Penentuan bobot Risiko untuk pemilihan risiko pada rantai pasok buah manggis

Lampiran 5 Hasil gabungan penilaian pakar untuk analisis penentuan sumber risiko rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan 1. Bobot tujuan rantai pasok j A B C D E F G i A 1,0 1,0 1,0 0,3 1,0 1,0 1,0 B 1,0 1,0 1,0 0,3 0,3 1,0 C 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 D 1,0 1,0 3,0 3,0 E 1,0 1,0 3,0 F 1,0 3,0 G 1,0 Keterangan: A. Meningkatkan nilai tambah produk B. Meningkatkan akses pasar C. Meningkatkan efisiensi operasional D. Membangun kekuatan finansial E. Meningkatkan akses informasi F. Menurunkan risiko G. Kemitraan yang berkelanjutan 2. Bobot sumber risiko pada tujuan meningkatkan nilai tambah j A B C D E i A 1,0 0,3 0,2 0,3 1,0 B 1,0 1,0 1,0 0,2 C 1,0 1,0 0,2 D 1,0 1,0 E 1,0 3. Bobot sumber risiko pada tujuan meningkatkan akses pasar j A B C D E i A 1,0 1,0 1,0 0,3 1,0 B 1,0 1,0 0,3 1,0 C 1,0 0,3 1,0 D 1,0 1,0 E 1,0 Lampiran 5 lanjutan 4. Bobot sumber risiko pada tujuan meningkatkan efisiensi operasional j A B C D E i A 1,0 1,0 1,0 1,0 0,3 B 1,0 1,0 1,0 1,0 C 1,0 0,3 1,0 D 1,0 1,0 E 1,0 5. Bobot sumber risiko pada tujuan membangun kekuatan finansial j A B C D E i A 1,0 0,2 0,3 0,2 0,2 B 1,0 1,0 1,0 0,2 C 1,0 1,0 0,3 D 1,0 1,0 E 1,0 6. Bobot sumber risiko pada tujuan meningkatkan akses informasi j A B C D E i A 1,0 0,2 0,3 0,2 1,0 B 1,0 1,0 1,0 1,0 C 1,0 1,0 1,0 D 1,0 1,0 E 1,0 7. Bobot sumber risiko pada tujuan menurunkan risiko j A B C D E i A 1,0 1,0 1,0 0,3 1,0 B 1,0 1,0 1,0 1,0 C 1,0 0,3 1,0 D 1,0 0,3 E 1,0 Lampiran 5 lanjutan 8. Bobot sumber risiko pada tujuan kemitraan yang berkelanjutan j A B C D E i A 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 B 1,0 1,0 1,0 0,3 C 1,0 1,0 0,3 D 1,0 1,0 E 1,0 Keterangan untuk seluruh bobot atribut kinerja nomer 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8: A. Produksi B. Pasar C. Kelembagaan D. Sumberdaya manusia E. Finansial 9. Bobot risiko yang berpotensial pada sumber risiko produksi j A B i A 1,0 1,0 C 1,0 Keterangan: A. Ketidakpastian kualitas buah manggis B. Ketidakpastian kuantitas buah manggis 10. Bobot risiko yang berpotensial pada sumber risiko pasar j A B i A 1,0 3,0 B 1,0 Keterangan: A. Ketidakpastian harga buah manggis B. Ketidakpastian permintaan buah manggis Lampiran 5 lanjutan 11. Bobot risiko yang berpotensial pada sumber risiko kelembagaan j A B i A 1,0 1,0 C 1,0 Keterangan: A. Kebijakan pemerintah B. Kemitraan bisnis 12. Bobot risiko yang berpotensial pada sumber risiko sumberdaya manusia j A B i A 1,0 3,0 C 1,0 Keterangan: A. Pengetahuan dan keterampilan para pelaku yang bervariasi B. Kesejahteraan para pelaku 13. Bobot risiko yang berpotensial pada sumber risiko finansial j A B i A 1,0 1,0 C 1,0 Keterangan: A. Fluktuasi nilai tukar uang B. Ketidakpastian pengembalian modal Lampiran 6. Kuesioner penentuan kebutuhan rantai pasok DESKRIPSI PENELITIAN a. Penggalian data dari narasumber ahli pada penelitian ini akan digunakan sebagai masukan atau sumberdata untuk keperluan penentuan kebutuhan rantai pasok buah manggis. b. Hasil penentuan adalah kebutuhan rantai pasok buah manggis. Kebutuhan rantai pasok buah manggis yang diajukan pada kuesioner ini merupakan hasil penelitian sebelumnya dan hasil pendapat narasumber ahli c. Metode yang digunakan untuk mengolah data hasil penggalian adalah ISM Intepretative Structural Modeling untuk menganalisis kontribusi antar kebutuhan dalam rantai pasok manggis. PENGISIAN MATRIKS KEBUTUHAN RANTAI PASOK BUAH MANGGIS a. Narasumber ahli diminta untuk memberikan penilaian hubungan antar kebutuhan yang mendukung terpenuhinya kebutuhan lain dalam rantai pasok buah manggis. b. Nilai tingkat hubungan diberikan dalam bentuk variabel linguistik yang diwakili dengan nilai seperti yang ditunjukkan pada Tabel berikut ini. Untuk menilai kebutuhan rantai pasok buah manggis di Indonesia, terdapat 6 enam tujuan yang dipertimbangkan, yaitu: 1. Kualitas dan standar produk terjamin 2. Kualitas bahan baku terjamin 3. Sumber daya manusia yang berkualitas 4. Ketersediaan modal 5. Ketersediaan teknologi 6. Peningkatan pendapatan anggota rantai pasok Kolom Kiri Beri Tanda V jika kebutuhan di kolom kiri mendukung keterlibatan kebutuhan di kolom kanan, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda A jika kebutuhan di kolom kanan mendukung keterlibatan kebutuhan di kolom kiri, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda X jika kebutuhan di kolom kanan dan kebutuhan di kolom kiri saling mendukung keterlibatannya Beri Tanda O jika tidak ada hubungan antara kebutuhan di kolom kanan dengan kebutuhan di kolom kiri Kolom Kanan Kualitas dan standar produk terjamin Kualitas bahan baku terjamin Kualitas dan standar produk terjamin Sumber daya manusia yang berkualitas Kualitas dan standar produk terjamin Ketersediaan modal Kualitas dan standar produk terjamin Ketersediaan teknologi Kualitas dan standar produk terjamin Peningkatan pendapatan anggota rantai pasok Kualitas bahan baku terjamin Sumber daya manusia yang berkualitas Kualitas bahan baku terjamin Ketersediaan modal Kualitas bahan baku terjamin Ketersediaan teknologi Lampiran 6 lanjutan Instrumen Penelitian Penentuan Kebutuhan Rantai Pasok Buah Manggis Kolom Kiri Beri Tanda V jika kebutuhan di kolom kiri mendukung keterlibatan kebutuhan di kolom kanan, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda A jika kebutuhan di kolom kanan mendukung keterlibatan kebutuhan di kolom kiri, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda X jika kebutuhan di kolom kanan dan kebutuhan di kolom kiri saling mendukung keterlibatannya Beri Tanda O jika tidak ada hubungan antara kebutuhan di kolom kanan dengan kebutuhan di kolom kiri Kolom Kanan Kualitas bahan baku terjamin Peningkatan pendapatan anggota rantai pasok Sumberdaya manusia yang berkualitas Ketersediaan modal Sumberdaya manusia yang berkualitas Ketersediaan teknologi Sumberdaya manusia yang berkualitas Peningkatan pendapatan anggota rantai pasok Ketersediaan modal Ketersediaan teknologi Ketersediaan modal Peningkatan pendapatan anggota rantai pasok Ketersediaan teknologi Peningkatan pendapatan anggota rantai pasok Lampiran 7 Kuesioner kendala keberlanjutan rantai pasok DESKRIPSI PENELITIAN a. Penggalian data dari narasumber ahli pada penelitian ini akan digunakan sebagai masukan atau sumberdata untuk keperluan penentuan kendala keberlanjutan rantai pasok buah manggis b. Hasil penentuan adalah kendala keberlanjutan rantai pasok buah manggis. Kendala keberlanjuta rantai pasok buah manggis yang diajukan pada kuesioner ini merupakan hasil penelitian sebelumnya. c. Metode yang digunakan untuk mengolah data hasil penggalian adalah ISM Intepretative Structural Modeling untuk menganalisis keterlibatan antar kendala keberlanjutan rantai pasok buah manggis PENGISIAN MATRIKS KETERLIBATAN LEMBAGA PADA RANTAI PASOK BUAH MANGGIS a. Narasumber ahli diminta untuk memberikan penilaian hubungan antar kendala yang menyebabkan timbulnya kendala lain dalam keberlanjutan rantai pasok buah manggis. b. Nilai tingkat hubungan diberikan dalam bentuk variabel linguistik yang diwakili dengan nilai seperti yang ditunjukkan pada Tabel berikut ini. Untuk menilai kendala