10
Tabel 2 Parameter kisi sampel Kode
Sampel Parameter
Kisi Å Ketepatan
a=b c
a=b c
Kontrol 9,41 6,87 99,86 99,87 10
9,44 6,89 99,81 99,83 20
9,57 7,00 98,38 98,26 30
9,48 6,93 99,34 99,32 40
7,89 5,21 83,72 75,67 50
9,51 6,96 99,02 98,80 Tabel 3
Ukuran kristal sampel βθ
deg rad D nm
25,88 0,178
0,003 45,776
26,04 0,212
0,004 38,447
26,14 0,205
0,004 39,768
26,012 0,136
0,002 59,929
26,199 0,379
0,007 21,513
25,982 0,352
0,006 23,153
Ukuran kristal pada bidang 0 0 2 dihitung
menggunakan persamaan
Scherrer. Pada Tabel 3 memperlihatkan ukuran kristal sampel berkisar antara
21,513 – 59,929 nm. Ukuran kristal
yang diperoleh berbanding terbalik dengan nilai FWHM full width at half
maximum. Berdasarkan hasil per-
hitungan terlihat bahwa sampel dengan porogen lilin 30 memiliki ukuran
kristal yang paling besar.
4.5 Karakterisasi SEM Senyawa Kalsium Fosfat Berpori dengan
Porogen Lilin Lebah Morfologi sampel senyawa
kalsium fosfat dengan porogen lilin lebah dapat dilihat dengan menggunakan
scanning electron microscopy SEM.
Gambar 7a – 7e menunjukkan hasil
SEM dari sampel dengan porogen lilin lebah yang disinterring pada suhu 900
o
C. a
b
c
d
11
Gambar 7 Hasil SEM senyawa kalsium fosfat dengan penambahan
lilin lebah a 10, b 20, c 30, d 40, e 50
Keterangan gambar : : contoh pori mikro pori yang
terdapat di dalam butiran senyawa kalsium fosfat.
: contoh pori makro pori yang terdapat di antara butiran
senyawa kalsium fosfat. Morfologi
sampel senyawa
kalsium fosfat dengan porogen lilin lebah 10 terlihat membentuk butir-
butir senyawa kalsium fosfat dan pori. Ukuran pori makro yang terbentuk rata-
rata mempunyai diameter 1,6β m, sedangkan ukuran pori mikro yang
terbentuk sekitar 0 – 0,5 m. Senyawa
kalsium fosfat dengan porogen lilin lebah 20 Gambar 7b tidak
menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap Gambar 7a. Pori yang
terbentuk hanya di tempat tertentu saja tidak menyebar dengan rata. Ukuran
diameter pori makro yang terbentuk rata-rata sekitar
1,1 m dan pori mikronya berukuran sekitar 0
– 0,5 m. Morfologi senyawa kalsium fosfat
dengan porogen 30 Gambar 7c memperlihatkan bentuk permukaan yang
lebih kasar dan butir-butir senyawa kalsium
fosfat mengelompok
membentuk granula. Ukuran rata-rata pori makro yang terbentuk sekitar 1,2
m dan ukuran pori mikro yang terbentuk berukuran 0
– 0,5 m. Permukaan sampel dengan porogen lilin
lebah 40 membentuk granula dan kasar dengan ukuran rata-rata pori
makro yang terbentuk sekitar 1,14 m,
sedangkan ukuran pori mikro yang terbentuk berukuran sekitar 0
– 0,5 m. Permukaan sampel dengan porogen lilin
lebah 50
Gambar 7e
memperlihatkan pori yang terbentuk lebih banyak. Permukaan sampel terlihat
membentuk bongkahan atau granula dengan ukuran pori yang lebih besar dan
lebih banyak dibandingkan dengan sampel 10, 20, 30, dan 40.
Ukuran rata-rata pori makro yang
terbentuk sekitar 1,74 m dan ukuran rata-rata pori mikro yang terbentuk
sekitar 0,245 m. Semakin banyak
porogen lilin lebah yang ditambahkan maka semakin besar pori yang
terbentuk.
4.6 Karakterisasi FTIR Senyawa Kalsium Fosfat Berpori dengan