”. Wabah avian influenza (H5N1) terjadi pada unggas di 8 negara Asia (Kamboja, China, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Thailand, dan Vietnam) selama akhir tahun 2003 dan awal tahun 2004. Pada saat itu, lebih dari 100 juta unggas di negara-negara tersebut mati atau dibunuh untuk mengendalikan wabah tersebut. Pada bulan Maret 2004, wabah flu burung menjadi tidak terkendali. Flu burung terus menghantui negara-negara Asia dan lainnya. Virus H5N1 dapat ditemukan di unggas-unggas mereka dan dikhawatirkan dapat bermutasi ke bentuk lain yang dapat mentransmisikan dari manusia ke manusia dan membunuh lebih dari 200 orang di dunia yang mati karena penyakit infeksi sejak tahun 2003.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan masyarakat di Kelurahan Batang Terap Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010 terhadap flu burung.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan design penelitian cross sectional (potong lintang) dengan menggunakan teknik consecutive sampling, sampel yang digunakan sebanyak 83 orang. Data dikumpulkan dengan memberikan kuesioner kepada responden, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan pada tiap – tiap jawaban dengan SPSS. Skor masing – masing kemudian di analisa, hasilnya dalam bentuk persentase.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan responden termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 75 resonden (90,4%), tingkat sikap responden termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 75 responden (90,4%), dan tingkat tindakan pencegahan terhadap flu burung termasuk dalam kategori baik juga yaitu sebanyak 81 responden (97,6%). Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai bagaimana hubungan antara pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan terhadap Avian Influenza.


(4)

ABSTRACT

Influenza A (H5N1) virus – also called “H5N1 virus” . Outbreaks of avian influenza H5N1 occurred among poultry in eight countries in Asia (Cambodia, China, Indonesia, Japan, Laos, South Korea, Thailand, and Vietnam) during late 2003 and early 2004. At that time, more than 100 million birds in the affected countries either died from the disease or were killed in order to try to control the outbreaks. By March 2004, the outbreak was reported to be under control. Bird flu continues to hover as a spectre over much of Asia as more nations report that the H5N1 virus has been found within their fowl and fears rise that it could mutate into a form that leads to human-to-human transmission and kills far more than the 200 people around the world who have died from the infectious disease since 2003.

This research was conducted in order to determine the level of knowledge, attitude and prevention of action of people in Kelurahan Batang Terap Perbaungan, Serdang Bedagai, North Sumatera 2010 about Avian Influenza (H5N1).

This research uses the descriptive method with croos-sectional research design, by using consecutive sampling method, samples are 83 people. Data collected by giving questionnaires to respondences, then tabulated and processed by SPSS. Score of each analysed by using formula, and its result represents the presentage.

The result of this research showed level of acknowledgment was good around 75 respondents (90,4%), the level of attitude was good around 75 respondents (90,4%), and level of action was good too around 81 respondents (97,6%). Further research is needed to assess how the relationship between knowledge and attitude towards action of prevention of Avian Influenza.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan KTI (Karya Tulis Ilmiah) ini yang berjudul “Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pencegahan

Masyarakat terhadap Flu Burung di Kelurahan Batang Terap Perbaungan Sumatera Utara Tahun 2010”. Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. dr. Gontar A Siregar, Sp. PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

2. Dosen - dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat / Ilmu Kedokteran Komunitas

(IKM / IKK ) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Soegiarto Gani, SpPD selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan

waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan

4. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes selaku dosen penguji I serta dr. T. Ibnu Alferraly,

SpPA selaku dosen penguji II yang telah bersedia menguji, memberikan masukan dan saran kepada penulis

5. Bapak S. Sirait dan Sri Masnila selaku orang tua penulis dan Iqbal Sirait selaku

saudara kandung penulis yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Komisi Etik dan Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara yang telah menyetujui pelaksanaan penelitian ini

7. Teman – teman seperjuangan penulis Mirzal Fuadi, Andika Pradana, Ira nola Lingga,

Annette R Brahmana, Ayuca Zarry, Dini Feduyasih, Pernanda serta teman – teman lainnya.

8. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran USU yang telah membantu selama

perkuliahan

Demikian ucapan terima kasih ini disampaikan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca, dan penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.


(6)

Medan, 29 November 2010 Penulis

Nisa Lailan S Sirait 070100009


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1. Flu Burung ... 6

2.1.1.Definisi Flu Burung ... 6

2.1.2.Etiologi ... 6

2.1.3.Epidemiologi ... 7

2.1.4.Transmisi ... 9

2.1.5.Patogenesis ... 9

2.1.6.Gejala klinis ... 11

2.1.6.1. Gejala pada unggas ... 11

2.1.6.2. Gejala pada manusia ... 12

2.1.7.Kelompok resiko tinggi ... 12

2.1.8.Diagnosis Flu Burung ... 13

2.1.8.1. Diagnosis pada unggas ... 13

2.1.8.2. Diagnosis pada manusia ... 13

2.1.9.Defenisi kasus ... 14

2.1.10.Penatalaksanaan ... 16

2.1.11.Pencegahan ... 17

2.2. Tinjauan tentang Perilaku... 20

2.2.1.Pengetahuan ... 20

2.2.2.Sikap ... 21

2.2.3.Tindakan ... 22

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 23

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 23 3.2. Defenisi Operasionil ... 23

3.2.1.Tingkat pengetahuan ... 23

3.2.2.Sikap ... 23

3.2.3.Tindakan pencegahan ... 23

3.2.4.Flu Burung ... 23

3.3. Cara Pengukuran ... 24

3.4. Alat ukur ... 24


(8)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 26

4.1. Jenis Penelitian ... 26

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26

4.3.1. Populasi ... 26

4.3.2. Sampel ... 26

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 27

4.4.1. Uji validitas dan reliabilitas ... 27

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 29

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

5.1. Hasil Penelitian ... 30

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 30

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 30

5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan ... 32

5.1.4. Deskripsi Tingkat Sikap ... 36

5.1.5 Deskripsi Tingkat Tindakan Pencegahan ... 39

5.2. Pembahasan ... 43

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

6.1. Kesimpulan ... 46

6.2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Data kasus flu burung di beberapa negara 2

1.2 Jumlah kasus suspek yang dirujuk ke RSHAM tahun 2005-2006 8

4.1 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner 28

5.1 Distribusi responden menurut kelompok umur di kelurahan

Batang Terap Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera utara

2010

31

5.2 Distribusi responden menurut jenis kelamin di kelurahan

Batang Terap Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera utara

2010

31

5.3 Distribusi responden menurut pendidikan terakhir di kelurahan

Batang Terap Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera utara

2010

32

5.4 Distribusi frekuensi pengetahuan responden terhadap flu burung

di kelurahan Batang Terap Perbaungan, Serdang Bedagai,

Sumatera utara 2010

33

5.5 Distribusi tingkat pengetahuan responden di kelurahan Batang

Terap Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera utara 2010

34

5.6 Distribusi tingkat pengetahuan responden menurut kelompok

umur di kelurahan Batang Terap Perbaungan, Serdang Bedagai,

Sumatera utara 2010

34


(10)

terakhir di kelurahan Batang Terap Perbaungan,

Serdang Bedagai, Sumatera utara 2010

5.8 Distribusi tingkat pengetahuan responden menurut jenis kelamin

di kelurahan Batang Terap Perbaungan, Serdang Bedagai,

Sumatera utara 2010

36

5.9 Distribusi frekuensi sikap responden terhadap flu burung di

kelurahan Batang Terap Perbaungan, Serdang Bedagai,

Sumatera utara 2010

36

5.10 Distribusi tingkat sikap responden di kelurahan Batang Terap

Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera utara 2010

37

5.11 Distribusi tingkat sikap responden menurut kelompok umur di

kelurahan Batang Terap Perbaungan, Serdang Bedagai,

Sumatera utara 2010

38

5.12 Distribusi tingkat sikap responden menurut pendidikan terakhir

di kelurahan Batang Terap Perbaungan, Serdang Bedagai,

Sumatera utara 2010

38

5.13 Distribusi tingkat sikap responden menurut jenis kelamin

di kelurahan Batang Terap Perbaungan, Serdang Bedagai,

Sumatera utara 2010

39

5.14 Distribusi frekuensi tindakan pencegahan responden terhadap

flu burung di kelurahan Batang Terap Perbaungan,

Serdang Bedagai, Sumatera utara 2010

40

5.15 Distribusi tingkat tindakan pencegahan responden di kelurahan

Batang Terap Perbaungan, Serdang Bedagai,

Sumatera utara 2010


(11)

5.16 Distribusi tingkat tindakan pencegahan responden menurut

kelompok umur di kelurahan Batang Terap Perbaungan,

Serdang Bedagai, Sumatera utara 2010

42

5.17 Distribusi tingkat tindakan pencegahan responden menurut

pendidikan terakhir di kelurahan Batang Terap Perbaungan,

Serdang Bedagai, Sumatera utara 2010

42

5.18 Distribusi tingkat sikap responden menurut jenis kelamin

di kelurahan Batang Terap Perbaungan, Serdang Bedagai,

Sumatera utara 2010


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Peta penyebaran flu burung/AI pada unggas 3


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 4 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan

Lampiran 6 Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap

Lampiran 7 Uji Validitas dan Reliabilitas Tindakan Pencegahan

Lampiran 8 Gambaran Karakteristik Responden Penelitian

Lampiran 9 Data Hasil Pengetahuan

Lampiran 10 Data Hasil Sikap

Lampiran 11 Data Hasil Tindakan Pencegahan Lampiran 12 Ethical Clearence

Lampiran 13 Master Data


(14)

ABSTRAK

Virus influenza A disebut juga virus ”H5N1”. Wabah avian influenza (H5N1) terjadi pada unggas di 8 negara Asia (Kamboja, China, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Thailand, dan Vietnam) selama akhir tahun 2003 dan awal tahun 2004. Pada saat itu, lebih dari 100 juta unggas di negara-negara tersebut mati atau dibunuh untuk mengendalikan wabah tersebut. Pada bulan Maret 2004, wabah flu burung menjadi tidak terkendali. Flu burung terus menghantui negara-negara Asia dan lainnya. Virus H5N1 dapat ditemukan di unggas-unggas mereka dan dikhawatirkan dapat bermutasi ke bentuk lain yang dapat mentransmisikan dari manusia ke manusia dan membunuh lebih dari 200 orang di dunia yang mati karena penyakit infeksi sejak tahun 2003.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan masyarakat di Kelurahan Batang Terap Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010 terhadap flu burung.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan design penelitian cross sectional (potong lintang) dengan menggunakan teknik consecutive sampling, sampel yang digunakan sebanyak 83 orang. Data dikumpulkan dengan memberikan kuesioner kepada responden, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan pada tiap – tiap jawaban dengan SPSS. Skor masing – masing kemudian di analisa, hasilnya dalam bentuk persentase.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan responden termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 75 resonden (90,4%), tingkat sikap responden termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 75 responden (90,4%), dan tingkat tindakan pencegahan terhadap flu burung termasuk dalam kategori baik juga yaitu sebanyak 81 responden (97,6%). Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai bagaimana hubungan antara pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan terhadap Avian Influenza.


(15)

ABSTRACT

Influenza A (H5N1) virus – also called “H5N1 virus” . Outbreaks of avian influenza H5N1 occurred among poultry in eight countries in Asia (Cambodia, China, Indonesia, Japan, Laos, South Korea, Thailand, and Vietnam) during late 2003 and early 2004. At that time, more than 100 million birds in the affected countries either died from the disease or were killed in order to try to control the outbreaks. By March 2004, the outbreak was reported to be under control. Bird flu continues to hover as a spectre over much of Asia as more nations report that the H5N1 virus has been found within their fowl and fears rise that it could mutate into a form that leads to human-to-human transmission and kills far more than the 200 people around the world who have died from the infectious disease since 2003.

This research was conducted in order to determine the level of knowledge, attitude and prevention of action of people in Kelurahan Batang Terap Perbaungan, Serdang Bedagai, North Sumatera 2010 about Avian Influenza (H5N1).

This research uses the descriptive method with croos-sectional research design, by using consecutive sampling method, samples are 83 people. Data collected by giving questionnaires to respondences, then tabulated and processed by SPSS. Score of each analysed by using formula, and its result represents the presentage.

The result of this research showed level of acknowledgment was good around 75 respondents (90,4%), the level of attitude was good around 75 respondents (90,4%), and level of action was good too around 81 respondents (97,6%). Further research is needed to assess how the relationship between knowledge and attitude towards action of prevention of Avian Influenza.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Flu burung atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan istilah avian flu atau avian

Influenza (AI). Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe

A yang memiliki diameter 90-120 nanometer. Virus tersebut termasuk dalam famili Orthomyxoviridae (Soejono dan Handharyani, 2006). Dahulu flu burung adalah penyakit influenza pada unggas, baik burung, bebek, dan ayam. Penyakit binatang ini telah ditemukan sejak 100 tahun lalu di Italia, tepatnya tahun 1878, dan pada tahun 1924-1925 wabah ini merebak di Amerika Serikat (Aditama, 2004).

Virus Flu burung dengan virulensi tinggi adalah tipe H5N1 yang ganas, menyerang dan menimbulkan penyakit bahkan kematian pada unggas dalam jumlah besar, serta dapat menular ke manusia terutama mereka yang mengadakan kontak (terekspos) secara erat dengan unggas, dalam literatur disebut High Pathogen Avian Influenza (HPAI) (Tamher dan Noorkasiani, 2008). Avian influenza dapat bermutasi menjadi bentuk baru yang menyebabkan transmisi dari manusia ke manusia, dan sejauh ini telah membunuh lebih dari 200 orang di seluruh dunia sejak tahun 2003 (Watanabe, 2006)

Wabah penyakit flu burung yang melanda dunia, khususnya kawasan Asia, memang sangat menjadi perhatian, baik masyarakat luas maupun badan kesehatan dunia seperti WHO. Hal ini disebabkan oleh flu burung yang dapat menular pada manusia dan berakibat fatal karena dapat membawa kematian. World Health Organization (WHO, 2006) mengkhawatirkan virus flu burung akan menjadi ancaman serius di kawasan Asia melebihi tsunami yang pernah terjadi pada akhir 2004 di Aceh, Thailand, Bangladesh, Sri langka, dan India. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun ikut memperingatkan bahwa flu burung lebih berbahaya dari penyakit Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), karena virus flu burung mampu menekan sistem imunitas tubuh manusia (Yudhastuti dan Sudarmaji, 2006).

Sejak Februari 2003, jutaan unggas telah terinfeksi dan telah tercatat lebih dari 360 kasus pada manusia, dengan lebih dari 230 kematian di 12 negara di Afrika, Asia and Eropa (

Hingga akhir bulan Januari 2004 sebelas negara di Asia melaporkan infeksi HPAI. Diantaranya adalah Kamboja, Cina, Hongkong, Indonesia, Jepang, Laos, Korea Selatan, Thailand dan Vietnam telah menyatakan bahwa infeksi AI tersebut disebabkan oleh HPAI subtipe H5N1 (Rahardjo, 2004)


(17)

Di Hongkong pada tahun 1997 Flu burung (H5N1) telah menyerang ayam dan burung peliharaan serta menginfeksi masyarakat, dan telah dilaporkan sebanyak 18 orang masuk rumah sakit dan enam diantaranya meninggal dunia (Rahardjo, 2004). Pada 5 Januari 2004, Vietnam melaporkan terjadinya wabah penyakit pernapasan yang parah (severe respiratory

illness) pada 11 anak, 7 diantaranya meninggal dunia dan 2 orang dalam keadaan gawat,

ternyata penyakit ini terus berkembang. Tanggal 28 juni 2005 terdapat 108 kasus flu burung di 3 negara yaitu Thailand, Vietnam dan Kamboja. Dan pada tanggal 28 Juli WHO mulai mencatat kasus pertama Flu burung di Indonesia sehingga jumlah kasus menjadi 109 orang, 55 diantaranya meninggal dunia (Aditama, 2004).

Tabel. 1.1. Data kasus Flu Burung di beberapa negara. Data WHO 28 Juni 2005

Negara Jumlah Kasus Kematian

Vietnam 87 38

Thailand 17 12

Kamboja 4 4

Indonesia 1 1

Total 109 55

Sumber. WHO 2005

Di Indonesia Flu burung pada manusia pertama kali dikonfirmasi secara laboratorium pada awal bulan Juli 2005 dari Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten dengan jumlah penderita konfirmasi H5N1 2 orang dan 1 probabel, semuanya meninggal dunia. Awal sakit (onset) kasus tersebut pada akhir Juni 2005, dan merupakan klaster pertama di Indonesia. Sampai akhir Desember 2007 penderita flu burung telag tersebar di 12 provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Sumatera Selatan, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Bali) yang meliputi 44 kabupaten/kota (Depkes R.I, 2009).


(18)

Gambar 1.1. Peta Penyebaran flu Burung/AI pada unggas di Indonesia 2003-2007 Sumber. DepKes R.I. 2009

Di Sumatera Utara terdapat kasus flu burung pada bulan Mei tahun 2006 di Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo ditemukan kasus terinfeksi virus Avian Influenza positif menurut hasil pemeriksaan laboratorium Departemen Kesehatan RI dan laboratorium di Hongkong sebanyak 8 orang dan 7 orang telah meninggal dunia. Menurut WHO bahwa kasus Avian influenza yang ada di Kabupaten Karo merupakan klaster terbesar di dunia (Depkes R.I, 2009).

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pencegahan Masyarakat terhadap Flu Burung di Kelurahan Batang Terap Perbaungan Sumatera Utara Tahun 2010.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian ringkas dari latar belakang di atas, me mberi dasar bagi penelitian untuk merumuskan pertanyaan penelitian berikut:

Bagaimana tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan masyarakat terhadap Flu Burung di kelurahan Batang Terap Perbaungan, Sumatera Utara Tahun 2010?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui perilaku masyarakat terhadap flu Burung di kelurahan Batang Terap Perbaungan, Sumatera Utara Tahun 2010.


(19)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat terhadap flu burung di kelurahan Batang Terap Perbaungan, Sumatera Utara Tahun 2010.

2. Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap flu burung di kelurahan Batang Terap Perbaungan, Sumatera Utara Tahun 2010.

3. Untuk mengetahui tindakan pencegahan masyarakat terhadap flu burung di kelurahan Batang Terap Perbaungan, Sumatera Utara Tahun 2010.

4. Untuk mengetahui perilaku masyarakat terhadap flu Burung di kelurahan Batang Terap Perbaungan, berdasarkan karakteristik penduduk (umur, jenis kelamin dan pendidikan terakhir) dan sumber informasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1.Memberi informasi kepada pihak terkait khususnya Pejabat kelurahan Batang Terap agar masalah flu burung yang menjadi pandemi dapat menjadi perhatian dan mendapat penyuluhan yang sesuai.

2.Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk menilai tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan masyarakat terhadap flu burung di Kelurahan Batang Terap Perbaungan.

3.Manfaat penelitian ini bagi peneliti diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan peneliti tentang Flu Burung (H5N1), dan


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Flu Burung

2.1.1. Definisi Flu Burung (Avian Influenza)

Penyakit Flu Burung atau Avian Influenza adalah penyakit menular yang disebabkan virus influenza yang ditularkan oleh unggas. Influenza A (H5N1) adalah penyebab wabah flu burung pada hewan di Hong Kong, Cina, Vietnam, Thailand, Indonesia, Korea, Jepang, Laos, Kamboja kecuali Pakistan (H7N7) (Rahardjo, 2004). Secara umum, influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama ditandai oleh demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala, dan sering disertai pilek, sakit tenggorok dan batuk non produktif. Lama sakit berlangsung antara 2-7 hari dan biasanya sembuh sendiri ( Nelwan, 2006).