dalam keberlanjutan rantai pasok buah manggis di Indonesia, terdapat 13 tiga belas kendala yang dipertimbangkan, yaitu: 1. Ketidakpercayaan dengan mitra 2. Ketidakcocokan karakter dan etika dalam bekerja sama 3. Ketidakcocokan dalam mengembangkan bisnis 4. Ketidaksamaan minat dan tujuan 5. Arah kerjasama yang tidak konsisten 6. Informasi tidak terbuka 7. Ketidakadilan dalam menanggung resiko 8. Ketidakadilan dalam pendistribusian manfaat dan keuntungan 9. Sumberdaya dengan mitra tidak saling mendukung 10. Tidak terdapat kesepakatan kerjasama dalam waktu lama 11. Ketentuan – ketentuan yang telah disepakati tidak dipenuhi 12. Aturan, kebijakan, dan ukuran kinerja yang dipakai tidak saling mendukung Kolom Kiri Beri Tanda V jika kendala di kolom kiri mendukung keterlibatan kendala di kolom kanan, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda A jika kendala di kolom kanan mendukung keterlibatan kendala di kolom kiri, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda X jika kendala di kolom kanan dan kendala di kolom kiri saling mendukung keterlibatannya Beri Tanda O jika tidak ada hubungan antara kendala di kolom kanan dengan kendala di kolom kiri Kolom Kanan Ketidakpercayaan dengan mitra Ketidakcocokan karakter dan etika dalam bekerja sama Ketidakpercayaan dengan mitra Ketidakcocokan dalam mengembangkan bisnis Ketidakpercayaan dengan mitra Ketidaksamaan minat dan tujuan Ketidakpercayaan dengan mitra Arah kerjasama yang tidak konsisten Ketidakpercayaan dengan mitra Informasi tidak terbuka Ketidakpercayaan dengan mitra Ketidakadilan dalam menanggung resiko Ketidakpercayaan dengan mitra Ketidakadilan dalam pendistribusian manfaat dan keuntungan Ketidakpercayaan dengan mitra Sumberdaya dengan mitra tidak saling mendukung Ketidakpercayaan dengan mitra Tidak terdapat kesepakatan kerjasama dalam waktu lama Ketidakpercayaan dengan mitra Ketentuan – ketentuan yang Instrumen Penelitian Penentuan Kendala dalam keberlanjutan Rantai Pasok Buah Manggis Kolom Kiri Beri Tanda V jika kendala di kolom kiri mendukung keterlibatan kendala di kolom kanan, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda A jika kendala di kolom kanan mendukung keterlibatan kendala di kolom kiri, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda X jika kendala di kolom kanan dan kendala di kolom kiri saling mendukung keterlibatannya Beri Tanda O jika tidak ada hubungan antara kendala di kolom kanan dengan kendala di kolom kiri Kolom Kanan telah disepakati tidak dipenuhi Ketidakpercayaan dengan mitra Aturan, kebijakan, dan ukuran kinerja yang dipakai tidak saling mendukung Ketidakcocokan karakter dan etika dalam bekerja sama Ketidakcocokan dalam mengembangkan bisnis Ketidakcocokan karakter dan etika dalam bekerja sama Ketidaksamaan minat dan tujuan Ketidakcocokan karakter dan etika dalam bekerja sama Arah kerjasama yang tidak konsisten Ketidakcocokan karakter dan etika dalam bekerja sama Informasi tidak terbuka Ketidakcocokan karakter dan etika dalam bekerja sama Ketidakadilan dalam menanggung resiko Ketidakcocokan karakter dan etika dalam bekerja sama Ketidakadilan dalam pendistribusian manfaat dan keuntungan Ketidakcocokan karakter dan etika dalam bekerja sama Sumberdaya dengan mitra tidak saling mendukung Kolom Kiri Beri Tanda V jika kendala di kolom kiri mendukung keterlibatan kendala di kolom kanan, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda A jika kendala di kolom kanan mendukung keterlibatan kendala di kolom kiri, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda X jika kendala di kolom kanan dan kendala di kolom kiri saling mendukung keterlibatannya Beri Tanda O jika tidak ada hubungan antara kendala di kolom kanan dengan kendala di kolom kiri Kolom Kanan Ketidakcocokan karakter dan etika dalam bekerja sama Tidak terdapat kesepakatan kerjasama dalam waktu lama Ketidakcocokan karakter dan etika dalam bekerja sama Ketentuan – ketentuan yang telah disepakati tidak dipenuhi Ketidakcocokan karakter dan etika dalam bekerja sama Aturan, kebijakan, dan ukuran kinerja yang dipakai tidak saling mendukung Ketidakcocokan dalam mengembangkan bisnis Ketidaksamaan minat dan tujuan Ketidakcocokan dalam mengembangkan bisnis Arah kerjasama yang tidak konsisten Ketidakcocokan dalam mengembangkan bisnis Informasi tidak terbuka Ketidakcocokan dalam mengembangkan bisnis Ketidakadilan dalam menanggung resiko Ketidakcocokan dalam mengembangkan bisnis Ketidakadilan dalam pendistribusian manfaat dan keuntungan Ketidakcocokan Sumberdaya Instrumen Penelitian Penentuan Kendala dalam keberlanjutan Rantai Pasok Buah Manggis Kolom Kiri Beri Tanda V jika kendala di kolom kiri mendukung keterlibatan kendala di kolom kanan, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda A jika kendala di kolom kanan mendukung keterlibatan kendala di kolom kiri, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda X jika kendala di kolom kanan dan kendala di kolom kiri saling mendukung keterlibatannya Beri Tanda O jika tidak ada hubungan antara kendala di kolom kanan dengan kendala di kolom kiri Kolom Kanan dalam mengembangkan bisnis dengan mitra tidak saling mendukung Ketidakcocokan dalam mengembangkan bisnis Tidak terdapat kesepakatan kerjasama dalam waktu lama Ketidakcocokan dalam mengembangkan bisnis Ketentuan – ketentuan yang telah disepakati tidak dipenuhi Ketidakcocokan dalam mengembangkan bisnis Aturan, kebijakan, dan ukuran kinerja yang dipakai tidak saling mendukung Ketidaksamaan minat dan tujuan Arah kerjasama yang tidak konsisten Ketidaksamaan minat dan tujuan Informasi tidak terbuka Ketidaksamaan minat dan tujuan Ketidakadilan dalam menanggung resiko Ketidaksamaan minat dan tujuan Ketidakadilan dalam pendistribusian manfaat dan keuntungan Ketidaksamaan minat dan tujuan Sumberdaya dengan mitra tidak saling Kolom Kiri Beri Tanda V jika kendala di kolom kiri mendukung keterlibatan kendala di kolom kanan, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda A jika kendala di kolom kanan mendukung keterlibatan kendala di kolom kiri, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda X jika kendala di kolom kanan dan kendala di kolom kiri saling mendukung keterlibatannya Beri Tanda O jika tidak ada hubungan antara kendala di kolom kanan dengan kendala di kolom kiri Kolom Kanan mendukung Ketidaksamaan minat dan tujuan Tidak terdapat kesepakatan kerjasama dalam waktu lama Ketidaksamaan minat dan tujuan Ketentuan – ketentuan yang telah disepakati tidak dipenuhi Ketidaksamaan minat dan tujuan Aturan, kebijakan, dan ukuran kinerja yang dipakai tidak saling mendukung Arah kerjasama yang tidak konsisten Informasi tidak terbuka Arah kerjasama yang tidak konsisten Ketidakadilan dalam menanggung resiko Arah kerjasama yang tidak konsisten Ketidakadilan dalam pendistribusian manfaat dan keuntungan Arah kerjasama yang tidak konsisten Sumberdaya dengan mitra tidak saling mendukung Arah kerjasama yang tidak konsisten Tidak terdapat kesepakatan kerjasama dalam waktu lama Arah kerjasama yang tidak Ketentuan – ketentuan yang Instrumen Penelitian Penentuan Kendala dalam keberlanjutan Rantai Pasok Buah Manggis Kolom Kiri Beri Tanda V jika kendala di kolom kiri mendukung keterlibatan kendala di kolom