Sumber Risiko Pengembangan rantai pasok buah manggis di kabupaten Bogor, Jawa Barat

Beberapa petani pemasok buah manggis masih sering melakukan pelanggaran kontrak sebagai anggota rantai pasok dengan menjual buah manggis hasil pannennya kepada pembeli yang membayar pembeliannya sebelum buah manggis dipanen walaupun dengan harga yang murah. Risiko yang potensial dari sumber resiko finansial ini adalah ketidakpastian pengembalian modal dengan bobot kepentingan sebesar 0,641. Petani melakukan pelanggaran dalam menjual buah manggis hasil panennya karena mereka menginginkan modal yang mereka keluarkan untuk bisnis manggis dapat mereka peroleh kembali dengan lebih cepat,sedangkan KBU Al-Ihsan membeli buah manggis hasil panen petani dengan pembayaran tertunda setelah mendapatkan pembayawan dari eksportir. KBU Al-Ihsan sebagai penggerak rantai pasok ini harus dapat bersaing dengan pembeli lain agar ketersediaan buah manggis dapat memenuhi permintaan konsumen. Jika petani menjual buah hasil panennya kepada pembeli lain, maka ketersediaan buah manggis untuk memenuhi permintaan konsumen akan berkurang.

5.3 Nilai Tambah

Nilai tambah yang terjadi pada suatu produk dapat dihasilkan melalui peningkatan nilai proses atau melalui peningkatan nilai harga Sudiyono 2002. Suatu kegiatan dalam suatu rantai pasok dapat dikategorikan sebagai pemberian nilai tambah jika terdapat pemberian penghargaan terhadap kegiatan yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Petani mungkin dapat melakukan peningkatan harga pada produknya dengan cara melakukan budidaya yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panennya Evans 2009. Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Pembahasan pada aspek nilai tambah pemasaran bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh oleh setiap anggota rantai pasok atas tenaga kerja, modal, dan manajemen yang diusahakannya. Hayami 1987

