Fungsi Keanggotaan Bilangan Bilangan Himpunan Penyokong Nilai Ambang Alfa-Cut Operasi-operasi pada Himpunan

Misalkan diketahui klasifikasi sebagai berikut: MUDA umur 35 tahun SETENGAH BAYA 35 ≤ umur ≤ 55 tahun TUA umur 55 tahun Dengan menggunakan pendekatan crisp , amatlah tidak adil untuk menetapkan nilai SETENGAH BAYA. Pendekatan ini bisa saja dilakukan untuk hal-hal yang bersifat diskontinu. Misalkan umur klasifikasi 55 tahun dan 56 tahun sangat jauh berbeda, umur 55 tahun termasuk SETENGAH BAYA, sedangkan umur 56 tahun sudah termasuk TUA. Demikian pula untuk kategori TUA dan MUDA. Dengan demikian pendekatan crisp ini sangat tidak cocok untuk diterapkan pada hal-hal yang bersifat kontinu, seperti umur. Selain itu, untuk menunjukkan suatu unsur pasti termasuk SETENGAH BAYA atau tidak, dan menunjukkan suatu nilai kebenaran 0 atau 1, dapat digunakan nilai pecahan, dan menunjuk 1 atau nilai yang dekat dengan 1 untuk umur 45 tahun, kemudian perlahan menurun menuju ke 0 untuk umur dibawah 35 tahun dan diatas 55 tahun. Terkadang kemiripan antara keanggotaan fuzzy dengan probabilitas menimbulkan kerancuan. Keduanya memiliki interval [0, 1], namun interpretasi nilainya sangat berbeda. Keanggotaan fuzzy memberikan suatu ukuran terhadap pendapat atau keputusan, sedangkan probabilitas mengindikasikan proporsi terhadap keseringan suatu hasil bernilai besar dalam jangka panjang. Kusumadewi, 2004

2.2.1 Fungsi Keanggotaan

Fungsi keanggotaan membership function adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya sering juga disebut dengan derajat keanggotaan yang memiliki interval antara 0 sampai 1. Atau dapat dinotasikan sebagai berikut : Untuk x maka µ A x adalah derajat keanggotaan x dalam A. Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Bilangan

Fuzzy Triangular Fungsi keanggotaannya adalah sebagai berikut: Berikut akan ditampilkan gambar bilangan fuzzy segitiga Triangular: µ A x 1 a - β a a + β x Gambar 2.2 Bilangan Fuzzy Triangular

2.2.3 Bilangan

Fuzzy Trapezoidal Fungsi keanggotaannya adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Berikut akan ditampilkan gambar bilangan fuzzy trapezoidal: µ A x 1 a – β a b a + β x Gambar 2.3 Bilangan Fuzzy Trapezoidal

2.2.4 Himpunan Penyokong

Support Set Terkadang bagian tidak nol dari suatu himpunan fuzzy ditampilkan dalam domain. Sebagai contoh, domain untuk BERAT adalah 40 kg hingga 60 kg, namun kurva yang ada dimulai dari 42 kg hingga 60 kg. Daerah ini disebut dengan himpunan penyokong support set . Hal ini penting untuk menginterpretasikan dan mengatur daerah fuzzy yang dinamis.

2.2.5 Nilai Ambang Alfa-Cut

Salah satu teknik yang erat hubungannya dengan himpunan penyokong adalah himpunan level- alfa α- cut . Level-alfa ini merupakan nilai ambang batas domain yang didasarkan pada nilai keanggotaan untuk tiap-tiap domain. Himpunan ini berisi semua nilai domain yang merupakan bagian dari himpunan fuzzy dengan nilai keanggota an lebih besar atau sama dengan α. Universitas Sumatera Utara