kanan, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda A jika kendala di kolom kanan mendukung keterlibatan kendala di kolom kiri, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda X jika kendala di kolom kanan dan kendala di kolom kiri saling mendukung keterlibatannya Beri Tanda O jika tidak ada hubungan antara kendala di kolom kanan dengan kendala di kolom kiri Kolom Kanan konsisten telah disepakati tidak dipenuhi Arah kerjasama yang tidak konsisten Aturan, kebijakan, dan ukuran kinerja yang dipakai tidak saling mendukung Informasi tidak terbuka Ketidakadilan dalam menanggung resiko Informasi tidak terbuka Ketidakadilan dalam pendistribusian manfaat dan keuntungan Informasi tidak terbuka Sumberdaya dengan mitra tidak saling mendukung Informasi tidak terbuka Tidak terdapat kesepakatan kerjasama dalam waktu lama Informasi tidak terbuka Ketentuan – ketentuan yang telah disepakati tidak dipenuhi Informasi tidak terbuka Aturan, kebijakan, dan ukuran kinerja yang dipakai tidak saling mendukung Ketidakadilan dalam Ketidakadilan dalam Kolom Kiri Beri Tanda V jika kendala di kolom kiri mendukung keterlibatan kendala di kolom kanan, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda A jika kendala di kolom kanan mendukung keterlibatan kendala di kolom kiri, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda X jika kendala di kolom kanan dan kendala di kolom kiri saling mendukung keterlibatannya Beri Tanda O jika tidak ada hubungan antara kendala di kolom kanan dengan kendala di kolom kiri Kolom Kanan menanggung resiko pendistribusian manfaat dan keuntungan Ketidakadilan dalam menanggung resiko Sumberdaya dengan mitra tidak saling mendukung Ketidakadilan dalam menanggung resiko Tidak terdapat kesepakatan kerjasama dalam waktu lama Ketidakadilan dalam menanggung resiko Ketentuan – ketentuan yang telah disepakati tidak dipenuhi Ketidakadilan dalam menanggung resiko Aturan, kebijakan, dan ukuran kinerja yang dipakai tidak saling mendukung Ketidakadilan dalam pendistribusian manfaat dan keuntungan Sumberdaya dengan mitra tidak saling mendukung Ketidakadilan dalam pendistribusian manfaat dan keuntungan Tidak terdapat kesepakatan kerjasama dalam waktu lama Ketidakadilan dalam pendistribusian manfaat dan Ketentuan – ketentuan yang telah disepakati tidak dipenuhi Instrumen Penelitian Penentuan Kendala dalam keberlanjutan Rantai Pasok Buah Manggis Kolom Kiri Beri Tanda V jika kendala di kolom kiri mendukung keterlibatan kendala di kolom kanan, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda A jika kendala di kolom kanan mendukung keterlibatan kendala di kolom kiri, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda X jika kendala di kolom kanan dan kendala di kolom kiri saling mendukung keterlibatannya Beri Tanda O jika tidak ada hubungan antara kendala di kolom kanan dengan kendala di kolom kiri Kolom Kanan keuntungan Ketidakadilan dalam pendistribusian manfaat dan keuntungan Aturan, kebijakan, dan ukuran kinerja yang dipakai tidak saling mendukung Sumberdaya dengan mitra tidak saling mendukung Tidak terdapat kesepakatan kerjasama dalam waktu lama Sumberdaya dengan mitra tidak saling mendukung Ketentuan – ketentuan yang telah disepakati tidak dipenuhi Sumberdaya dengan mitra tidak saling mendukung Aturan, kebijakan, dan ukuran kinerja yang dipakai tidak saling mendukung Tidak terdapat kesepakatan kerjasama dalam waktu lama Ketentuan – ketentuan yang telah disepakati tidak dipenuhi Tidak terdapat kesepakatan kerjasama dalam waktu lama Aturan, kebijakan, dan ukuran kinerja yang dipakai tidak saling mendukung Ketentuan – ketentuan yang telah disepakati tidak dipenuhi Aturan, kebijakan, dan ukuran kinerja yang dipakai tidak saling mendukung Lampran 8 Kuesioner penentuan struktur kelembagaan rantai pasok DESKRIPSI PENELITIAN a. Penggalian data dari narasumber ahli pada penelitian ini akan digunakan sebagai masukan atau sumberdata untuk keperluan penentuan struktur kelembagaan rantai pasok manggis. b. Hasil penentuan adalah struktur kelembagaan rantai pasok manggis. Sub- elemen kelembagaan pada rantai pasok manggis yang diajukan pada kuesioner ini merupakan hasil penelitian sebelumnya berdasarkan beberapa bentuk rantai pasok buah tropis yang ada. c. Metode yang digunakan untuk mengolah data hasil penggalian adalah ISM Intepretative Structural Modeling untuk menganalisis keterlibatan antar sub- elemen dalam rantai pasok manggis. PENGISIAN MATRIKS KETERLIBATAN LEMBAGA PADA RANTAI PASOK BUAH MANGGIS a. Narasumber ahli diminta untuk memberikan penilaian hubungan antar sub- elemen yang mendukung keterlibatan sub-elemen lain dalam rantai pasok manggis. b. Nilai tingkat hubungan diberikan dalam bentuk variabel linguistik yang diwakili dengan nilai seperti yang ditunjukkan pada Tabel berikut ini. Untuk menilai keterlibatan lembaga dalam rantai pasok buah manggis di Indonesia, terdapat 16 enam belas lembaga yang dipertimbangkan, yaitu: 1. Petani 2. Kelompok tani 3. Pengumpul 4. Industri pengemas pengolah 5. Pedagang pengecer 6. Asosiasi Pelaku Usaha Manggis ASPUMA 7. Eksportir 8. Perusahaan transportasi 9. Pemasok bibit 10. Bank 11. Koperasi 12. Lembaga penelitian universitas 13. LSM fasilitator 14. Pemerintah 15. Investor Instrumen Penelitian Penentuan Struktur Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis Kolom Kiri Beri Tanda V jika lembaga di kolom kiri mendukung keterlibatan lembaga di kolom kanan, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda A jika lembaga di kolom kanan mendukung keterlibatan lembaga di kolom kiri, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda X jika lembaga di kolom kanan dan lembaga di kolom kiri saling mendukung keterlibatannya Beri Tanda O jika tidak ada hubungan antara lembaga di kolom kanan dengan lembaga di kolom kiri Kolom Kanan Petani Kelompok tani Petani Pengumpul Petani Industri pengemas pengolah Petani Pedagang pengecer Petani ASPUMA Petani Eksportir Petani Perusahaan transportasi Petani Pemasok bibit Petani Bank Petani Koperasi Petani Lembaga penelitian universitas Petani LSM fasilitator Petani Pemerintah Petani Investor Kelompok Tani Pengumpul Kelompok Tani Industri pengemas pengolah Kelompok Tani Pedagang pengecer Kelompok Tani ASPUMA Instrumen Penelitian Penentuan Struktur Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis Kolom Kiri Beri Tanda V jika lembaga di kolom kiri mendukung keterlibatan lembaga di kolom kanan, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda A jika lembaga di kolom kanan mendukung keterlibatan lembaga di kolom kiri, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda X jika lembaga di kolom kanan dan lembaga di kolom kiri saling mendukung keterlibatannya Beri Tanda O jika tidak ada hubungan antara lembaga di kolom kanan dengan lembaga di kolom kiri Kolom Kanan Kelompok Tani Eksportir Kelompok Tani Perusahaan transportasi Kelompok Tani Pemasok bibit Kelompok Tani Bank Kelompok Tani Koperasi Kelompok Tani Lembaga penelitian universitas Kelompok Tani LSM fasilitator Kelompok Tani Pemerintah Kelompok Tani Investor Pengumpul Industri pengemas pengolah Pengumpul Pedagang pengecer Pengumpul ASPUMA Pengumpul Eksportir Pengumpul Perusahaan transportasi Pengumpul Pemasok bibit Pengumpul Bank Instrumen Penelitian Penentuan Struktur Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis Kolom Kiri Beri Tanda V jika lembaga di kolom kiri mendukung keterlibatan lembaga di kolom kanan, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda A jika lembaga di kolom kanan mendukung keterlibatan lembaga di kolom kiri, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda X jika lembaga di kolom kanan dan lembaga di kolom kiri saling mendukung keterlibatannya Beri Tanda O jika tidak ada hubungan antara lembaga di kolom kanan dengan lembaga di kolom kiri Kolom Kanan Pengumpul Koperasi Pengumpul Lembaga penelitian universitas Pengumpul LSM fasilitator Pengumpul Pemerintah Pengumpul Investor Industri pengemas pengolah Pedagang pengecer Industri pengemas pengolah ASPUMA Industri pengemas pengolah Eksportir Industri pengemas pengolah Perusahaan transportasi Industri pengemas pengolah Pemasok bibit Industri pengemas pengolah Bank Industri pengemas pengolah Koperasi Industri pengemas pengolah Lembaga penelitian universitas Instrumen Penelitian Penentuan Struktur Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis Kolom Kiri Beri Tanda V jika lembaga di kolom kiri mendukung keterlibatan lembaga di kolom kanan, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda A jika lembaga di kolom kanan mendukung keterlibatan lembaga di kolom kiri, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda X jika lembaga di kolom kanan dan lembaga di kolom kiri saling mendukung keterlibatannya Beri Tanda O jika tidak ada hubungan antara lembaga di kolom kanan dengan lembaga di kolom kiri Kolom Kanan Industri pengemas pengolah LSM fasilitator Industri pengemas pengolah Pemerintah Industri pengemas pengolah Investor Pedagang pengecer ASPUMA Pedagang pengecer Eksportir Pedagang pengecer Perusahaan transportasi Pedagang pengecer Pemasok bibit Pedagang pengecer Bank Pedagang pengecer Koperasi Pedagang pengecer Lembaga penelitian universitas Pedagang pengecer LSM fasilitator Pedagang pengecer Pemerintah Pedagang pengecer Investor ASPUMA Eksportir Instrumen Penelitian Penentuan Struktur Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis Kolom Kiri Beri Tanda V jika lembaga di kolom kiri mendukung keterlibatan lembaga di kolom kanan, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda A jika lembaga di kolom kanan mendukung keterlibatan lembaga di kolom kiri, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda X jika lembaga di kolom kanan dan lembaga di kolom kiri saling mendukung keterlibatannya Beri Tanda O jika tidak ada hubungan antara lembaga di kolom kanan dengan lembaga di kolom kiri Kolom Kanan ASPUMA Perusahaan transportasi ASPUMA Pemasok bibit ASPUMA Bank ASPUMA Koperasi ASPIMA Lembaga penelitian universitas ASPUMA LSM fasilitator ASPUMA Pemerintah ASPUMA Investor Eksportir Perusahaan transportasi Eksportir Pemasok bibit Eksportir Bank Eksportir Koperasi Eksportir Lembaga penelitian universitas Eksportir LSM fasilitator Eksportir Pemerintah Eksportir Investor Perusahaan transportasi Pemasok bibit Perusahaan transportasi Bank Perusahaan transportasi Koperasi Instrumen Penelitian Penentuan Struktur Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis Kolom Kiri Beri Tanda V jika lembaga di kolom kiri mendukung keterlibatan lembaga di kolom kanan, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda A jika lembaga di kolom kanan mendukung keterlibatan lembaga di kolom kiri, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda X jika lembaga di kolom kanan dan lembaga di kolom kiri saling mendukung keterlibatannya Beri Tanda O jika tidak ada hubungan antara lembaga di kolom kanan dengan lembaga di kolom kiri Kolom Kanan Perusahaan transportasi Lembaga penelitian universitas Perusahaan transportasi LSM fasilitator Eksportir Pemerintah Perusahaan transportasi Investor Pemasok bibit Bank Pemasok bibit Koperasi Pemasok bibit Lembaga penelitian universitas Pemasok bibit LSM fasilitator Pemasok bibit Pemerintah Pemasok bibit Investor Bank Koperasi Bank Lembaga penelitian universitas Bank LSM fasilitator Bank Pemerintah Bank Investor Koperasi Lembaga penelitian universitas Instrumen Penelitian Penentuan Struktur Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis Kolom Kiri Beri Tanda V jika lembaga di kolom kiri mendukung keterlibatan lembaga di kolom kanan, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda A jika lembaga di kolom kanan mendukung keterlibatan lembaga di kolom kiri, tetapi tidak sebaliknya Beri Tanda X jika lembaga di kolom kanan dan lembaga di kolom kiri saling mendukung keterlibatannya Beri Tanda O jika tidak ada hubungan antara lembaga di kolom kanan dengan lembaga di kolom kiri Kolom Kanan Koperasi LSM fasilitator Koperasi Pemerintah Koperasi Investor Lembaga penelitian universitas LSM fasilitator Lembaga penelitian universitas Pemerintah Lembaga penelitian universitas Investor LSM fasilitator Pemerintah LSM fasilitator Investor Pemerintah Investor Lampiran 9 Structural Self-Interaction Matrx SSIM awal a. Kebutuhan rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor j 1 2 3 4 5 6 i 1 A A A A V 2 A A V V 3 O O V 4 O V 5 V 6 V Keterangan: Lihat halaman 33 b. Kendala keberlanjutan kemitraan dalam rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor j 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 i 1 X X X V V V V X V V V 2 X X V V V V X V V V 3 X V V V V X V V V 4 V V V V X V V V 5 A A A A A A A 6 X X A V V X 7 X A V V X 8 A V V X 9 V V V 10 X A 11 A 12 V Keterangan: Lihat halaman 33 c. Kelembagaan dalam rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor j 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 i 1 X X X X A A X X A A A A A A 2 X X X A A X X A A A A A A 3 X X A A X X A A A A A A 4 X A A X X A A A A A A 5 A A X X A A A A A A 6 A V V A A A A A A 7 V V X X X X X X 8 X A A A A A A 9 A A A A A A 10 V X X X X 11 A A A A 12 X X X 13 X X 14 X 15 Keterangan: Lihat halaman 33 Lampiran 10 Structural Self-Interaction Matrx SSIM awal pengurangan risiko pada rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor j 1 2 3 4 5 6 i 1 A A X X V 2 X V V V 3 V V V 4 X V 5 V 6 ABSTRACT RETNO ASTUTI. The Development of Supply Chain of Mangosteen in Bogor District, West Java. Supervised by MARIMIN, MACHFUD, ROEDHY POERWANTO, and YANDRA ARKEMAN. Mangosteen Garcinia mangostana L. is the highly demanded fruit for export commodity from Indonesia. The biggest mangosteen production center in Indonesia is West Java Province that includes Bogor District as one of the districts which produce the most of mangosteen production. The activities of mangosteen production in West Java Province have not been efficient enough to compete internationally. In order to have competitive advantages, supply chain management in mangosteen business was initiated in Bogor district in 2007 which integrated processes from receiving raw material to selling finished products. The aims of the research were to analyze the current supply chain of mangosteen in Bogor District, West Java and to arrange the development of the emerging supply chain of mangosteen with considering performance, risk, and value added of the chain. Data and information were collected through in depth interview, participative discussions with experts which represent each member of the chain, and review of literatures. Tools used for this study were Interpretative Structural Modeling, Fuzzy Analytical Hierarchy Process, Supply Chain Operations Reference, and Hayami methods for value added. The results of the study showed that the most important elements of the chain were needof the chain, barrier of partnership sustainability, and institution of the chain. Attention to the relationship between sub-element in each element must be given by managers of the chain so that the supply chain management can prioritize the handling of those elements. Research results also showed that the supply chain which was managed by KBU Al-Ihsan was better than the marketing channel outside the chain in the profit and value added gained by the farmers as well as in the performance. But, exporter which bought mangosteen from the chain which was managed by KBU Al-Ihsan had worse profit and value added comparing to exporter which bought mangosteen from the market channel outside the chain. The developments arrangement was made to make the supply chain of mangosteen in Bogoar District being sustainable. Keywords: supply chain of mangosteen, performance, value added, Interpretative Structural Modeling, Fuzzy Analytical Hierarchy Process, Supply Chain Operations Reference, and Hayami methods for value added. RINGKASAN RETNO ASTUTI. Pengembangan Rantai Pasok Buah Manggis di Kabupaten Bogor, Jawa Barat . Dibimbing oleh MARIMIN MACHFUD, ROEDHY POERWANTO, dan YANDRA ARKEMAN Manggis Garcinia mangostana L. merupakan buah yang diekspor dari Indonesia yang mendominasi ekspor buah Indonesia 37,4. Sentra produksi buah manggis terbesar di Indonesia adalah Jawa Barat dengan Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten penghasil buah manggis yang terbanyak. Kegiatan produksi buah manggis di Jawa Barat tidak cukup efisien untuk bersaing secara internasional. Agar bisnis manggis mempunyai keunggulan bersaing, maka Koperasi Bina Usaha Al-Ihsan KBU Al-Ihsan mengembangkan manajemen rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor pada tahun 2007 dengan mengintegrasikan proses bisnis dari penerimaan bahan baku hingga penjualan buah manggis segar. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis kondisi rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada saat ini serta menyusun pengembangan rantai pasok buah manggis tersebut dengan mempertimbangkan kinerja, risiko, dan nilai tambah. Penelitian ini hanya dibatasi pada rantai pasok buah manggis segar untuk pasar ekspor. Data primer diperoleh secara langsung dari hasil penggalian informasi dari para ahli dan responden penelitian secara terstruktur menggunakan alat bantu berupa kuesioner maupun secara tidak terstruktur melalui wawancara secara mendalam. Responden penelitian meliputi para pemangku kepentingan bisnis buah manggis. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka serta penelusuran data dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Deskripsi rantai pasok yang ada pada saat ini dan penentuan lingkup rantai pasok yang diteliti dilakukan pada langkah awal. Metode yang digunakan pada langkah awal ini adalah deskriptif kualitatif dengan melakukan eksplorasi pada rantai pasok buah manggis yang menjadi objek penelitian. Langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi peran masing-masing pelaku dalam rantai pasok dan analisis elemen kunci struktur rantai pasok yang berperan dalam membentuk rantai pasok buah manggis. Keterkaitan antara sub elemen dalam tiap elemen kunci struktur tersebut dikaji dengan menggunakan Intepretative Structural Modeling ISM. Indikator kinerja kunci dan risiko kemudian diidentifikasi dengan menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process Fuzzy AHP. Dalam pengembangan rantai pasok ini, kinerja rantai pasok diukur menggunakan model Supply Chain Operations Reference SCOR dan nilai tambah juga dianalisis menggunakan metode Hayami. Pengukuran kinerja dan analisis nilai tambah dilakukan pada rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan dan saluran pemasaran buah manggis di luar rantai pasok tersebut.. Nilai efisiensi pada setiap proses pada pengukuran kinerja menunjukkan bahwa rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan mempunyai kinerja yang lebih baik daripada kinerja saluran pemasaran di luar rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan. Nilai efisiensi rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan yang rendah hanya terdapat pada proses SOURCE di tahap ekspor. Nilai tambah dan keuntungan yang diperoleh petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan lebih tinggi dibandingkan nilai tambah dan keuntungan yang diperoleh petani yang bukan anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan. Nilai tambah yang diterima oleh eksportir jika membeli buah manggis hasil panen dari petani pada rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan lebih rendah dibandingkan dengan nilai tambah yang dibeli eksportir dari petani yang bukan anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan. Eksportir menerima persentase nilai tambah yang terbesar dari seluruh nilai tambah yang diperoleh dari usaha buah manggis pada rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan. Walaupun persentase nilai tambah yang diterima oleh petani lebih kecil daripada persentase nilai tambah yang diterima oleh eksportir, biaya yang dikeluarkan oleh petani juga lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh eksportir. Berdasarkan kajian pustaka dan pendapat para ahli, elemen sistem yang penting pada rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan adalah kebutuhan, kendala keberlanjutan, dan lembaga yang terlibat dalam rantai pasok tersebut. Model struktural untuk rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa ketersediaan modal dan ketersediaan teknologi adalah kebutuhan utama rantai pasok ini, sedangkan kendala keberlanjutan kemitraan yang harus diperhatikan adalah ketidakpercayaan dengan mitra, ketidakcocokan karakter dan etika dalam bekerja sama, ketidakcocokan dalam mengembangkan bisnis, ketidaksamaan minat dan tujuan, serta sumber daya mitra yang tidak saling mendukung yang mempunyai daya gerak yang besar untuk menimbulkan kendala keberlanjutan yang lain. Pada elemen lembaga, KBU Al-Ihsan, eksportir, lembaga perbankan keuangan, lembaga penelitian universitas, LSM fasilitator, pemerintah, dan investor merupakan lembaga yang kuat dalam rantai pasok ini. Lembaga yang berperan pada keberlanjutan rantai pasok ini hendaknya dipertimbangkan untuk dilibatkan dalam proses bisnis rantai pasok tersebut. Dukungan finansial masih perlu diperkuat agar proses bisnis manggis dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien. Kinerja kunci untuk mencapai tujuan utama rantai pasok adalah pengelolaan aset dengan indikator kinerja kunci berupa waktu siklus cash to cash, pengembalian aset tetap rantai pasok, dan pengembalian modal. Para ahli juga memberikan penilaian bahwa kelembagaan dan finansial merupakan sumber risiko dengan bobot kepentingan tertinggi yang