5.3.1 Analisis Nilai Tambah Petani

Pada analisis nilai tambah ini dilakukan pembandingan antara nilai tambah yang diperoleh petani sebagai anggota rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al- Ihsan di Kabupaten Bogor dengan nilai tambah yang diperoleh petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. Kebun milik petani sebagai anggota rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor merupakan kebun yang terdaftar, sedangkan kebun milik petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor merupakan kebun yang tidak terdaftar. Hasil analisis nilai tambah pada budidaya manggis yang dilakukan oleh petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al- Ihsan di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Tabel 17, sedangkan hasil analisis nilai tambah pada budidaya manggis yang dilakukan oleh petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Tabel 18. Tabel 17 Perhitungan nilai tambah pada petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor Super 1 Super 2 Super 3 Lokal Output kgtahun 974,700 1.299,600 324,900 720,000 Input Bahan Baku kgtahun 1200 1600 400 800 Input tenaga kerja langsung haritahun 34,500 46,000 11,500 23 Faktor konversi 0,812 0,812 0,812 0,900 Koefisien tenaga kerja langsung harikg 0,029 0,029 0,029 0,029 Harga produk Rpkg 9.000 4.500 3.000 1.800 Harga bahan baku Rpkg 996,187 996,187 996,187 996,187 Harga input lain Rpkg 447 596 149 298 Nilai output Rpkg 7.310,250 3.655,125 2.436,750 1.620 Nilai tambah Rpkg 5.867,063 2.062,938 1.291,563 325,813 Rasio nilai tambah 80,258 56,440 53,004 20,112 Pendapatan tenaga kerja langsung Rpkg 575 575 575 575 Pangsa tenaga kerja langsung 9,800 27,873 44,520 176,482 Keuntungan Rpkg 5292,063 1487,938 716,563 -249,187 Tingkat keuntungan 72,392 40,708 29,407 -15,382 Keterangan: Upah tenaga kerja langsung: Rp20.000hari Buah manggis hasil panen petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor rata – rata sebanyak 4000 kghektartahun. Kualitas buah manggis hasil panen rata-rata sebesar 30 merupakan grade Super 1, 40 merupakan grade Super 2, 10 merupakan grade Super 3, dan sisanya merupakan buah manggis yang tidak memenuhi standar kualitas ekspor. Tabel 18 Perhitungan nilai tambah pada petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor Nilai Output kgtahun 3000 Input Bahan Baku kgtahun 3000 Input tenaga kerja langsung haritahun 26,250 Faktor konversi 1 Koefisien tenaga kerja langsung harikg 0,009 Harga produk Rpkg 2.500 Upah tenaga kerja langsung Rphari 20.000 Harga bahan baku Rpkg 1.992,374 Harga input lain Rpkg 745 Nilai output Rpkg 2.500 Nilai tambah Rpkg -237,374 Rasio nilai tambah -9,495 Pendapatan tenaga kerja langsung Rpkg 175 Pangsa tenaga kerja langsung -73,723 Keuntungan Rpkg -412,374 Tingkat keuntungan -16,495 Kuantitas buah manggis sebagai output pada analisis ini merupakan kuantitas buah manggis yang sudah mengalami penyusutan di KBU Al-Ihsan dan eksportir karena nilai output yang diterima petani tergantung pada hasil sortasi dan grading dari KBU Al-Ihsan dan eksportir. Penyusutan kuantitas buah manggis sebesar rata – rata 10 terjadi setelah dilakukan sortasi dan grading di KBU Al-Ihsan dan sebesar rata – rata 5 setelah dilakukan sortasi dan grading di eksportir. Pada petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan, buah manggis yang dihasilkan rata – rata hanya sebanyak 3.000 kghektartahun. Hal ini disebabkan petani tidak melakukan pemeliharaan kebunnya dengan baik dan tidak ada pengawasan dari kelompok taninya dalam melakukan budidaya manggis. Buah manggis biasanya dibeli oleh pengumpul dengan sistem ijon, yaitu pengumpul membeli semua hasil panen tanpa melakukan grading dan sortasi dengan pembayaran dilakukan pada saat pohon masih berbunga belum berbuah. Nilai output yang diterima petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan tergantung pada kuantitas buah manggis yang dibeli pengumpul. Harga buah manggis hasil panen petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan dibedakan menurut kualitasnya. Karena eksportir membeli buah manggis berdasarkan kualitasnya, maka nilai tambah masing – masing kualitas buah manggis berbeda – beda. Nilai tambah tertinggi diperoleh petani dari buah manggis kualitas Super 1, yaitu sebesar Rp 5.867,063kg hasil panen buah manggis, sedangkan nilai tambah terendah diperoleh petani dari buah manggis yang tidak termasuk dalam kualitas ekspor, yaitu sebesar Rp 325,813kg hasil panen buah manggis. Pada petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan, buah manggis hasil panennya dibeli oleh pengumpul dengan harga rata – rata Rp 2.500kg tanpa membedakan kualitasnya. Dengan harga tersebut, nilai tambah yang diperoleh petani sebesar Rp -237,374kg hasil panen buah manggis. Nilai tambah ini lebih rendah dibandingkan dengan nilai tambah kualitas lokal pada petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan dengan perbedaan nilai tambah sebesar Rp 563,187kg hasil panen buah manggis. Nilai tambah yang diperoleh petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan lebih tinggi dibandingkan nilai tambah yang diperoleh petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan. Tingkat keuntungan yang diperoleh petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan juga lebih tinggi dibandingkan tingkat keuntungan petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan. Hal ini disebabkan nilai output yang diterima oleh petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan lebih besar dibandingkan nilai output yang diterima oleh petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan dan alokasi nilai output tersebut untuk bahan baku dan input lainnya pada petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan lebih kecil dibandingkan pada petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan. Walaupun nilai output buah manggis yang diterima oleh petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan lebih besar daripada nilai output buah manggis kualitas lokal yang diterima oleh petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al- Ihsan, nilai output pada petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan tersebut lebih kecil dibandingkan total harga bahan baku dan harga input lainnya. Oleh karena itu, nilai tambah yang diterima oleh petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan bernilai negatif. Menurut Silver dan Golder 2007, harga bahan baku dan harga input lainnya yang tinggi serta skala ekonomi suatu usaha dapat membangkitkan nilai tambah yang negatif. Petani sebagai anggota rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan bersedia melakukan budidaya manggisnya dengan mengadopsi GAP sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pada kebun tersebut sebagai kebun terdaftar. Hal ini disebabkan petani mendapat dukungan dana pemeliharaan kebun manggis dari eksportir. Dukungan dana pemeliharaan kebun manggis tersebut merupakan harga input lain pada Tabel 17. Hasil analisis nilai tambah Tabel 17 menunjukkan bahwa petani tetap mendapatkan nilai tambah yang tinggi walaupun harga input lain ditanggung oleh petani tersebut. Jika harga input lain tersebut tidak ditanggung oleh petani, maka petani akan mendapatkan nilai tambah yang lebih tinggi lagi. Petani sebagai anggota rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al- Ihsan memperoleh nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan petani yang bukan sebagai anggota rantai pasok tersebut karena buah manggis hasil panen petani sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan dibeli dengan harga yang tinggi dan dibedakan menurut kualitasnya, sedangkan buah manggis hasil panen petani yang bukan anggota rantai pasok tersebut dibeli dengan harga yang murah tanpa membedakan kualitasnya.