Sedangkan Gejala (avian influenza) yang ada pada manusia seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri sendi sampai infeksi selaput mata (konjungtivitis). Bila keadaan semakin memburuk dapat terjadi severe respiratory distress dan pneumonia yang menyebabkan kematian (Aditama, 2004).

2.1.2 Etiologi

Flu burung atau Avian Influenza (AI), termasuk virus Influenza A bersama-sama

dengan virus Influenza B dan C, virus ini merupakan famili Orthomyxoviridae. Virus Influenza A dapat menginfeksi unggas, termasuk ayam, itik, angsa, kalkun dan berbagai jenis burung dara, burung camar, burung elang, babi, kuda, anjing laut serta manusia. Sementara virus Influenza B dan C hanya menginfeksi manusia. Dengan mikroskop elektron virus Avian Influenza mempunyai 8 segmen yang terdiri dari rangkaian RNA dengan ukuran 80-120 nanometer. Setiap virus mempunyai 500 spike. Segmen ini merupakan genome yang akan menghasilkan protein untuk hidupnya. Kedelapan segmen ini terdiri dari hemaglutinin (HA), neuroaminidase (NA), nukleoprotein (NP), matriks (M), polimerase A (PA), polimerase B1 (PB1) dan polimerase B2 (PB2) serta non struktural (NS). Kedelapan segmen tersebut akan menghasilkan 10 macam gen M (matriks) dan NS (non struktural) (Rahardjo, 2004).

Virus Avian Influenza ini dibungkus oleh glikoprotein dan dilapisi oleh lemak ganda (bilayer lipid). Glikoprotein HA (hemaglutinin) dan NA (neuroaminidase) merupakan protein permukaan yang sangat berperan dalam penempelan dan pelepasan virus dari sel inang. Protein HA (hemaglutinin) merupakan bagian terbesar dari spike yaitu 80% dan NA (neuroaminidase) sebesar 20%. Sedangkan NP (nukleoprotein) dan M (matriks) digunakan


(21)

untuk membedakan antara virus Influenza A dengan B atau C. Virus Influenza A ini bersifat sangat mudah mutasi, terutama pada HA (hemaglutinin) dan NA (neuroaminidase). Sampai saat ini berdasarkan struktur HA (hemaglutinin) terdapat 15 subtipe, H1 – H15 dan berdasarkan NA (neuroaminidase) terdapat 9 subtipe N1 – N9. Hal ini disebabkan virus ini sangat unik karena mampu mengubah diri melalui proses antigenic drift dan antigenic shift sehingga sulit dikenali sistem kekebalan seseorang (Rahardjo, 2004).

2.1.3. Epidemiologi

Meskipun terpapar luas pada unggas yang terinfeksi dengan avian influenza A (H5N1) virus, penyakitnya pada manusia sangat jarang. Sejak Mei 2005, jumlah negara-negara yang terinfeksi dan menkonfirmasi kasus Influenza A adalah 340 kasus.

Di Sumatera Utara terdapat kasus flu burung pada bulan Mei tahun 2006 di Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo ditemukan kasus terinfeksi virus Avian Influenza positif menurut hasil pemeriksaan laboratorium Departemen Kesehatan RI dan laboratorium di Hongkong sebanyak 8 orang dan 7 orang telah meninggal dunia. Menurut WHO bahwa kasus Avian influenza yang ada di Kabupaten Karo merupakan klaster terbesar di dunia (Depkes R.I, 2009).

Usia rata-rata pasien dengan infeksi virus influenza A (H5N1) adalah sekitar 18 tahun, dengan 90% pasien usia 40 tahun atau lebih muda dan orang dewasa yang lebih tua. Proporsi fatalitas keseluruhan kasus adalah 61%, merupakan tertinggi di antara 10 sampai 19 tahun dan terendah di antara usia 50 tahun keatas. Belum diketahui dengan jelas hubungan dengan sistem imun atau kekebalan yang sudah ada sebelumnya, perbedaan dalam eksposur, atau faktor lainnya yang mungkin memberikan kontribusi pada frekuensi infeksi dan penyakit mematikan pada orang dewasa yang lebih tua, hal ini masih belum pasti. Kebanyakan pasien dengan infeksi virus influenza A (H5N1) sebelumnya sehat. Dari enam ibu hamil yang terkena, empat telah meninggal dunia, dan dua korban mengalami aborsi spontan (WHO, 2005).

Tabel 1.2. Jumlah kasus suspek yang dirujuk ke RSHAM tahun 2005-2006

Tanggal Daerah Asal Jumlah

Kasus

Keterangan

26 Juli 2005 Binjai 6 Binjai 6 orang

30 Juli 2005 Percut Sei Tuan, Deli Serdang 1 Deli Serdang 5


(22)

21 September 2005

Percut Sei Tuan, Deli Serdang 1 Simalungun 2

orang 23 September

2005

Balimbingan, Simalungun 1 Karo 6 orang

1 Agustus 2006 Kabanjahe, Karo 6 Medan 2 orang

22 Agustus 2006 Silima Kuta, Simalungun 1 Serdang Bedagai 2

orang 28 September

2006

Lubuk Pakam, Deli Serdang 3

14 November 2006

Helvetia, Medan 1

7 Desember 2006 Jl Sisingamangaraja, Medan 1

12 Desember 2006

Teluk Mengkudu, Serdang Bedagai

2

Jumlah 23 orang

Sumber. DepKes R.I. 2009

2.1.4. Transmisi

Virus Avian Influenza (AI) berkembang biak pada jaringan seperti saluran pernapasan, pencernaan, pembuluh darah, limfosit, syaraf, ginjal dan atau sistem reproduksi. AI (avian influenza) dikeluarkan dari hidung, mulut, konjungtiva dan kloaka unggas terinfeksi. Penularan bisa terjadi dengan kontak langsung dari unggas terinfeksi dan unggas peka melalui saluran pernapasan, konjungtiva, lendir dan tinja. Juga secara tidak langsung misalnya debu yang mengandung virus, air minum, petugas, peralatan kandang, sepatu, baju, kendaraan, lalat juga mempunyai peranan dalam menyebarkan AI (Rahardjo, 2004).

Hingga 5 Agustus 2005, WHO melaporkan 112 kasus A (H5N1) pada manusia yang terbukti secara pemeriksaan mikrobiologi berupa biakan atau PCR. Sebagian besar kasus konfirmasi WHO di atas, sebelumnya mempunyai riwayat kontak yang jelas dengan unggas atau produk unggas. Disimpulkan sementara bahwa jalur paling mungkin terjadinya infeksi Avian Influenza pada manusia adalah dari unggas ke manusia. Sementara itu, penularan dari manusia ke manusia masih mungkin didasarkan adanya laporan 3 kasus konfirmasi avian influenza pada satu keluarga di Thailand (Nainggolan, dkk, 2006).


(23)

Bahan infeksius pada unggas adalah tinja dan sekret saluran nafasnya. Penularan dapat terjadi dari unggas ke unggas, ke hewan lain dan kini ke manusia (Aditama, 2004). Selain itu, transmisi dapat terjadi dari lingkungan ke manusia, dapat terjadi pada air yang terkontaminasi yaitu kolam renang yang secara langsung masuk melalui hidung dan konjungtiva, dan dari kontaminasi tangan terhadap infeksi (WHO, 2005).

2.1.5. Patogenesis

Penyebaran virus Avian Influenza (AI) terjadi malalui udara (droplet infection) di mana virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran nafas atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet). Virus yang tertanam pada membran mukosa akan terpajan mukoprotein yang mengandung asam sialat yang dapat mengikat virus. Reseptor spesifik yang dapat berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies darimana virus berasal. Virus avian influenza manusia (Human Influenza Viruses) dapat berikatan dengan alpha 2,6 sialiloligosakarida yang berasal dari membran sel dimana didapatkan residu asam sialat yang dapat berikatan dengan residu galaktosa melalui ikatan 2,6 linkage. Virus AI dapat berikatan dengan membran sel mukosa melalui ikatan yang berbeda yaitu ikatan 2,3 linkage. Adanya perbedaan pada reseptor yang terdapat pada membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus AI tidak dapat melakukan replikasi secara efisien terhadap manusia. Mukoprotein yang mengandung reseptor ini akan mengikat virus sehingga perlekatan virus dengan sel epitel saluran nafas dapat dicegah. Tetapi virus yang mengandung protein neuroaminidase pada permukaannya dapat memecah ikatan tersebut. Virus selanjutnya akan melekat pada epitel saluran napas untuk kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut. Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu singkat virus dapat menyebar ke sel-sel didekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar yang besilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengak dan intinya mengkerut dan kemudian mangalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia, selanjutnya akan terbentuk badan inklusi (Nainggolan, 2004).

Proses patologik primer yang dapat menyebabkan kematian adalah Fulminant viral

pneumonia. Target sel dari influenza A (H5N1) termasuk tipe 2 alveolar pneumosit dan

makrofak, bronkiolar, dan alveolar sel, tetapi tidak sel-sel epitel dari trakea atau saluran nafas atas (WHO, 2005).


(24)

(1). Mula-mula virion menempel pada reseptor sel tropisma (membran mukosa saluran napas) melalui protein Hemaglutinin

(2). Terjadi proses endositosis yang akan berlangsung beberapa waktu, berdasarkan pengamatan di laboratorium diketahui selama 10 menit. Proses ini bersama dengan pelepasan selubung dari virion sampai semua segmen RNA keluar kedalam sitpolasma (3). Segmen – segmen tersebut masuk ke dalam inti sel (nukleus) dan mengalami transkripsi (4). Sebagian segmen keluar kembali ke sitoplasma untuk mempersiapkan protein selubung

(Hemaglutinin, Neuroaminidase, Matriks dan protein Nonstruktural) untuk dipakai oleh virus baru yang akan dihasilkan.

(5). Delapan segmen yang berada di inti sel ditambah dengan segmen RNA yang masih tersisa di sitoplasma melakukan replikasi, yaitu perbaikan RNA. Berbeda dengan virus RNA lainnya, dimana replikasinya terjadi diluar inti sel. Dengan berlangsung di dalam inti sel, AI menggunakan bahan – bahan yang diperlukan dari dalam inti sel inang. Proses ini yang memudahkan terjadi Antigenic drift dan antigenic shift.

Antigenic drift merupakan keadaan virus AI yang mengalami mutasi urutan

nukleotida pada gen HA (hemaglutinin) atau NA (neuroaminidase) atau keduanya yang menyebabkan antibodi tidak bisa secara lengkap menetralisasi virus ini. Sementara Antigenic

shift merupakan aktifitas dari dua macam virus influenza A yang menghasilkan segmen gen

yang baru sebagai hasil rekombinan genetik. Aktifitas ini mengakibatkan antibodi yang sudah terbentuk di dalam tubuh tidak dapat menetralkan sama sekali terhadap virus baru tersebut. (6). Segmen RNA yang sudah mengalami replikasi, keluar ke sitoplasma dan dibungkus oleh

protein HA (hemaglutinin), NA (neuroaminidase), M (matriks) serta NS (nonstruktural) . Dan keluar dari sel inangnya. Proses ini bisa berlangsung dua jam sejak terjadi infeksi (Rahardjo, 2004).

2.1.6 Gejala Klinis

2.1.6.1 Gejala pada Hewan Unggas

Avian Influenza (AI) yang lazim disebut flu burung, yang ganas dapat muncul dengan tiba-tiba di kandang dan banyak ayam yang mati tanpa gejala yang termonitor seperti depresi, lesu, bulu rontok, dan panas. Kerabang telur yang diproduksi lembek dan segera diikuti pemberhentian produksi. Muka dan pial kebiruan, kaki kemerahan dan udem. Ayam mengalami diare dan terlihat sangat haus, pernapasan terlihat berat, terjadi perdarahan pada kulit tanpa bulu. Kematian bervariasi dari 50% sampai dengan 100% (Rahardjo, 2004).


(25)

2.1.6.2 Gejala pada Manusia

Masa inkubasi Avian Influenza sangat pendek yaitu 3 hari, dengan rentang 2-4 hari. Manifestasi klinis Avian Influenza pada manusia terutama terjadi pada sistem respiratorik mulai dari yang ringan sampai berat. Manifestasi klinis Avian Influenza secara umum sama dengan gejala ILI (Influenza Like Illness), yaitu batuk, pilek, dan demam. Demam biasanya cukup tinggi yaitu > 38 derajat Celcius. Gejala lain berupa sefalgia, nyeri tenggorokan, mialgia, dan malaise (Nainggolan, dkk, 2006).

Adapun keluhan gastrointestinal berupa diare dan keluhan lain berupa konjuntivitis. Keadaan klinis bisa sangat bervariasi, mulai dari asimptomatik, flu ringan hingga berat, pneumonia, dan banyak yang berakhir dengan ARDS (acute respiratory distress syndrome). Perjalan klinis Avian Influenza umunya berlangsung sangat progressif dan fatal. Mortalitas penyakit ini dilaporkan terakhir sekitar 50%. Kelainan laboratorium rutin yang hampir selau dijumpai adalah leukopenia, limfopenia, dan trombositopenia. Dan banyak yang mengalami gangguan ginjal berupa peningkatan nilai ureum dan kreatinin. Kelainan gambaran radiologis toraks berlangsung sangat progressif dan sesuai dengan manifestasi klinisnya namun tidak ada gambaran yang khas. Kelainan foto toraks bisa berupa infiltrat bilateral luas, infiltrat difus, multifokal, atau patchy, atau berupa kolaps lobar (Nainggolan, dkk, 2006).

2.1.7. Kelompok Resiko Tinggi

a)

Kelompok yang perlu diwaspadai dan beresiko tinggi terinfeksi flu burung adalah (DepKes RI, 2006) :

b)

Pekerja peternakan atau pemprosesan unggas (termasuk dokter hewan atau Ir. Peternakan)

c)

Pekerja laboratorium yang memproses sampel pasien atau unggas terjangkit

d)

Pengunjung peternakan atau pemprosesan unggas (1 minggu terakhir)

e)

Pernah kontak dengan unggas (ayam,itik,burung) sakit atau mati mendadak yang belum diketahui penyebabnya dan atau babi serta produk mentahnya dalam 7 hari terakhir

Pernah kontak dengan penderita AI konfirmasi dalam 7 hari terakhir.

2.1.8. Diagnosis Flu Burung 2.1.8.1 Diagnosis pada unggas

Diagnosis harus dipastikan dengan isolasi dan identifikasi virus penyebab penyakitnya. Isolasi virus memakai Gold strandard dari OIE (Office International des


(26)

sakit atau mati. Dilakukan pada SPF (spesific phatogen free) embrio anak ayam umur 4 – 11 hari hingga embrio mati dalam 48 – 72 jam. Identifikasi virus dan penentuan subtipe HA (hemaglutinin) dan NA (neuroaminidase) dengan beberapa cara yaitu Antigen capture ELISA tes yang ada beberapa macam, dan PCR Genetic sequencing. Selain itu, gejala klinis dan patologis yang patut dicurigai adalah bila ada bengkak wajah, cyanosis pial dan petechiae di mukosa dan kulit. Masa inkubasinya 3 – 7 hari, dengan kematian terjadi 2 jam sampai beberapa minggu (Rahardjo, 2004).

2.1.8.2 Diagnosis pada manusia

Diagnostik (Leonard, dkk, 2006)

1.

a. Uji konfirmasi :

2.

Kultur dan identifikasi virus H5N1

3.

Uji Real Time Nested PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk H5

a)

Uji serologi

b)

Immunofluorescence (IFA) test : ditemukan antigen positif dengan menggunakan antibodi monoclonal Influenza A H5N1

c)

Uji netralisasi : didapatkan kenaikan titer antibodi spesifik influenza A H5N1 sebanyak 4 kali dalam paired serum dengan uji netralisasi.

uji penapisan : a)Rapid test untuk mendeteksi Influenza A b)HI test dengan darah kuda untuk mendeteksi H5N1 c)Enzyme Immunoassay (ELISA) untuk mendeteksi H5N1.

1.

b. Pemeriksaan Lain

2.

Hematologi : Hemoglobin, leuko sit, trombosit, hitung jenis leuko sit, total limfosit. Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni atau limfositosis relatife dan trombositopeni.

3.

Kimia : Albumin/Globulin, SGOT/SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisa Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT/SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan kreatinin kinase, analisa gas darah dapat normal atau abnomal. Kelainan laboratotium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditentukan.

Pemeriksaan radiologik : pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral. Dapat ditemukan gambaran infiltrat di paru yang menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia.


(27)

2.1.9 Definisi Kasus

Departemen Kesehatan RI (2006) membuat kriteria diagnosis Flu burung sebagai berikut :

1) Pasien dalam Observasi

Seseorang yang menderita demam/panas > 38 derajat Celcius disertai satu atu lebih gejala di bawah ini :

b)

a) batuk

c)

sakit tenggorokan

d)

pilek

napas pendek/ sesak nafas (pneumonia) dimana belum jelas ada atau tidaknya kontak dengan unggas sakit/mati mendadak yang belum diketahui penyebabnya.

Pasien masih dalam observasi klinis, epidemiologis dan pemeriksaan laboratorium. 2) Kasus suspek AI H5N1 (Under Investigation atau dalam pengawasan)

Seseorang yang menderita demam/panas > 38 derajat Celcius disertai satu atau lebih gejala di bawah ini :

b)

a) batuk

c)

sakit tenggorokan

d)

pilek

e)

napas pendek/ sesak nafas

pneumonia dan diikuti satu atau lebih keadaan di bawah ini :

1) Pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, atau burung) sakit/ mati mendadak yang

belum diketahui penyebabnya dan produk mentahnya dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas

2) Pernah tinggal di daerah yang terdapat kematian unggas yang tidak biasa dalam 14

hari terakhir sebelum timbul gejala di atas.

3) Pernah kontak dengan penderita AI konfirmasi dalam 7 hari terakhir sebelum timbul

gejala di atas

4) Pernah kontak dengan spesimen AI H5N1 dalam 7 hari terakhir, sebelum timbul

gejala di atas (bekerja di laboratorium untuk AI)

5) Ditemukan leukopeni < 3000/µ l atau mm

6) Ditemukan adanya titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan HI test

menggunakan eritrosit kuda atau ELISA untuk Influenza A tanpa subtipe. Atau


(28)

1.

Kematian akibat Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini :

2.

lekopenia atau limfopenia dengan atau tanpa trombositopenia (trombosit < 150.000) foto toraks menggambarkan pneumonia atipikal atau infiltrat di kedua sisi paru yang makin meluas pada serial

3) Kasus Probable AI H5N1

a.

Kriteria kasus suspek ditambah dengan satu atau lebih keadaan dibawah ini:

b.

ditemukan adanya kenaikan titer antibodi minimum 4 kali terhadap H5 dengan pemeriksaan HI test menggunakan eritrosit kuda atau ELISA test

c.

hasil laboratorium terbatas untuk Influenza H5 (dideteksi antibodi spesifik H5 dalam spesimen serum tunggal) menggunakan neutralisasi tes (dikirim ke referensi laboratorium)

dalam waktu singkat menjadi pneumonia berat/gagal nafas/meninggal dan terbukti tidak ada penyebab lain

4) Kasus Konfirmasi Influenza A H5N1

a.