mungkin muncul pada rantai pasok tersebut. Hubungan bisnis antar mitra merupakan risiko yang potensial dari sumber risiko kelembagaan. Risiko yang potensial dari sumber risiko finansial adalah ketidakpastian pengembalian modal. Koordinasi horisontal dan membangun kepercayaan antar anggota rantai pasok mempunyai daya gerak yang kuat sebagai strategi pengurangan risiko sehingga pengelola rantai pasok harus lebih memberikan perhatian kepada kedua hal tersebut sebagai strategi mengurangi risiko. Agar rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor tetap berkelanjutan, maka disusun beberapa pengembangannya, yaitu meningkatkan jumlah kebun terdaftar, mengembangkan beberapa usaha pada KBU Al-Ihsan untuk meningkatkan nilai tambah yang diperoleh anggota rantai pasok, serta meningkatkan keterlibatan beberapa lembaga yang dapat mendukung penguatan finansial dan kinerja rantai pasok tersebut. Kata kunci : Rantai pasok buah manggis, risiko, kinerja, nilai tambah, ISM, Fuzzy AHP, SCOR , Hayami 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki sumber daya buah tropis yang melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara global dan sangat menjanjikan. Buah tropis adalah komoditas yang sangat penting dan strategis karena jenis komoditas ini merupakan kebutuhan pokok manusia yang setiap saat selalu harus tersedia dalam jumlah yang cukup dengan mutu yang layak, aman dikonsumsi, dan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Produk pangan hortikultura berupa buah tropis sangat berpotensi untuk dikembangkan kualitas dan kuantitasnya. Menurut data FAO 2005, kapasitas produksi sayur dan buah segar sebagian besar berasal dari negara-negara Asia kemudian disusul oleh negara-negara Amerika Latin dan Karibia, Afrika, serta negara-negara lain. Indonesia sebagai negara agraris termasuk 10 negara Asia penyumbang terbesar produksi buah dan sayur dunia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik BPS 2010, produksi buah tropis secara total mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Pertumbuhan ini adalah potensi yang dimiliki Indonesia yang harus ditangani dengan serius sekaligus tantangan untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk hingga sampai ke tangan konsumen. Tabel 1 Produksi beberapa buah di Indonesia ton Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang 2005 64.711 548,657 937.930 925.082 1.412.884 2.214.019 5.177.607 2006 72.634 643.451 861.950 1.427.781 1.621.997 2.565.543 5.037.472 2007 112.722 621.524 805.879 1.395.566 1.818.619 2.625.884 5.454.226 2008 78.674 717.899 862.465 1.433.133 2.105.085 2.467.632 6.004.615 2009 105.558 772.844 829.014 1.558.196 2.243.440 2.131.768 6.373.533 Sumber: Badan Pusat Statistik 2010 Di antara buah tropis produk Indonesia, manggis merupakan buah yang ditentukan sebagai buah yang memiliki prospek baik untuk dikembangkan secara terpadu. Penentuan tersebut berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan oleh para pakar pertanian dan agribisnis yang tergabung dalam tim Riset Unggulan Strategis Nasional. Penentuan juga berdasarkan peringkat buah paling banyak dikenal dan dikonsumsi masyarakat lokal, serta memiliki potensi di pasaran internasional . Selain manggis, buah yang memiliki prospek baik untuk dikembangkan secara terpadu adalah salak, pisang, mangga, nanas, dan pepaya. Buah manggis merupakan salah satu komoditas buah tropis primadona ekspor Indonesia. Ekspor buah Indonesia didominasi oleh buah manggis. Pada tahun 2006, kontribusi ekspor buah manggis terhadap total ekspor buah dari Indonesia adalah sebesar 37,4. Volume ekspor buah manggis sepanjang bulan Januari 2010 hingga bulan Februari 2010 meningkat signifikan, bahkan hampir menyamai volume ekspor sepanjang tahun 2009. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2010, ekspor buah manggis untuk periode Januari 2010 hingga bulan Februari 2010 mencapai 8.225 ton. Ekspor tersebut meningkat sebesar 91 dibandingkan volume ekspor pada bulan Januari 2009 hingga bulan Februari 2009 yang hanya 4.285 ton. Selain volumenya meningkat, nilai ekspor buah manggis juga meningkat dari US2.781.712 pada bulan Januari 2009 hingga bulan Februarti 2009 menjadi US6.310.272 pada bulan Januari 2010 hingga bulan Februari 2010 dengan peningkatan sebesar 120. Kinerja ekspor manggis pada dua bulan pertama tahun 2010 mendekati realisasi ekspor sepanjang tahun 2009 yang volumenya 9.987 ton dengan nilai US6.451.923 Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2011. Hampir seluruh hasil panen buah manggis di Indonesia ditampung oleh satu eksportir, yaitu PT Agung Mustika Selaras di Tangerang yang menguasai pangsa ekspor hampir 50 sehingga rantai pasok buah manggis mudah untuk ditelusuri. Buah manggis juga merupakan buah yang unik dan spesifik daerah tropis Direktorat Jenderal Hortikultura 2008. Sentra produksi manggis terbesar di Indonesia berada di Provinsi Jawa Barat. Konstribusi produksi manggis di Propinsi Jawa Barat terhadap produksi manggis nasional adalah sebesar 38. Sebagian besar produksi manggis berasal dari Kabupaten Purwakarta, Subang, Bogor dan Tasikmalaya. Kontribusi produksi manggis dari empat kabupaten tersebut terhadap Provinsi Jawa Barat sebesar 90, dan terhadap produksi nasional sebesar 29. Potensi pengembangan kawasan manggis di Provinsi Jawa Barat dalam peningkatan ekspor sangat besar. Oleh karena itu, Kabupaten Bogor digunakan sebagai pengembangan kawasan laboratorium manggis dan sekaligus sebagai kawasan percontohan untuk memfokuskan pengembangan manggis secara terintegrasi Direktorat Jenderal Hortikultura 2008. Masalah besar dalam pengembangan industri hortikultura adalah sifat komoditas yang mudah rusak, khususnya buah dan sayuran hampir tidak pernah ada yang mempunyai umur kesegaran panjang setelah dipanen. Kondisi produk tersebut adalah produk hayati yang masih melakukan proses respirasi setelah panen Apandi 1984. Sunarjono 1984 menyebutkan ciri-ciri pokok tanaman hortikultura adalah bersifat kamba sehingga membutuhkan tempat yang lapang, produk biasa dikonsumsi dalam keadaan segar, kualitas produk sangat mempengaruhi pasaran, tidak dapat disimpan lama secara tradisional dan harga selalu berubah-ubah. Sistem produksi di lokasi yang terpencar, serta skala usaha sempit dan belum efisien juga menjadi penyebab utama bahwa produk buah nasional kurang dapat bersaing di pasar internasional. Lemahnya keunggulan kompetitif agroindustri hortikultura menyebabkan manfaat dari keikutsertaan Indonesia dalam perjanjian global belum dapat diperoleh, yaitu peningkatan volume permintaan, harga jual produk yang jauh lebih tinggi, harga sarana produksi yang lebih murah, ilmu pengetahuan dan teknologi, modal investasi, serta peningkatan efisiensi akibat realokasi sumber daya dan dorongan persaingan. Perubahan lingkungan strategis, seperti liberalisasi perdagangan, pesatnya pertumbuhan pasar modern selain pasar tradisional, dinamika permintaan pasar dan perubahan preferensi konsumen, serta fenomena segmentasi pasar menuntut usaha agroindustri untuk menanamkan modal dan memusatkan perhatiannya pada hubungan dengan konsumen dan pemasoknya. Kerja sama antar mitra bisnis dan tanggung jawab terhadap kebutuhan konsumen merupakan strategi bersaing dengan tetap mempertahankan kebutuhan peningkatan efisiensi dalam operasi. Oleh karena itu, manajemen rantai pasok mulai banyak digunakan dalam agroindustri di negara maju dan negara berkembang. Rantai pasok merupakan proses terintegrasi sejak dari bahan baku diperoleh sampai diubah menjadi produk jadi dan dikirim kepada konsumen Shapiro 2001. Koordinasi, integrasi, dan manajemen proses bisnis yang berhasil pada seluruh anggota rantai pasok akan menentukan keberhasilan persaingan. Persaingan tidak lagi terjadi antar satu anggota dalam rantai pasok, tetapi persaingan terjadi antar rantai pasok sehingga perlu adanya perubahan dan penyesuaian beroperasinya kemitraan rantai pasok agar kinerjanya meningkat. Beberapa perusahaan telah berhasil meningkatkan efisiensi produksi serta kualitas produknya dengan cara mengelola rantai pasoknya, antara lain: Nutricia Dairy Drinks Group di Hungaria Wouda et al. 2002, serta Kraft Foods, Unilever, dan Brown-Forman Wong Schuchard 2011. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi rantai pasok bermanfaat untuk memaksimumkan kinerja rantai pasok dengan melakukan perencanaan bersama Frohlich Westbrook 2001, mengurangi biaya pemesanan dengan melakukan outsourcing bahan baku setengah jadi Scanell et al. 2000, mengurangi waktu siklus dan tingkat persediaan Stank et al. 1999, serta mengurangi ketidakpastian bisnis Childerhouse et al. 2003 dengan penggunaan teknologi informasi untuk berbagi informasi antar anggota rantai pasok. Manajemen rantai pasok supply chain management produk pertanian mewakili manajemen proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan pengolahan, distribusi, pemasaran, hingga produk yang diinginkan sampai ke tangan konsumen. Manajemen rantai pasok produk pertanian berbeda dengan manajemen rantai pasok produk manufaktur lainnya karena: 1 produk pertanian bersifat mudah rusak, 2 proses penanaman, pertumbuhan dan pemanenan tergantung pada iklim dan musim, 3 hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, 4 produk pertanian bersifat kamba sehingga produk pertanian sulit untuk ditangani Austin 1992; Brown 1994. Seluruh faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis rantai pasok produk pertanian sehingga manajemen rantai pasok produk pertanian menjadi lebih kompleks daripada manajemen rantai pasok pada umumnya. Agroindustri buah manggis merupakan rantai beberapa pelaku usaha antara lain petani, pengumpul, pengepak, pengolah, penyedia layanan penyimpanan dan transport, pedagang besar, eksportir, distributor, dan pengecer yang bekerja sama dalam hubungan sebagai pemasok dan konsumen. Manajemen rantai pasok buah manggis secara umum pada saat ini masih lemah karena: 1. Produksi masih diusahakan secara tradisional dan belum mendapatkan masukan teknologi yang memadai. Berdasarkan wawancara dengan para petani manggis di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, usaha pertanian manggis pada saat ini sebagian besar masih dilakukan petani kecil secara individu dengan pemilikan lahan rata-rata 0,5 ha per orang. Tanpa pengelolaan lahan yang memungkinkan tercapainya skala usaha ekonomis, usaha pertanian buah manggis kurang menarik dan tidak mampu memberikan pasokan yang memadai secara kuantitas, kualitas, dan berkesinambungan. Petani manggis pada umumnya juga masih berorientasi pada produksi dengan biaya serendah mungkin sehingga kualitas produk kurang diperhatikan. Para petani tersebut belum berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar yang semakin mementingkan kualitas dalam membeli produk. 2. Kelembagaan yang ada sebagian besar masih belum berfungsi dalam membentuk koordinasi antar para pelaku usaha yang terkait sehingga manajemen rantai pasok buah manggis belum dapat diterapkan dengan baik. Kelembagaan di tingkat petani yang telah ada pada saat ini berupa kelompok tani yang sebagian besar belum dikelola secara baik sehingga belum efektif berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan pasokan, kurang responsif, dan kurang antisipatif dalam memanfaatkan peluang pasar secara kompetitif. Hubungan kerjasama antar setiap pelaku usaha juga hanya diikat dan dikoordinasikan oleh mekanisme pasar tanpa ada hubungan organisasi fungsional dalam jangka panjang dengan tujuan yang sama, kinerja dikelola secara bersama, dan informasi yang terbuka antar pelaku usaha. 3. Pengelolaan rantai pasok buah manggis di Indonesia belum didukung oleh iklim usaha yang tepat. Ketidakpastian iklim usaha di Indonesia membuat pelaku usaha yang berada pada posisi yang lebih kuat modal, akses pasar, dan sumber daya manusia masih enggan bertindak sebagai koordinator dalam suatu rantai pasok. Kebijaksanaan pemerintah juga belum mampu mendorong pelaku usaha untuk membentuk kerjasama dan koordinasi dalam suatu rantai pasok. Pelaku usaha yang pada saat ini bertindak sebagai koordinator pada rantai pasok buah manggis masih belum dapat menjalankan perannya dengan baik karena keterbatasan modal yang dimilikinya sehingga koordinasi rantai pasok tersebut tidak dapat dipastikan keberlanjutannya. Manajemen rantai pasok yang masih lemah menyebabkan rantai pasok buah manggis belum efektif dan efisien yang ditunjukkan oleh: 1. Rantai pasok yang masih panjang. Rantai pasok dari produsen sampai ke konsumen yang masih sangat panjang menyebabkan risiko kerusakan dan penurunan mutu produk karena produk pertanian bersifat mudah rusak. Rantai pasok yang panjang juga menyebabkan biaya pemasaran dari produsen ke konsumen menjadi cukup tinggi sehingga konsumen harus membayar lebih mahal dari harga yang selayaknya ditawarkan 2. Nilai tambah dan risiko yang tidak terdistribusi dengan merata di antara pelaku rantai pasok. Hubungan antar pelaku usaha yang hanya diikat dan dikoordinasikan oleh mekanisme pasar cenderung bersifat eksploitatif bagi pelaku usaha yang relatif lebih lemah Rustiani Maspiyati 1996; Simatupang 1997. Pada rantai pasok buah manggis, petani yang merupakan pelaku usaha yang paling lemah karena keterbatasan modal dan informasi pasar pada umumnya mendapatkan porsi yang sangat kecil dari keseluruhan nilai tambah 3. Harga yang berfluktuasi. Produk pertanian yang bersifat musiman dan mudah rusak akan menyebabkan produk tersebut akan dijual dalam bentuk segar dengan harga yang sangat rendah untuk menghindari timbulnya biaya yang disebabkan oleh kerusakan produk dalam jumlah yang besar pada saat puncak musim panen. Fluktuasi harga produk dapat lebih diredam jika antar pelaku dalam rantai pasok terdapat koordinasi berdasarkan informasi pasar. Hal ini antara lain dapat dilakukan dengan melakukan kontrak harga beli. Petani dapat menjual panen buah manggisnya dengan harga yang tetap tinggi pada saat puncak musim panen, sedangkan pelaku yang berperan sebagai pembeli buah manggis dari petani dapat melakukan koordinasi dengan pelaku dalam rantai pasok di daerah lain berdasarkan informasi pasokan, harga, dan permintaan. Agar kinerja rantai pasok buah manggis dapat ditingkatkan, maka rantai pasok harus dikelola dengan mempertimbangkan indikator kinerja kunci dan risiko pada rantai pasok tersebut, serta mempertimbangkan nilai tambah yang adil bagi seluruh pelaku dalam rantai pasok tersebut.

