Menurut Hayami et al. 1987, nilai tambah tangible dipengaruhi oleh: 1. Faktor teknis, yaitu kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan,
dan tenaga kerja 2. Faktor pasar, yaitu harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku, dan nilai
input lain selain bahan baku dan tenaga kerja.
Nilai tambah tangible diperoleh melalui pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan.
Beberapa penelitian yang terkait dengan nilai tambah dalam rantai pasok telah dilakukan, antara lain oleh
Gurău 2004, Bates et al. 2006, Gloy dan Stephenson 2006, serta Clements dan Price 2007.
2.8 Pengembangan Rantai Pasok
Pengembangan rantai pasok mencakup keputusan yang sangat luas. Beberapa keputusan dalam pengembangan rantai pasok mempunyai karakteristik
berefek jangka menengah hingga jangka panjang, mengandung risiko dan ketidakpastian sedang hingga tinggi, serta mempunyai konsekuensi yang relatif
besar terhadap organisasi yang terlibat. Semini et al. 2005 mengklasifikasikan keputusan dalam pengembangan
rantai pasok sebagai berikut: 1. Keputusan struktur.
Keputusan struktur terkait dengan lokalisasi pabrik produksi, gudang, serta pemilihan pemasok dan penyedia jasa transportasi. Keputusan ini berupa:
a. Lokalisasi fasilitas. Keputusan ini merupakan keputusan lokalisasi geografis fasilitas dan
produksi. Beberapa aspek untuk pertimbangan adalah biaya, waktu, budaya, situasi politik, modal tenaga kerja, dan kapasitas produksi.
b. Keputusan membuat atau membeli. Dalam keputusan ini, produksi milik perusahaan sendiri dan kompetensi
inti dipertimbangkan dan dievaluasi kemudian dibandingkan dengan pertimbangan jika membeli dari pemasok khusus.
c. Pemilihan pemasok. Evaluasi kriteria pemasok adalah kualitas, ketepatan pengiriman, harga,
fleksibilitas, kompetensi teknis, situasi finansial, jarak geografis dan budaya.
d. Distribusi. Pemilihan strategi distribusi mencakup pemilihan alat transportasi dan
pola distribusi, seperti pengapalan, cross-docking, dan kapasitas penyimpanan. Penggunaan jasa logistik dari pihak lain juga merupakan
keputusan dalam distribusi. 2. Keputusan pengendalian.
Pada keputusan pengendalian, struktur rantai pasok tidak diubah, tetapi keputusan difokuskan pada cara mengelola rantai pasok secara efektif dan
efisien. Keputusan ini berupa: a. Perencanaan dan pengendalian sistem.
Produksi dikendalikan dengan beberapa cara yang berbeda. Material Requirement Planning
dan Just In Time merupakan prinsip pengendalian yang banyak digunakan di beberapa perusahaan. Mekanisme pengendalian
dalam manajemen persediaan juga merupakan keputusan yang penting, seperti titik pemesanan kembali atau pemesanan secara periodik.
b. Teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi merupakan kunci yang membuat
pengendalian menjadi efektif dan efisien, misal: pengendalian untuk perencanaan manajemen pemesanan, produksi, persediaan, dan distribusi.
c. Sistem integrasi dan kolaborasi antar pelaku. Manajemen rantai pasok dapat dilakukan dengan integrasi tinggi dengan
pelaku lain. Integrasi mempunyai tingkat yang berbeda dari koalisi dan aliansi serta integrasi tingkat tinggi hingga integrasi tingkat rendah
dalam pasar. d. Pengukuran kinerja.
Dalam mengukur kinerja rantai pasok digunakan ukuran kinerja yang memberikan kinerja yang lebih baik bagi seluruh rantai pasok.Menurut
Viswanadham 1999, pengukuran kinerja rantai pasok secara umum dapat