Kasus suspek atau Probable dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini:

b.

kultur positif Influenza A H5N1

c.

PCR positif Influenza A H5N1

d.

Pada Immunoflurescence (IFA) test ditemukan antigen positif dengan menggunakan antibodi monoklonal Influenza A H5N1

Kenaikan titer antibodi spesifik Influenza A H5N1 sebanyak 4 kali dalam paired serum dengan uji netralisasi.

a.

Kriteria Rawat

1)

Suspek flu burung dengan gejala klinis berat yaitu :

2)

sesak napas dengan frekuensi napas > 30 kali/menit

3)

nadi > 100 kali/menit

4)

ada gangguan kesadaran

b.

kondisi umum lemah

c.

suspek dengan leukopeni

d.

suspek dengan gambaran radiologi pneumonia kasus Probabel dan Konfirmasi


(29)

Prinsip penatalaksanaan Avian Influenza adalah : istirahat, peningkatan daya tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotik, perawatan respirasi, anti inflamasi, immunomodulators.

Antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan obatnya adalah :

1. penghambat M2 : a. Amantadin (symadine). b. Rimantidin (flu-madine). Dengan dosis 2x/hari 100 mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5 hari.

2. Penghambat neuraminidase (WHO) : a. Zanamivir (relenza). b. Oseltamivir (tami-flu). Dengan dosis 2 x 75 mg selama 1 minggu (Nainggolan, dkk, 2006).

1.

Departemen Kesehatan RI (2006) dalam pedomannya memberikan petunjuk sebagai berikut:

2.

Pada kasus suspek flu burung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg selama 5 hari, simptomatik dan antibiotik jika ada indikasi.

3.

Pada kasus probabel flu burung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg selama 5 hari, antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman tipikal dan atipikal, dan steroid jika perlu seperti pada kasus pneumonia berat dan ARDS (acute respiratory distress sindrom) sesuai indikasi

Sebagai profilaksis, bagi mereka yang beresiko tinggi digunakan Oseltamivir dengan dosis 75 mg sekali sehari selama lebih dari 7 hari (hingga 6 minggu).

2.1.11 Pencegahan

Secara umum cara pencegahan terkena flu umumnya adalah tetap menjaga daya tahan tubuh, makan makanan seimbang, istirahat teratur dan olahraga teratur. Dan kebiasaan mencuci tangan secara teratur juga perlu dilakukan (Aditama, 2004). Sebenarnya manusia memiliki imunitas terhadap infeksi virus influenza yang beredar, yaitu imunitas lokal/mukosa pada saluran pernafasan yang menghasilkan immunoglobulin A (IgA) dan immunoglobulin M & G (Ig M dan IgG) yang bersifat humoral dan spesifik. Namun karena sifat virus influenza yang selalu mengalami perubahan antigen dan terbentuknya subtipe baru, sehingga imunitas alamiah ini tidak banyak bermanfaat bagi pertahanan tubuh kita terhadap infeksi (Rahardjo, 2004).

Saat ini ada 3 jenis vaksin influenza yang beredar, dengan karakteristik berbeda dalam hal imunogenitas, reaktogenitas dan implikasi kliniknya yaitu (1) Whole virion vaccine (virus utuh), (2) Split virus vaccine (vaksin virus split), (3) Sub unit virus vaccine (vaksin virus sub unit) (Raharjo, 2004).


(30)

WHO (2004) mengeluarkan ”Penuntun Vaksinasi WHO” ”Guidlines for the use of

seasonal influenza vaccine in human at risk of H5N1 infection” pada 30 Januari 2004. Salah

satu vaksin influenza terdiri dari dua tipe virus influenza A dan satu tipe B, dan harus diproduksi sesuai dengan rekomendasi WHO kepada produsen vaksin tentang virus influenza sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sehingga lebih murni, efektif dan memiliki tingkat keamanan yang sangat tinggi.

Selain vaksinasi dilakukan juga Biosekuriti, yang secara garis besar berkaitan dengan lalu lintas unggas dan manusia serta sanitasi lingkungan ternak. Berikut ini adalah beberapa tindakan yang tercakup dalam biosekuriti :

1. Membatasi secara ketat lalu lintas unggas, produk unggas, pakan, kotoran, bulu, dan alas kandang

2. Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan yang keluar masuk lokasi peternakan

3. Peternak dan orang yang hendak masuk peternakan ayam (unggas) harus mengenakan pakaian pelindung seperti masker, kaca mata pelindung (goggle), sarung tangan dan sepatu.

4. Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar atau burung air, tikus, dan hewan lain.

5. Melakukan desinfeksi terhadap semua bahan, sarana, dan prasarana peternakan, termasuk bangunan kandang dengan menggunakan desinfektan yang sudah direkomendasikan seperti asam parasetat, hidroksi peroksida, sediaan ammonium kuartener, formaldehid/ formalin 2 – 5 %, iodoform kompleks (iodine), senyawa fenol, dan natrium /kalium hipoklorit (Atmawinata, 2006).

Pencegahan yang lain adalah dengan Depopulasi. Depopulasi adalah tindakan pemusnahan selektif terhadap unggas yang diindikasikan menderita flu burung dan juga terhadap unggas – unggas yang diindikasikan terjangkit virus flu burung meskipun unggas tersebut masih tampak sehat. Depopulasi ini merupakan tindakan darurat hingga vaksin yang efektif dan handal ditemukan. Pembakaran dan penguburan dilakukan di areal peternakan (Atmawinata, 2006).

Khusus untuk pekerja peternakan dan pemotongan hewan ada beberapa anjuran WHO (2006) yang dapat dilakukan, yaitu :


(31)

1. Semua orang yang kontak dengan binatang yang telah terinfeksi harus sering-sering mencuci tangan dengan sabun. Mereka yang langsung memegang dan membawa binatang yang sakit sebaiknya menggunakan desinfektan untuk membersihkan tangannya.

2. Mereka yang memegang, membunuh dan membawa atau memindahkan unggas yang sakit dan atau mati karena flu burung seharusnya melengkapi diri dengan baju pelindung, sarung tangan karet, masker, kaca mata goggle dan juga sepatu boot.

3. Ruangan kandang perlu selalu dibersihkan dengan prosedur yang baku dan memperhatikan faktor keamanan petugas.

4. Pekerja peternakan, pemotongan dan keluarganya perlu diberi tahu untuk melaporkan ke petugas kesehatan bila mengidap gejala-gejala pernapasan, infeksi mata dan gejala flu lainnya.

5. Dianjurkan juga agar petugas yang dicurigai punya potensi tertular ada dalam pengawasan petugas kesehatan secara ketat. Ada yang menganjurkan pemberian vaksin influenza, penyediaan obat anti virus dan pengamatan perubahan secara serologi pada pekerja ini.

Untuk masyarakat umum, pencegahan terbaik adalah dengan menjaga kesehatan, makan bergizi, istirahat cukup dan menjaga kebersihan seperti membudidayakan kembali kebiasaan mencuci tangan. Mereka yang sedang menderita influenza tentu harus istirahat, minum banyak dan bila keluhan tidak membaik dalam beberapa hari agar segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan terdekat (Aditama, 2004).

Berikut ini disajikan langkah – langkah mencuci tangan secara benar (Noorkasini dan Tamher, 2008) :

1) Lakukan cuci tangan pada tempat yang telah disediakan 2) Buka kran dan pertahankan aliran air lurus dari mulut kran 3) Bungkukkan tubuh sedikit untuk menjauh dari percikan air 4) Basahi kedua tangan sampai sebatas siku

5) Ambil sabun dan usapkan secukupnya dalam genggaman kedua tangan 6) Kembalikan sabun ketempatnya dengan hati-hati

7) Buat busa secukupnya dari sabun yang melekat di tangan yang basah

8) Gosokkan dengan keras ke seluruh permukaan tangan dan jari – jari kurang lebih 10-15 detik.

9) Ratakan ke seluruh tangan dengan memperhatikan bagian bawah kuku dan antara jari 10) Bilas kedua tangan dengan air mengalir


(32)

11) Keringkan tangan dengan kertas tissue atau kain lap yang telah disediakan, setelah itu gunakan lap untuk mematikan keran

12) Buang kertas tissue atau kain lap yang telah terpakai ke tempat yang telah disediakan.

2.2 Tinjauan Tentang Perilaku 2.2.1

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan tau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behavior).

Pengetahuan

Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yakni:

a. Tahu (know)

Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengalaman yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2005).


(33)

2.2.2 Sikap

Merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup.

Menurut Allport (1954) seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), sikap mempunyai tiga komponen pokok, yakni:

a. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

b. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu konsep

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, antara lain :

a. Menerima (receiving)

Mau dan memperhatikan stimulus atau objek yang diberikan.

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Mempunyai tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga tidak. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan respon terhadap suatu objek. Orang lain berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tindakannya. Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku.

2.2.3 Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan :

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.


(34)

b. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatau sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktek tingkat dua.

c. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

d. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.


(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONIL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2.1. Tingkat pengetahuan 3.2. Definisi Operasionil

adalah hasil dari tahu mengenai Flu Burung. Pengetahuan didapat setelah responden mendengar hal-hal yang berhubungan dengan flu burung

3.2.2. Sikap

adalah reaksi atau respon tertutup masyarakat atau responden terhadap Flu Burung

3.2.3. Tindakan pencegahan

adalah perwujudan yang nyata dari sikap responden atau masyarakat terhadap Flu Burung khususnya dalam hal pencegahan.