1. 2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah 1. Melakukan analisis kinerja kondisi rantai pasok buah manggis pada saat ini 2. Menyusun pengembangan rantai pasok buah manggis dengan mempertimbangkan kinerja, risiko, dan nilai tambah

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: 1. Menghasilkan perencanaan pengembangan rantai pasok buah manggis sebagai alternatif strategi peningkatan kinerja rantai pasok tersebut sehingga diharapkan rantai pasok tersebut akan berkesinambungan 2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan dalam bidang manajemen rantai pasok buah tropis.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Rantai pasok produk pertanian yang diteliti adalah rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 2. Rantai pasok yang diteliti hanya rantai pasok buah manggis segar untuk pasar ekspor. 3. Rantai pasok yang diteliti adalah dari pemasok awal petani hingga eksportir 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah Tropis di Indonesia

Buah tropis di Indonesia merupakan komoditas hortikultura yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agroindustri. Pengelolaan usahatani buah tropis sebagai usaha agroindustri dapat meningkatkan pendapatan petani karena nilai ekonomi buah tropis yang tinggi. Buah tropis sebagai komoditas hortikultura pada umumnya ditanam sebagai tanaman sela, tanaman pekarangan, dan kebun. Pada saat ini, pembangunan agroindustri komoditas buah tropis pada berbagai sentra produksi hampir di seluruh propinsi Indonesia telah mempunyai fasilitas melalui berbagai program dan kegiatan dengan dukungan dana dari APBN, APBD propinsi dan kabupatenkota atau dukungan dana dari masyarakat petani dan swasta. Pelaksanaan pengembangan buah tropis sebagai produk hortikultura juga telah didukung dengan kegiatan dari berbagai institusi di dalam lingkup dan di luar lingkup Kementrian Pertanian. Kegiatan dan pendanaan pembangunan hortikultura telah dilakukan untuk pengembangan budidaya dan penerapan teknologi, pemberdayaan kelembagaan petani, penguatan modal usaha, fasilitas promosi investasi dan produk, serta fasilitasi kerjasama dan kemitraan usaha antar produsen dan pelaku usaha di sentra produksi dan sentra pemasaran. Ketersediaan komoditas hortikultura dapat diukur dari ketersediaan produk per kapita, yaitu angka yang menunjukkan tingkat konsumsi penduduk yang telah memperhitungkan kuantitas produksi, jumlah penduduk, tambahan dari impor dan pengurangan akibat ekspor serta pengurangan untuk keperluan bibit dan pakan ternak. Ketersediaan buah per kapita meningkat 3,47 dari 72,93 kgth pada tahun 2007 menjadi 75,46 kgth pada tahun 2008. Peningkatan ketersediaan ini sangat berkaitan dengan upaya peningkatan produksi dan kualitas produk yang telah dilakukan selama ini Direktorat Jenderal Hortikultura 2009. Secara keseluruhan, luas panen buah tropis di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan, yaitu 756.766 hektar pada tahun 2007 dan 811.408 hektar pada tahun 2008. Secara kuantitas, peningkatan produksi tanaman buah pada tahun 2008 cukup besar, yaitu 1.124.626 ton. Dalam perdagangan internasional, impor produk tidak dapat dihindari walaupun terjadi peningkatan produksi nasional. Jika neraca ekspor impor bernilai positif volume dan nilainya, maka pasar luar negeri dan devisa dapat meningkat. Indonesia termasuk kelompok negara net-importir buah sebagian dalam bentuk produk olahan, tetapi impor buah Indonesia relatif kecil dibandingkan dengan produksi nasional, yaitu hanya 3,5.pada tahun 2010 Antara 2011 Salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan oleh subsektor hortikultura terhadap pendapatan nasional adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Bruto PDB. Rata-rata peningkatan PDB nasional hortikultura sebesar 10 pada tahun 2008. Peningkatan ini terjadi karena produksi di berbagai sentra peningkatan dan luas areal panen mengalami peningkatan serta nilai ekonomi produk hortikultura yang cukup tinggi dibandingkan komoditas lainnya Direktorat Jenderal Hortukultura 2009. Pada sektor pertanian, PDB sub-sektor hortikultura menempati urutan kedua terbesar setelah PDB sub-sektor perkebunan. Pada tahun 2008 nilai PDB hortikultura sebesar Rp 80.292 milyar, sedangkan nilai PDB komoditas perkebunan sebesar Rp 106.186 milyar, nilai PDB peternakan dan hasil-hasilnya Rp 82.835 milyar, serta PDB sub-sektor pertanian lainnya Rp 267.550 milyar. Dilihat dari pendapatan nasional, konstribusi hortikultura pada pembentukan PDB memperlihatkan kecenderungan meningkat, baik pada keseluruhan PDB hortikultura maupun pada PDB kelompok komoditas hortikultura. Pada tahun 2005, PDB hortikultura sebesar Rp 61,79 trilyun naik menjadi Rp 89,057 trilyun pada tahun 2009. Dari penyerapan tenaga kerja, sub-sektor hortikultura mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 2.901.900 orang pada tahun 2005 dan menunjukkan kecenderungan peningkatan selama 5 tahun hingga tenaga kerja yang terserap sebanyak 3.777.857 orang pada tahun 2008 Direktorat Jenderal Hortukultura 2009.

2.2 Manggis

Buah manggis Garcinia mangoestana L merupakan salah satu komoditas buah unggulan Indonesia. Permintaan ekspor buah manggis dari Indonesia sampai