Kecamatan Bekasi Timur sebesar 4,55 ha. Umumnya perubahan RTH menjadi lahan kosong terjadi pada jalur hijau.
5.3 Penyimpangan Pemanfaatan Ruang di Kota Bekasi
Analisis inkonsistensi pemanfaatan ruang terhadap RTRW dilakukan untuk mengetahui apakah pemanfaatan ruang yang telah dilakukan sudah sesuai
dengan RTRW yang telah disusun sebagai dasar atau pedoman pelaksanaan pemanfaatan ruang. Analisis inkonsistensi dilakukan dengan mengoverlaykan peta
RTRW Kota Bekasi Gambar 24 dengan peta penggunaan lahan tahun 2003 dan 2010. Hasil overlay tersebut menghasilkan peta inkonsistensi pemanfaatan ruang
Kota Bekasi Tahun 2003 Gambar 25 dan Tahun 2010 Gambar 26. Bentuk realisasi dari Rencana Tata Ruang Wilayah adalah pemanfaatan ruang yang terjadi
di suatu wilayah.
Gambar 24 . Peta RTRW Kota Bekasi Periode 2000-2010 Gambar 24 menunjukkan sebaran spasial alokasi RTRW 2000-2010 Kota
Bekasi. Alokasi RTRW lebih mengarah pada penggunaan lahan terbangun, antara lain alokasi untuk pemerintahan dan bangunan umum, pendidikan, perdagangan
dan jasa, perumahan kepadatan rendah, perumahan kepadatan sedang, perumahan
kepadatan rendah. Alokasi untuk lahan terbangun menyebar di seluruh kecamatan. Alokasi untuk industri terletak di bagian Utara yaitu di Kecamatan Medan Satria.
Sementara itu alokasi untuk pertanian terletak di Kecamatan Bantar Gebang. Luas alokasi rencana tata ruang Kota Bekasi tahun 2000-2010 disajikan pada Tabel 17
dan proporsi total inkonsistensi Kota Bekasi Tahun 2003 dan 2010 disajikan pada Tabel 18.
Alokasi RTRW Kota Bekasi terbesar adalah alokasi untuk kawasan permukiman, yaitu perumahan kepadatan rendah sebesar 710,24 ha, perumahan
kepadatan sedang sebesar 9.195,72 ha, dan perumahan kepadatan tinggi sebesar 7.162,46 ha. Dampak dari proses suburbanisasi pada Kota Bekasi, mengharuskan
pemerintah Kota Bekasi membuat alokasi khusus untuk kawasan permukiman. Tabel 17. Alokasi Rencana Tata Ruang Kota Bekasi Tahun 2000-2010
Alokasi RTRW Luas ha
Industri 1.369,73
Pemerintahan dan Bangunan Umum 81,93
Pendidikan 18,47
Perdagangan dan Jasa 1.744,16
Pertanian 775,55
Perumahan Kepadatan Rendah 710,24
Perumahan Kepadatan Sedang 9.195,72
Perumahan Kepadatan Tinggi 7.162,46
Rekreasi Olah Raga 26,82
Sempadan Sungai 289,.32
Situ 5,39
Stasiun Kereta 3,97
T P A Sampah 13,38
T P U 13,80
Taman Hutan Kota 193,97
Hasil analisis inkonsistensi pemanfaatan ruang tahun 2003 terhadap RTRW periode 2000-2010, menunjukkan proporsi persentase jenis inkonsistensi
terbesar terhadap luas peruntukan terjadi pada jenis peruntukan tamanhutan kota menjadi ruang terbangun, lahan kosong, dan lahan pertanian, yaitu sebesar
40,88 79,31 ha dari luas peruntukan sebesar 193,97 ha. Kemudian diikuti dengan jenis peruntukan rekreasiolahraga menjadi ruang terbangun sebesar
23,27 6,24 ha dari luas peruntukan sebesar 26,82 ha, jenis peruntukan pertanian menjadi ruang terbangun sebesar 22,29 172,88 ha dari luas
peruntukan sebesar 775,55 ha. Luas inkonsistensi paling besar terdapat pada Kecamatan Bantar Gebang yaitu sebesar 197,29 ha atau 4,31 dari luas wilayah
Kecamatan Bantar Gebang. Tabel 18. Luas dan Proporsi Total Inkonsistensi Kota Bekasi Tahun 2003 dan
2010
Jenis Inkonsistensi Pemanfaatan Ruang Kota Bekasi
Tahun 2003 Tahun 2010
Peruntukan RTRW Kondisi Eksisting
ha ha
Pertanian Ruang Terbangun
172.28 0.797
227.03 1.051
Sempadan Sungai Ruang Terbangun
43.53 0.200
58.82 0.272
TamanHutan Kota Ruang Terbangun
53.11 0.246
59.90 0.277
Taman Hutan Kota Lahan Kosong
17.73 0.082
8.68 0.040
Taman Hutan Kota Pertanian
8.46 0.039
16.74 0.077
RekreasiOlahraga Ruang Terbangun
6.24 0.029
6.24 0.029
Jumlah 301.35
1.393 377,41
1.746
Pada tahun 2010, proporsi persentase jenis inkonsistensi terbesar terhadap luas peruntukkan terjadi pada jenis peruntukan tamanhutan kota menjadi ruang
terbangun, lahan kosong, dan lahan pertanian, yaitu meningkat menjadi 43,98 85,32 ha dari luas peruntukan sebesar 193,97 ha, diikuti dengan jenis peruntukan
pertanian menjadi ruang terbangun meningkat menjadi 29,27 227,03 ha dari luas peruntukkan sebesar 775,55 ha. Jenis peruntukan rekreasiolahraga menjadi
ruang terbangun tidak mengalami perubahan yaitu tetap sebesar 23,27 6,24 ha dari luas peruntukan sebesar 26,82 ha. Total luas inkonsistensi paling besar
terdapat pada Kecamatan Mustika Jaya yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Bantar Gebang yaitu sebesar 145, 92 ha atau 5,66 dari total luas
wilayah Kecamatan Mustika Jaya 2577,12 ha. Besarnya inkonsistensi pemanfaatan ruang pada Kecamatan Bantar
Gebang pada tahun 2003 dan Kecamatan Mustika Jaya pada tahun 2010 yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Bantar Gebang, dikarenakan luas
penggunaan lahan di Kecamatan ini masih didominasi oleh penggunaan lahan non terbangun atau penggunaan lahan yang memiliki nilai land rent yang rendah. Hal
ini memacu masyarakat untuk melakukan konversi lahan menjadi penggunaan
lahan yang memiliki nilai land rent lebih tinggi. Jarak kecamatan yang jauh dari pusat kota juga menyebabkan rendahnya pengawasan aparat terhadap segala
bentuk penyimpangan pemanfaatan ruang Listiawan, 2010.
Gambar 25. Peta Inkonsistensi Pemanfaatan Ruang Kota Bekasi Tahun 2003
Gambar 26. Peta Inkonsistensi Pemanfaatan Ruang Kota Bekasi Tahun 2010
5.4 Tingkat Perkembangan Wilayah di Kota Bekasi