3.2.4. Flu Burung

adalah penyakit influenza (tipe A) yang terdapat pada unggas dan umumnya tidak menular pada manusia. Namun beberapa tipe diantaranya ternyata dapat menyerang manusia yaitu H5N1. Virus ini menyebabkan pandemi dan masalah global. Penderita yang terinfeksi mengalami gejala klinis yang mirip gejala flu pada umumnya, seperti demam, batuk, sakit otot, sakit tenggorokan, sesak nafas, pengeluaran lendir dari hidung dan sakit kepala.

Pengetahuan

Sikap


(36)

3.3. Cara Pengukuran

Pengukuran dilakukan dengan penyebaran angket. Penyebaran angket adalah pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner

3.4. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner

Pertanyaan yang diajukan sebanyak 20 pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban

a. Jawaban yang benar di beri skor 1

b. Jawaban yang salah diberi skor 0

Skor

a. nilai baik apabila responden mendapat nilai > 50% dari seluruh skor yang ada b. nilai buruk apabila responden mendapat nilai < 50% dari seluruh skor yang ada Kategori

Pengetahuan

Terdiri dari 8 pertanyaan dengan menjawab pertanyaan pilihan berganda. Skor tiap pertanyaan dengan jawaban benar adalah 1 dan pertanyaan dengan jawaban salah adalah 0 sehingga skor tertinggi dari semua pertanyaan pengetahuan adalah 7 dan skor terendah adalah 0. Oleh sebab itu, skor dari setiap tingkat pengetahuan adalah sebagai berikut:

a. baik, apabila skor jawaban responden 4

b. buruk, apabila skor jawaban responden 1-3

Sikap

Terdiri dari 5 pertanyaan dengan memilih jawaban setuju atau tidak setuju. Pertanyaan terdiri dari 3 pertanyaan positif yaitu 9,11,13 serta 2 pertanyaan negative yaitu 10 dan 12. Skor tiap pertanyaan dengan jawaban benar adalah 1 dan pertanyaan dengan jawaban salah adalah 0 sehingga skor tertinggi dari semua pertanyaan sikap adalah 5 dan skor terendah adalah 0. Oleh sebab itu, skor dari setiap tingkat pengetahuan adalah sebagai berikut:

a. baik, apabila skor jawaban responden 3

b. buruk, apabila skor jawaban responden 1-2

Tindakan

Terdiri dari 7 pertanyaan dengan memilih jawaban ya atau tidak. Skor tiap pertanyaan dengan jawaban benar adalah 1 dan pertanyaan dengan jawaban salah adalah 0


(37)

sehingga skor tertinggi dari semua pertanyaan sikap adalah 7 dan skor terendah adalah 0. Oleh sebab itu, skor dari setiap tingkat pengetahuan adalah sebagai berikut:

a. baik, apabila skor jawaban responden 4

b. buruk, apabila skor jawaban responden 1-3

3.5 Skala Pengukuran : ordinal


(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional atau potong lintang, yakni menggambarkan pengetahuan, sikap, dan tindakan serta pencegahan masyarakat terhadap Flu Burung di Kelurahan Batang Terap Perbaungan Sumatera Utara Tahun 2010.

Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Batang Terap Perbaungan, Sumatera Utara Tahun 2010. Penelitian dilaksanakan selama bulan Juni - September 2010.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Kelurahan Batang Terap yang terdata di Kantor Lurah Batang Terap.

4.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling. Sampel yang diambil dari populasi adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Adapun kriteria inklusi adalah sebagai berikut:

a. Kepala keluarga atau pasangannya di Kelurahan Batang Terap Perbaungan,

Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara Tahun 2010.

b. Telah tinggal di Kelurahan Batang Terap minimal selama satu tahun.

Sedangkan kriteria eksklusi yang digunakan adalah responden yang tidak bersedia menandatangani persetujuan setelah penjelasan (informed concern).

Besar Sampel

Besarnya sampel ditentukan dari rumus (Wahyuni, 2007)

n = N.Z2 (N-1) d

1-α/2.p.(1-p) 2


(39)

Keterangan

n = besar sampel minimum

Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu

P = harga proporsi di populasi

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

N = jumlah di populasi

n = 575 x (1,960)2 (575-1) x (0,1)

x 0,5 x (1-0,5) 2

+ (1,960)2 = 83

x 0,5 x (1-0,5)

Setelah dilakukan perhitungan dengan diketahui jumlah populasi pada Kelurahan Padang Bulan adalah berjumlah 575 kepala keluarga maka didapati besar sampel sebanyak 83 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data Primer

Data primer adalah data diperoleh dari kuesioner penelitian yang telah disiapkan dan kemudian disebarkan kepada responden yang terpilih.

4.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner talah diuji validitasnya danreliabilitasnya dengan menggunakan program SPSS. Hasil dari uji validitas dan reliabilitasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4.1

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

Variabel Nomor

Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 2 3 4 5 6

0,812 0,812 0,927 0,812 0,927 0,927

Valid Valid Valid Valid Valid Valid

0,799 Reliabel

Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel


(40)

7 8 0,927 0,927 Valid Valid Reliabel Reliabel

Sikap 9

10 11 12 13 0,912 0,856 0,819 0,958 0,912 Valid Valid Valid Valid Valid

0,825 Reliabel

Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

Tindakan 14

15 16 17 18 19 20 0,832 0,832 0,738 0,809 0,904 0,809 0,832 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

0,797 Reliabel

Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. Tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa. Tahap ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS versi 13.0. Tahap ke empat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.


(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Lokasi

Tanggal 6 Januari 2004 Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Keputusan Nomor 131. 21-26 Tahun 2004 tentang pengangkatan penjabatan Bupati Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki luas wilayah 1.900,22 km persegi, terbagi dalam 17 kecamatan dan 237 desa dan 6 kelurahan termasuk kecamatan Perbaungan, didiami oleh penduduk dari beragam etnik/suku bangsa, agama dan budaya. Dimana suku tersebut antara lain Karo, Melayu, Tapanuli, Simalungun, Jawa dan lain-lain. Sejak terbentuknya pemerintah daerah yang baru, Sei Rampah merupakan Ibukota kabupaten sebagai pusat pemerintahan. Selain kecamatan Sei Rampah, kecamatan Perbaungan juga merupakan pusat perdagangan di Kabupaten Serdang Bedagai.

Kecamatan Perbaungan terletak di kabupaten Sergai (Serdang Bedagai) berada pada

dataran rendah dengan luas wilayah 206,02 km2

• sebelah utara : kecamatan Pantai Cermin

terdiri dari 36 desa, 5 kelurahan, 184 dusun, 269 RW dan 620 RT. Dengan batas-batas sebagai berikut:

• sebelah timur : kecamatan Teluk Mengkudu/Sei Rampah

• sebelah selatan : kecamatan Sei Rampah

• sebelah barat : kabupaten Deli Serdang

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik responden dapat dilihat dengan menggunakan keusioner melalui wawancara yang meliputi kelompok umur ibu, tingkat pendidikan terakhir, dan pekerjaan, serta sumber informasi. Sebaran distribusi hal-hal tersebut berupa frekuensi dan persentase dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.1

Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur Responden di

Kelurahan Batang Terap Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010 Kelompok Umur

Responden


(42)

≤ 20 tahun 21 – 30 tahun

31 – 40 tahun

> 40 tahun

11 21 17 34

13,2 25,3 20,5 41,0

total 83 100,0

Dari tabel di atas, tampak bahwa kelompok umur responden paling banyak adalah kelompok umur diatas 40 tahun yaitu sebanyak 34 orang (41,0 %), sedangkan kelompok umur yang paling sedikit adalah kelompok umur dibawah atau sama dengan 20 tahun yaitu sebanyak 11 orang (13,2 %).

Tabel 5.2

Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di

Kelurahan Batang Terap Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010 Jenis Kelamin

Responden

n (orang) %

Laki-laki Perempuan

32 51

38,6 61,4

Total 83 100,0

Dari tabel di atas, tampak bahwa jenis kelamin responden paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 51 orang (61,4 %).

Tabel 5.3

Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir di

Kelurahan Batang Terap Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010 Pendidikan Terakhir

Responden

n (orang) %

SD SMP SMA/SETARA

Diploma 3 S1

6 7 45 10 15

7,2 8,4 54,2 12,0 18,1


(43)

Dari tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar tingkat pendidikan terakhir responden adalah SMA/SETARA yaitu sebanyak 45 orang (54,2 %), sedangkan yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SD sebanyak 6 orang (7,2 %).

5.1.3 Deskripsi Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan responden tentang flu burung dari jawaban – jawaban yang diberi oleh responden terhadap 8 pertanyaan tentang pengetahuan terhadap flu burung yang terdapat dalam keusioner. Pertanyaan – pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Flu Burung di Kelurahan Batang Terap, Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010

No Pertanyaan Benar Salah Jumlah

n % n % N %

1 Pertanyaan tentang tahu/tidak

terhadap flu burung

72 86,7 11 13,3 83 100

2 Pertanyaan tentang penyebab flu burung

71 85,5 12 14,5 83 100

3 Pertanyaan tentang cara penularan penyakit flu burung

79 95,2 4 4,8 83 100

4 Pertanyaan tentang tahu/tidak gejala yang ditimbulkan penyakit flu pada manusia

64 77,1 19 22,9 83 100

5 Pertanyaan tentang gejala

penyakit flu burung pada manusia

70 84,3 13 15,7 83 100

6 Pertanyaan tentang penyakit flu

burung dapat dicegah atau tidak

77 92,8 6 7,2 83 100

7 Pertanyaan tentang pengobatan

terhadap penyakit flu burung

58 69,9 25 30,1 83 100

8 Pertanyaan tentang cara

pencegahan flu burung, khususnya dengan mencuci tangan


(44)

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah responden yang benar dalam menjawab kuesioner dan paling banyak adalah pertanyaan mengenai cara penularan flu burung (pertanyaan nomor 3) ada 79 orang (95,2%), dan dapat diketahui pula bahwa jumlah responden yang benar dalam menjawab keusioner dan paling sedikit adalah pertanyaan mengenai dapatkah flu burung diobati (pertanyaan nomor 7) ada 58 orang (69,9%).

Berdasarkan jawaban responden tersebut, maka tingkat pengetahuan responden digolongkan baik dan buruk. Sebaran distribusi tingkat pengetahuan tersebut dapat dilihat berupa frekuensi dan persentase dalam tabel berikut :

Tabel 5.5

Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden di

Kelurahan Batang Terap, Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010

Tingkat Pengetahuan n (orang) %

Baik Buruk

75 8

90,4 9,6

Total 83 100

Dari tabel diatas, tampak bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 75 orang (90,4%), sedangkan yang memiliki pengetahuan buruk sebanyak 8 orang (9,6%).

Tingkat pengetahuan responden juga dideskripsikan berdasarkan karakteristik responden yaitu kelompok umur, pendidikan terakhir, dan jenis kelamin. Sebaran distribusinya berupa frekuensi dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.6

Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Batang Terap, Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010

Kelompok Umur

Tingkat Pengetahuan Total %

Baik Buruk

≤ 20 tahun

21 – 30 tahun 31 – 40 tahun

>40 tahun

11 19 16 29

0 2 1 5

11 21 17 34

14,7 25,3 21,3 38,7


(45)

Total 75 8 83 100

Dari tabel diatas, tampak bahwa dari kelompok umur yang dominan yaitu usia di atas 40 tahun terdapat 29 orang yang memiliki tingkat pengetahuan baik, dan 5 orang yang berpengetahuan buruk.

Tabel 5.7

Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Pendidikan Terakhir Responden di Kelurahan Batang Terap, Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010

Pendidikan Terakhir Responden

Tingkat Pengetahuan Total %

Baik Buruk

SD SMP SMA/SETARA D3 S1 4 5 42 10 14 2 2 3 0 1 6 7 45 10 15 5,3 6,7 56,0 13,3 18,7

Total 75 8 83 100

Dari tabel diatas tampak bahwa dari tingkat pendidikan mayoritas responden yaitu SMA/SETARA sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan baik terdapat 42 orang. Sedangkan tingkat pendidikan minoritas responden yaitu SD terdapat 4 orang yang memiliki pengetahuan baik.

Tabel 5.8

Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Jenis kelamin Responden di Kelurahan Batang Terap, Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010

Jenis Kelamin Responden

Tingkat Pengetahuan Total %

Baik Buruk

Laki –laki Perempuan 24 51 8 0 32 51 32,0 68,0


(46)

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari responden perempuan lebih banyak yaitu 51 orang yang memiliki pengetahuan baik, sedangkan responden laki-laki sebanyak 24 orang yang memiliki pengetahuan baik.

5.1.4 Deskripsi Tingkat Sikap

Tingkat sikap responden terhadap flu burung dinilai dari jawaban – jawaban yang diberi oleh responden terhadap 5 pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Pertanyaan – pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.9

Distribusi Frekuensi Sikap Responden Terhadap Flu Burung di Kelurahan Batang Terap, Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010

No Pertanyaan Setuju Tidak Setuju Jumlah

n % n % N %

9 Pertanyaan tentang

infeksi flu burung harus diisolasi

36 43,4 47 56,6 83 100

10 Pertanyaan tentang

hewan yang terinfeksi harus dimusnahkan

72 86,7 11 13,3 83 100

11 Pertanyaan tentang

pencegahan dapat mengurangi faktor resiko penyakit infeksi

73 88,0 10 12,0 83 100

12 Pertanyaan tentang

pencegahan lingkungan sekitar

35 42,2 48 57,8 83 100

13 Pertanyaan tentang flu

burung merupakan penyakit yang mematikan

73 88,0 10 12,0 83 100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah responden yang benar dalam menjawab pertanyaan tentang sikap responden adalah mengenai mencuci tangan sebelum makan dan setelah beraktifitas dapat mencegah resiko terinfeksi flu burung sebanyak 73


(47)

orang dengan pengethuan baik dan mengenai flu burung adalah penyakit yang tidak perlu dikhawatirkan sebanyak 73 orang dengan pengetahuan baik.

Berdasarkan jawaban responden, maka tingkat sikap responden dapat digolongkan baik dan buruk. Sebaran distribusi tingkat sikap tersebut dapat dilihat berupa frekuensi dan persentase dalam tabel berikut:

Tabel 5.10

Distribusi Tingkat Sikap Responden di Kelurahan Batang Terap, Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010

Tingkat Sikap n (orang) %

Baik Buruk

75 8

90,4 9,6

Total 83 100

Dari tabel di atas tampak bahwa mayoritas responden memiliki tingkat sikap baik yaitu sebanyak 75 orang (90,4%), dan yang memiliki tingkat sikap buruk sebanyak 8 orang (9,6%).

Tingkat sikap responden berdasarkan karakteristik responden yaitu kelompok umur, pendidikan terakhir dan jenis kelamin, dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.11

Distribusi Tingkat Sikap Responden Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Batang Terap, Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010

Kelompok Umur

Tingkat Sikap Total %

Baik Buruk

≤ 20 tahun

21 – 30 tahun 31 – 40 tahun

>40 tahun

11 20 15 29

0 1 2 5

11 21 17 34

14,7 26,7 20,0 38,6

Total 75 8 83 100

Dari tabel di atas, tampak bahwa dari kelompok umur yang dominan yaitu usia >40 tahun yang memiliki tingkat sikap baik.


(48)

Tabel 5.12

Distribusi Tingkat Sikap Responden Menurut Pendidikan Terakhir Responden di Kelurahan Batang Terap, Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010

Pendidikan Terakhir Responden

Tingkat Sikap Total %

Baik Buruk

SD SMP SMA/SETARA D3 S1 6 7 41 8 13 0 0 4 2 2 6 7 45 10 15 8,0 9,3 54,7 10,7 17,3

Total 75 8 83 100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari tingkat pendidikan mayoritas responden yaitu SMA/SETARA terdapat 41 orang yang memiliki tingkat sikap baik, dan minoritas dari tingkat pendidikan responden yaitu SD terdapat 6 orang dan 100% memiliki tingkat sikap yang baik.

Tabel 5.13

Distribusi Tingkat Sikap Responden Menurut Jenis kelamin Responden di Kelurahan Batang Terap, Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010

Jenis Kelamin Responden

Tingkat Sikap Total %

Baik Buruk

Laki –laki Perempuan 27 48 5 3 32 51 36,0 64,0

Total 75 8 83 100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari responden perempuan lebih banyak yaitu 48 orang yang memiliki pengetahuan baik, sedangkan responden laki-laki sebanyak 27 orang yang memiliki pengetahuan baik.


(49)

5.1.5 Deskripsi Tingkat Tindakan Pencegahan

Tingkat tindakan responden tentang pencegahan terhadap flu burung dapat dinilai dari jawaban – jawaban yang diberi oleh responden terhadap 7 pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Pertanyaan – pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.14

Distribusi frekuensi Tindakan Pencegahan Responden Terhadap Flu Burung di Kelurahan Batang Terap, Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010

No Pertanyaan Benar Salah Jumlah

n % n % N %

14 Pertanyaan tentang kesediaan masyarakat untuk berobat jika terinfeksi flu burung

75 90,4 8 9,6 83 100

15 Pertanyaan tentang kesediaan masyarakat melaporkan kepada pihak yang berwenang (pak lurah) kasus kematian unggas mati mendadak

66 79,5 17 20,5 83 100

16 Pertanyaan tentang seberapa

sering masyarakat melakukan pencegahan dengan mencuci tangan

49 59,0 34 41,0 83 100

17 Pertanyaan tentang kesediaan masyarakat memberantas unggas yang terinfeksi

64 77,1 19 22,9 83 100

18 Pertanyaan tentang kesediaan

masyarakat dalam hal membeli vaksin jika tersedia dalam hal pencegahan flu burung

74 89,2 9 10,8 83 100

19 Pertanyaan tentang kesediaan

masyarakat langsung berobat kerumah sakit tanpa menunda pengobatan


(50)

20 Pertanyaan tentang pencegahan flu burung di masyarakat

72 86,7 11 13,3 83 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang mayoritas akan berobat ke rumah sakit jika terinfeksi flu burung (pertanyaan 14) adalah sebanyak 75 orang (90,4%) yang tinkat tindakannya baik, sedangkan minoritas responden yang menyatakan frekuensi mencuci tangan sebelum makan dan setelah beraktifitas (pertanyaan 16) sebanyak 49 orang (59,0%) yang tingkat tindakannya baik.

Berdasarkan jawaban responden, maka tingkat tindakan responden dapat digolongkan baik dan buruk. Sebaran distribusi tingkat tindakan tersebut dapat dilihat berupa frekuensi dan persentase dalam tabel berikut:

Tabel 5.15

Distribusi Tingkat Tindakan Responden di Kelurahan Batang Terap, Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010

Tingkat Tindakan n (orang) %

Baik Buruk

81 2

97,6 2,4

Total 83 100

Dari tabel di atas, tampak bahwa mayoritas responden memiliki tingkat tindakan baik sebanyak 81 orang (97,6%).

Tingkat tindakan responden berdasarkan karakteristik responden yaitu kelompok umur, pendidikan terakhir dan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.16

Distribusi Tingkat Tindakan Responden Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Batang Terap, Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010

Kelompok Umur

Tingkat Tindakan Total %

Baik Buruk

≤ 20 tahun

21 – 30 tahun 31 – 40 tahun

>40 tahun

11 21 17 32

0 0 0 2

11 21 17 34

13,6 25,9 21,0 39,5


(51)

Total 81 2 83 100

Dari tabel di atas, tampak bahwa dari kelompok umur yang dominan yaitu usia >40 tahun dengan tingkat tindakan baik sebanyak 32 orang.

