2009. Kecamatan Jati Asih, Mustika Jaya, Rawa Lumbu, dan Bekasi Utara mengalami penurunan jumlah penduduk pada tahun 2007 dan meningkat kembali
pada tahun 2009.
4.4 Perekonomian
Kota Bekasi yang dibentuk tahun 1997 sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Bekasi, dimana masing-masing wilayah tersebut memiliki potensi
perekonomian yang berbeda. Awalnya, kedua daerah tersebut memiliki karakteristik perekonomian pada sektor industri. Namun dalam perkembangannya,
Kota Bekasi mengalami perubahan potensi perekonomian menjadi sektor perdagangan dan jasa. Untuk mengetahui perkembangan ekonomi di suatu daerah
diperlukan suatu indikator ekonomi yaitu Produk Domestik Regional Bruto. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Kota Bekasi dari tahun 2003 sampai
2009 adalah 4.5. Dari data PDRB 2009, dua sektor dominan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB Kota Bekasi yaitu sektor
industri pengolahan sebesar 43.39 dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 28.37. Pertumbuhan ekonomi di Kota Bekasi dari berbagai sektor
pada periode 2003 hingga 2009 disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik PDRB berdasarkan Harga Konstan
4.5 Penggunaan Lahan
4.5.1 Kawasan Tidak TerbangunRuang Hijau Kota
Kawasan atau ruang terbuka hijau adalah ruang dalam wilayah kota dalam bentuk areas atau jalur dimana dalam pemanfaatannya lebih bersifat terbuka yang
pada dasarnya tanpa bangunan taman kota, lapangan olahraga, jalur hijau, TPU, pertanian, situ. Pemanfaatan ruang kawasan tidak terbangunruang hijau di Kota
Bekasi ditujukan untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, indah, bersih dan sebagai fasilitas pengaman lingkungan
perkotaaan; serta menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat.
4.5.2 Pusat Pemerintahan Kota Bekasi dan Bangunan Umum
Fungsi utama kawasan pemerintahan adalah sebagai pusat pelayanan pemerintahan kota dengan skala pelayanan kotaregional. Pengembangan kawasan
pusat pelayanan pemerintahan Kota Bekasi sebaiknya dilakukan dalam satu lokasi yang saling berdekatan. Adapun lokasi yang potensial untuk dikembangkan
sebagai kawasan pusat pelayanan pemerintahan Kota Bekasi, adalah di Komplek Kantor Walikota yang ada saat ini di JL. Kartini
– Jl. Juanda dan di Komplek Perkantoran lama di Jl. Ahmad Yani, serta dikawasan lain yang sudah ada
kegiatan pelayanan pemerintahan kota. Keberadaan kompleks perkantoran lama di Jl. Ahmad Yani perlu dibenahi dan ditata kembali revitalisasi untuk
mengoptimalkan ruang yang ada, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pusat perkantoran dinas-dinas pemerintahan Kota Bekasi.
4.5.3 Perdagangan dan Jasa
Secara umum, kegiatan perdagangan dan jasa yang berkembang di Kota Bekasi menempati lokasi di sepanjang jalan utama, baik itu jalan arteri maupun
jalan kolektor. Untuk kegiatan perdagangan dan jasa yang berkembang di pusat kota, umumnya terpusat di sepanjang Jalan Juanda
– Jalan Cut Mutia dan di koridor sepanjang Jalan A. Yani, serta di pusat perdagangan Pondok Gede
dengan skala pelayanan kotaregional.
4.5.4 Industri
Alokasi lahan yang diperuntukkan bagi zona industri adalah di sebelah Utara dan Selatan Kota Bekasi, yang sebagian besar berada di Kecamatan Medan
Satria, Kecamatan Bekasi Utara, Kecamatan Rawalumbu dan di Kecamatan Bantargebang. Lokasi industri yang berada di zona industri ini umumnya tersebar
merata tidak terpusat di satu lokasi. Dengan demikian umumnya keberadaan kegiatan industri bercampur dengan kegiatan lainnya, seperti permukiman atau
perdagangan dan jasa, sehingga apabila tidak ditangani dan dikontrol dengan benar dapat mencemari lingkungan sekitarnya, baik berupa pencemaran suara,
udara bau, ataupun limbah yang dihasilkan.
4.5.5 Permukiman
Tingginya tingkat investasi untuk pengembangan kegiatan permukiman skala besar di wilayah Kota Bekasi, terutama di sebelah Utara dan Selatan, akan
merubah fungsi peruntukan dari kegiatan non terbangun menjadi daerah terbangun. Selain itu, adanya kecenderungan perubahan fungsi kegiatan
permukiman di sepanjang jalan utama menjadi kegiatan bisnis akibat perkembangan dan permintaan pasar menyebabkan pola pengembangan
permukiman di Kota Bekasi diarahkan pada kawasan-kawasan yang sesuai peruntukannya dan diminati oleh investor.