2.2.6 Operasi-operasi pada Himpunan

Fuzzy Seperti halnya himpunan konvensional, ada beberapa operasi yang didefenisikan secara khusus untuk mengkombinasi dan memodifikasi himpunan fuzzy . Berikut ini ada beberapa operasi logika fuzzy yang didefinisikan oleh Zadeh, yaitu: Interseksi : Union : Komplemen : Karena himpunan fuzzy tidak dapat dibagi dengan tepat seperti halnya dalam himpunan crisp , maka operasi-operasi ini diaplikasikan pada tingkat keanggotaan. Suatu elemen dikatakan menjadi anggota himpunan fuzzy jika: a. Berada pada domain himpunan tersebut. b. Nilai kebenaran keanggotaannya ≥ 0. c. Berada di atas ambang α- cut yang berlaku. Untuk interval [a, b] dan [d, e], maka operasi aritmetik untuk bilangan fuzzy adalah: a. Penjumlahan : [ a, b ] + [ d, e ] = [ a + d, b + e ] b. Perkalian : [ a, b ] . [ d, e ] = [ min ad, ae, bd, be , max ad, ae, bd, be ] c. Pembagian : [ a, b ] [ d, e ] = [ min ad, ae, bd, be , max ad, ae, bd, be ] 2.3 Fuzzy-Analytic Hierarchy Process FAHP Pada dasarnya langkah-langkah dalam Metode fuzzy- AHP adalah hampir sama dengan Metode AHP. Penggunaan AHP dalam problem Multi Criteria Decision Making MCDM sering dikritisi sehubungan dengan kurang mampunya pendekatan ini untuk mengatasi faktor ketidakpresisian yang dialami oleh pengambil keputusan ketika harus memberikan nilai yang pasti dalam pairwise comparison. Untuk menangani ketidakpresisian ini diajukan dengan menggunakan teori fuzzy set . Tidak seperti dalam metode AHP orisinil yang menggunakan skala 1-9 dalam pairwise comparison , fuzzy Universitas Sumatera Utara AHP menggunakan fuzzy numbers . Dengan kata lain fuzzy- AHP adalah metode analisis yang dikembangkan dari Metode AHP orisinil. Dalam pendekatan fuzzy AHP digunakan Triangular Fuzzy Number TFN atau Bilangan Fuzzy Segitiga BFS untuk proses fuzzyfikasi dari matriks perbandingan yang bersifat crisp. Data yang kabur akan dipresentasikan dalam TFN. Setiap fungsi keanggotaan didefenisikan dalam 3 parameter yakni, l, m, dan u, dimana l adalah nilai kemungkinan terendah, m adalah nilai kemungkinan tengah dan u adalah nilai kemungkinan teratas pada interval putusan pengambil keputusan. Nilai l, m, dan u dapat juga ditentukan oleh pengambil keputusan itu sendiri. Tulisan ini mengajukan tiga parameter bilangan fuzzy untuk merepresentasikan skala Saaty 1-9 sesuai dengan tingkat kepentingannya, yakni Alias, 2009: Bilangan kabur segitiga TFN dapat menunjukkan kesubjektifan perbandingan berpasangan atau dapat menunjukkan derajat yang pasti dari kekaburan ketidakpastian. Dalam hal ini variabel linguistik dapat digunakan oleh pengambil keputusan untuk merepresentasikan kekaburan data seandainya ada ketidaknyamanan dengan TFN. TFN dan variabel linguistiknya sesuai dengan skala Saaty ditunjukkan pada tabel berikut Alias, 2009: Universitas Sumatera Utara Tabel 2.5 Tabel Fungsi Keanggotaan Bilangan Fuzzy Defenisi Skala Saaty TFN Equally important sama penting 1 1, 1, 1 Moderately more important sedikit lebih penting 3 2, 3, 4 Strongly more important lebih penting 5 4, 5, 6 Very strongly more important sangat penting 7 6, 7, 8 Extremely more important mutlak lebih penting 9 9, 9, 9 Intermediate Values nilai yang berdekatan 2, 4, 6, 8 1, 2, 3, 3, 4, 5, 5, 6,7 dan 7, 8, 9 Untuk melakukan prioritas lokal dari matriks fuzzy pairwise comparison sudah banyak metode yang dikembangkan oleh para ahli sebelumnya. Dengan mengkombinasikan prosedur AHP dengan operasi aritmetik untuk bilangan fuzzy , prioritas lokal dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut Febransyah, 2006: Universitas Sumatera Utara Dimana g i = goal set i = 1, 2, 3, …, n = bilangan kabur segitiga j = 1, 2, 3, ... , m Yang memuat persamaan-persamaan berikut: Dan Perhatikan urutan l, m, u , bahwa letak l selalu berada di bagian kiri, m berada di tengah dan u berada di bagian kanan. Dan l m u , sehingga persamaan 3 menjadi: Sehingga persamaan 1 menjadi: Untuk: l = nilai batas bawah kemungkinan terendah m = nilai yang paling menjanjikan kemungkinan tengah u = nilai batas atas kemungkinan teratas Dimana operasi aritmetik untuk bilangan fuzzy dapat dilihat dari persamaan berikut: 1. 2. 6 Universitas Sumatera Utara 3. Sedangkan prioritas global diperoleh dengan mengalikan bobot setiap kriteria w j dengan nilai evaluasi. Persamaan dapat dituliskan sebagai berikut: 7 Dimana v ij adalah prioritas lokal untuk alternatif i relatif terhadap kriteria j . Nilai defuzzyfikasi diperoleh dengan cara defuzzifying terhadap prioritas global. Untuk TFN , nilai defuzzyfikasi nya dapat diperoleh dari persamaan berikut: Dimana: DP i = nilai defuzzyfikasi = bilangan fuzzy segitiga dari prioritas global Nilai defuzzyfikasi dinormalkan dengan membaginya dengan nilai penjumlahan semua nilai defuzzyfikasi .

2.4 Proses Pengembangan Produk