Tabel 5.17

Distribusi Tingkat Tindakan Responden Menurut Pendidikan Terakhir Responden di Kelurahan Batang Terap, Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010

Pendidikan Terakhir Responden Tingkat Tindakan Total %

Baik Buruk

SD SMP SMA/SETARA D3 S1 6 6 44 10 15 0 1 1 0 0 6 7 45 10 15 7,4 7,4 54,3 12,3 18,5

Total 81 2 83 100

Berdasarkan tabel diatas, diketahui nahwa tingkat pendidikan mayoritas responden yaitu SMA/SETARA sebagian besar memiliki tingkat tindakan baik sebanyak 44 orang.

Tabel 5.18

Distribusi Tingkat Tindakan Responden Menurut Jenis Kelamin Responden di Kelurahan Batang Terap, Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara 2010

Jenis kelamin Responden Tingkat Tindakan Total %

Baik Buruk

Laki –laki Perempuan 30 51 2 0 32 51 37,0 63,0

Total 81 2 83 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar responden adalah

perempuan sebanyak 51 orang yang tingkat tindakan baik, sedangkan laki-laki sebanyak 30 orang yang tingkat tindakan baik.

5.2 Pembahasan

Setelah melakukan analisa tingkat pengetahuan berdasarkan jawaban responden, maka responden penelitian ini memiliki tingkat pengetahuan baik tentang flu burung. Karakteristik responden menurut kelompok umur paling banyak adalah usia >40 tahun, berdasarkan jenis


(52)

kelamin diketahui bahwa perempuanlah yang paling dominan, dan berdasarkan pendidikan terakhir responden yang paling dominan adalah SMA/SETARA.

Banyak responden salah menjawab pertanyaan pengetahuan pada nomor 7 dan 4, yaitu mengenai akibat yang dapat ditimbulkan penyakit Flu Burung pada manusia dan mengenai pengobatan pada flu burung. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan di Dukuh Menjing, desa Kayuapak Kecamatan Polokarto,Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah pada bulan Juli 2010 oleh Eka Soni, John Master Simarmata, Agus M, dan Bambang, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia, mengenai flu burung dalam kesimpulan dan rekomendasi mereka perlunya dilakukan penyuluhan / promosi kesehatan secara berkala dan terus menerus tentang Waspada Flu Burung terhadap masyarakat mengenai Pencegahan dan Penularan Flu burung.

Berdasarkan tabel 5.4 tampak bahwa pengetahuan responden tentang defenisi, etiologi, transmisi atau cara penularan, dapatkah flu burung dicegah dan pengetahuan tentang mencuci tangan dapat mencegah flu burung sudah cukup baik (80, 0%). Hal ini menunjukkan bahwa responden telah mendapat informasi yang baik tentang hal tersebut, sumber informasi responden berasal dari keluarga/ tetangga, media cetak (surat kabar, majalah, selebaran), media elektronik (televisi, radio, internet), dan media formal (kuliah, seminar, dll). Namun perlu diperhatikan sumber informasi yang disampaikan oleh masyarakat itu benar, oleh karena itu diperlukan sumber informasi yang lebih akurat.

Dari hasil penelitian pada tabel 5.7 diketahui bahwa tidak semua responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA memiliki pengetahuan baik, terdapat 3 orang yang berpengetahuan buruk dan 42 orang yang berpengetahuan baik. Sedangkan yang memiliki pendidikan terakhir D3 dan S1 hanya 1 orang yang berpengetahuan buruk. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003) bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka tingkat pengetahuannya juga semakin baik karena lebih banyak materi dan informasi yang didapat, serta pola pikir yang dibentuk sewaktu belajar dalam pendidikan. Dan dapat dilihat pada penelitian responden perempuan lebih banyak daripada laki-laki, hal ini dikarenakan sebagai kepala keluarga laki-laki jarang berada dirumah dan perempuan atau istrinya sebagai ibu rumah tangga setiap hari akan berada di rumah.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden memiliki sikap baik terhadap flu burung. Dari tabel 5.9 diketahui bahwa hampir 88,0% responden setuju bahwa dengan mencuci tangan akan mengurangi resiko terinfeksi flu burung. Sikap ini merupakan lanjutan dari pengetahuan responden yang cukup baik tentang bahaya flu burung. Hal ini


(1)

68 068 1 1 1 1 1 1 1 7

Baik

69 069 1 1 1 1 1 0 1 6

Baik

70 070 1 1 1 1 1 1 1 7

Baik

71 071 1 1 0 0 1 1 1 5

Baik

72 072 1 1 1 1 1 0 1 6

Baik

73 073 1 1 0 1 1 0 1 5

Baik

74 074 1 0 1 1 1 1 1 6

Baik

75 075 1 1 0 1 1 1 1 6

Baik

76 076 1 0 1 1 1 1 1 6

Baik

77 077 1 1 1 1 1 1 1 7

Baik

78 078 1 0 0 1 1 1 1 5

Baik

79 079 1 1 0 1 1 1 1 6

Baik

80 080 1 1 1 0 1 1 1 6

Baik

81 081 1 1 1 1 1 1 1 7

Baik

82 082 1 1 1 0 1 1 1 6

Baik

83 083 1 1 0 1 1 1 1 6

Baik

Lampiran 13

Statistics

83 83 83 83 83 83 83 83 83

0 0 0 0 0 0 0 0 0

Valid Missing N

p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 total

Master Data

Frequency Table

p1

11 13,3 13,3 13,3

72 86,7 86,7 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

p2

12 14,5 14,5 14,5

71 85,5 85,5 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

p3

4 4,8 4,8 4,8

79 95,2 95,2 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent


(2)

p4

19 22,9 22,9 22,9

64 77,1 77,1 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

p5

13 15,7 15,7 15,7

70 84,3 84,3 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

p6

6 7,2 7,2 7,2

77 92,8 92,8 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

p7

25 30,1 30,1 30,1

58 69,9 69,9 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

p8

5 6,0 6,0 6,0

78 94,0 94,0 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

p9

47 56,6 56,6 56,6

36 43,4 43,4 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

p10

11 13,3 13,3 13,3

72 86,7 86,7 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

p11

10 12,0 12,0 12,0

73 88,0 88,0 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent


(3)

48 57,8 57,8 57,8

35 42,2 42,2 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

p13

10 12,0 12,0 12,0

73 88,0 88,0 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

p14

8 9,6 9,6 9,6

75 90,4 90,4 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

p15

17 20,5 20,5 20,5

66 79,5 79,5 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

p16

34 41,0 41,0 41,0

49 59,0 59,0 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

p17

19 22,9 22,9 22,9

64 77,1 77,1 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

p18

9 10,8 10,8 10,8

74 89,2 89,2 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

p19

13 15,7 15,7 15,7

70 84,3 84,3 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent


(4)

p20

11 13,3 13,3 13,3

72 86,7 86,7 100,0

83 100,0 100,0

0 1 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Distribusi tingkat pengetahuan

Case Processing Summary

83 100,0% 0 ,0% 83 100,0%

umur responden * total pengetahuan

N Percent N Percent N Percent

Valid Mis sing Total

Cases

umur r esponden * total pengetahuan Crosstabulation Count

11 0 11

19 2 21

16 1 17

29 5 34

75 8 83

<=20 21-30 31-40 >41 um ur

res ponden

Total

baik buruk

total pengetahuan

Total

jen is kela min resp ond en * total p eng etah uan Cro ssta bul atio n

Count

24 8 32

51 0 51

75 8 83

lak i-lak i perempuan jenis k elam in

res ponden Total

baik buruk

tot al pengetahuan

Total

pendidikan terakhir * total pengetahuan Crosstabulation Count

4 2 6

5 2 7

42 3 45

10 0 10

14 1 15

75 8 83

SD SMP

SMA/SETARA D3

S1 pendidikan terakhi r

Total

baik buruk

total pengetahuan

Total

Distribusi tingkat sikap

Case Processing Summary

83 100,0% 0 ,0% 83 100,0%

umur responden * total s ikap

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total


(5)

Count

11 0 11

20 1 21

15 2 17

29 5 34

75 8 83

<=20 21-30 31-40 >41 um ur

res ponden

Total

baik buruk

total sikap

Total

jen is kela min resp ond en * total sikap Cro ssta bul atio n

Count

27 5 32

48 3 51

75 8 83

lak i-lak i perempuan jenis k elam in

res ponden Total

baik buruk

tot al si kap

Total

pendidikan terakhir * total sikap Crosstabulation Count

6 0 6

7 0 7

41 4 45

8 2 10

13 2 15

75 8 83

SD SMP

SMA/SETARA D3

S1 pendidikan terakhi r

Total

baik buruk

total sikap

Total

Distribusi tingkat tindakan pencegahan

Case Processing Summary

83 100,0% 0 ,0% 83 100,0%

um ur responden * total tindakan

N Percent N Percent N Percent

Valid Mi ssing Total

Cases

umur r esponde n * total tinda kan Cros stabulation Co unt

11 0 11

21 0 21

17 0 17

32 2 34

81 2 83

<=20 21 -30 31 -40 >4 1 um ur

res pon den

To tal

ba ik bu ruk

total tin daka n

To tal

je n is k e la min re sp ond e n * tota l ti nda ka n Cro ssta bula tion

Co unt

30 2 32

51 0 51

81 2 83

lak i-lak i pe remp uan jen is k elam in

res pon den To tal

ba ik bu ruk

tot al tin dak an


(6)

pendidikan terakhir * total tindakan Crosstabulation Count

6 0 6

6 1 7

44 1 45

10 0 10

15 0 15

81 2 83

SD SMP

SMA/SETARA D3

S1 pendidikan terakhi r

Total

baik buruk

total tindakan