Pola pengembangan kawasan permukiman skala besar di Kota Bekasi sesuai RTRW Kota Bekasi 2000
– 2010 masih dilakukan dengan pola lingkungan hunian berimbang 1:3:6. Pada kenyataannya pola ini seringkali
tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena jenistipe permukiman yang dikembangkan sebagian besar tidak berada dalam satu lokasi kawasan yang sama,
tetapi dilakukan berpencar di beberapa lokasi. Untuk itu di masa mendatang sebaiknya pola pengembangan permukiman lebih diarahkan pada pola
neighborhood unit. Pengembangan permukiman dengan konsep neighborhood unit ini diintegrasikan oleh sistem jaringan transportasi yang memadai, sehingga
membentuk satu kesatuan yang saling terintegrasi dan saling mendukung antar lingkungan permukiman, dan diharapkan para penghuninya dapat saling
bersosialisasi dan berinteraksi satu dengan yang lainnya Bappeda Kota Bekasi, 2009.
4.5.6 Struktur Tata Ruang
Rencana struktur ruang Kota Bekasi disusun untuk mewujudkan keserasian dan keseimbangan pusat-pusat pelayanan serta mengefektifkan kinerja
sistem pusat-pusat tersebut agar dapat berkembang sesuai dengan peran dan fungsinya dalam mendukung perkembangan Kota Bekasi dalam konteks yang
lebih luas. Rencana struktur ruang Kota Bekasi meliputi rencana pengembangan
sistem pusat pelayanan dan rencana sistem jaringan prasarana kota.
Sistem pusat pelayanan yang dikembangkan di Kota Bekasi merupakan sistem hirarki pusat dengan spesialisasi kegiatan tertentu. Konsep ini diterapkan
dengan maksud untuk mempertegas fungsi dan peran masing-masing pusat kegiatan yang saat ini telah berkembang akibat tuntutan posisi Kota Bekasi dalam
konteks regional. Dalam perkembangannya seperti halnya sistem perkotaan di Bodetabek,
sistem perkotaan di Kota Bekasi tidak semuanya memiliki hirarki pelayanan yang sama, tetapi terdapat perbedaan skala pelayanan sehingga sistem pusat pelayanan
Kota Bekasi direncanakan terdiri dari 1 satu Pusat Pelayanan Kota, 4 empat Sub Pusat Pelayanan Kota dan 7 tujuh Pusat Pelayanan Lingkungan. Penetapan
Pusat Pelayanan Kota, yang berada di sebagian wilayah Kecamatan Medan Satria, Bekasi Utara, Bekasi Timur, Rawalumbu, Bekasi Selatan, yang meliputi kawasan
Jalan Sudirman – Juanda - Cut Meutia - Achmad Yani dengan fungsi pusat
pelayanan pemerintahan, kesehatan, pendidikan tinggi, pusat perdagangan, pusat hiburan dan rekreasi. Penetapan sub pusat pelayanan kota, sebagai pusat
pelayanan ekonomi, sosial, dan administrasi yang melayani sub wilayah kota, terdiri atas:
1. Sub-pusat pelayanan kota Pondokgede berada di sekitar Kelurahan
Jatiwaringin mencakup wilayah pelayanan Kelurahan Jati Cempaka, Jatibening Baru, Jatibening, Jatiwaringin, Jatimakmur dengan fungsi
pusat pemerintahan, perdagangan skala grosir dan retail berkelompok, pusat jasa dan pusat pendidikan;
2. Sub-pusat pelayanan kota Bekasi Utara berada di sekitar di Kelurahan
Perwira mencakup wilayah pelayanan Kelurahan Kaliabang Tengah, Harapan Jaya, Perwira, Teluk Pucung, Harapan Baru, Margamulya
dengan fungsi
pusat pemerintahan,
pusat permukiman,
pusat perdagangan;
3. Sub-pusat pelayanan kota Jatisampurna berada di sekitar Kelurahan
Jatikarya mencakup wilayah pelayanan Kelurahan Jatisampurna, Jatirangga, Jatiraden, Jatikarya, Jatiranggon, dengan fungsi pelayanan
utama sebagai pusat permukiman skala besar, pusat perdagangan; 4.
Sub-pusat pelayanan kota Mustikajaya berada di sekitar Kelurahan Pedurenan mencakup wilayah pelayanan Kelurahan Mustikajaya,
Mustikasari, Pedurenan, Cimuning. dengan fungsi pusat pemerintahan, pusat industri dan jasa pergudangan, pusat permukiman skala besar, pusat
prasarana persampahan TPPAS Bantargebang, dengan penyediaan pembangunan “buffer zone” yang dapat berupa taman kota, tempat
pemakaman umum, dan lain-lain.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN