strategi pengurangan risiko tersebut membutuhkan strategi lainnya untuk
mengurangi risiko dalam rantai pasok.
6.3 Dukungan Kebijakan
Pada saat ini, dukungan kebijakan dari Kementrian Pertanian Republik Indonesia terhadap bisnis manggis sedang dalam pengolahan. Kebijakan tersebut
secara garis besar adalah pengembangan luas areal tanaman melalui penumbuhan sentra produksi yang terpolakan untuk memberi peluang penanam modal
menumbuhkan agroindustri buah manggis, memperkecil kultivar manggis dengan cara menetapkan kultivar manggis unggulan secara nasional dan regional, serta
mengurangi penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen buah manggis dengan memberikan fasilitas penyimpanan, transportasi, dan peralatan pasca panen yang
memadai agar GHP Good Handling Practices dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam hal pemasaran, dukungan kebijakan yang akan diberikan oleh
Kementrian Pertanian Republik Indonesia adalah jaminan harga dan pasar melalui pengembangan pasar lelang komoditas manggis, pengembangan sistem informasi
hortikultura untuk mendukung sistem distribusi agar lebih efisien dan membantu petani dalam mencari pembeli yang sesuai, serta kebijakan pemasaran antar
wilayahdaerah melalui
pembentukan kerjasama
perdagangan antar
wilayahdaerah Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2009.
6.4 Pengembangan Rantai Pasok
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka sasaran pengembangan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan adalah:
1. Pembangunan kekuatan finansial 2. Peningkatan ketersediaan modal dan teknologi
3. Peningkatan keterlibatan beberapa lembaga yang dapat mendukung keberlanjutan rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan.
4. Pembangunan kepercayaan antar anggota rantai pasok dan peningkatan koordinasi horisontal
Dengan dukungan kebijakan dari pemerintah, maka pengembangan rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor ini secara keseluruhan ditunjukkan pada
Gambar 23. Untuk mencapai sasaran pengembangannya, maka rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor harus meningkatkan kinerjanya terutama kinerja
kuncinya, yaitu pengembalian aset tetap, pengembalian modal kerja, dan siklus cash to cash
.
Risiko: Sumber: Finansial à
Ketidakpastian Pengembalian Modal
Sumber: Kelembagaan à Kemitraan Bisnis
Tujuan: Membangun Kekuatan Finansal untuk
Memenuhi Kebutuhan Peningkatan Pendapatan Anggota Rantai Pasok,
Terutama Petani Kinerja Kunci:
Pengembalian Aset Tetap
Pengembalian Modal Kerja
Siklus Cash to Cash
Nilai Tambah
Petani
KBU Al-Ihsan Eksportir
Ketersediaan Teknologi
Ketersediaan Modal
Kendala Keberlanjutan:
Ketidakpercayaan dengan mitra
Ketidakcocokan karakter dan etika
dalam bekerja sama
Ketidakcocokan dalam
mengembangkan bisnis
Sumberdaya antar mitra tidak saling
mendukung Lembaga
Perbankan Finansial
Lembaga Penelitian
Universitas LSM
Fsilitator
ASPUMA Investor
Pemerintah Pemasok
Bibit
Industri Pengemas dan Industri Pengolah
Pedagang Kelompok
Tani
Pengumpul Pengurangan
Risiko: Koordinasi
Horisontal Membangun
Kepercayaan antar Anggota
Rantai Pasok
Fasilitas Penyimpanan dan
Peralatan Pasca Panen
Kebijakan Pasar Penerapan GAP
Memperkecil Kultivar Manggis
Indutri Jasa Transportasi
Keterangan:
Gambar 23. Pengembangan rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor.
Modal Teknologi
Nilai Tambah Kebijakan
Anggota Mempengaruhi
Kebutuhan utama rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al- Ihsan dalam mencapai tujuannya adalah:
1. Ketersediaan modal Pada saat ini, rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan
di Kabupaten Bogor belum dapat memenuhi kuantitas permintaan eksportir karena belum banyak petani yang tertarik untuk menjadi anggota rantai pasok
tersebut. Petani masih lebih tertarik untuk menjual buah manggis hasil kebunnya kepada pemasok buah manggis untuk pasar lokal dan pengumpul
karena pemasok buah manggis untuk pasar lokal dan pengumpul bersedia membayar buah manggis yang dibelinya sebelum panen dilakukan walaupun
harga beli buah manggis tidak dibedakan menurut kualitasnya. Agar petani lebih tertarik untuk bergabung dalam rantai pasok yang dikelola oleh KBU
Al-Ihsan, maka KBU Al-Ihsan memerlukan dana untuk dapat membeli buah manggis dari petani dengan membayar sebelum panen dilakukan. Jika lebih
banyak petani yang memenuhi syarat terlibat dalam rantai pasok ini, maka pemenuhan kualitas dan kuantitas permintaan buah manggis diharapkan akan
lebih terjamin. Keterbatasan jumlah kebun terdaftar dan pengaruh iklim yang kadang-
kadang menyebabkan panen gagal. Salah satu cara agar kuantitas permintaan konsumen pasar ekspor dapat terpenuhi, maka KBU Al-Ihsan sebagai
penggerak dalam rantai pasok tersebut harus mengembangkan kemitraannya dengan melakukan kerjasama dengan pemasok buah manggis untuk pasar lokal
dan pengumpul. KBU Al-Ihsan dapat membeli buah manggis kualitas ekspor dari mereka dengan harga sesuai dengan kualitasnya, sedangkan buah manggis
yang tidak memenuhi standar kualitas ekspor dapat mereka jual di pasar lokal. Dengan cara ini, kemitraan rantai pasok buah manggis diharapkan dapat
dikembangkan dan persaingan dengan para pemasok buah manggis untuk pasar lokal dan pengumpul dapat dikurangi. Dalam pengembangan kemitraan ini,
KBU Al-Ihsan juga perlu mempertimbangkan perluasan kebun terdaftar. Pemasok buah manggis untuk pasar lokal dan pengumpul membeli buah
manggis dari petani yang kebunnya tidak terdaftar sebagai kebun yang hasil panennya memenuhi syarat untuk diekspor. Jika KBU Al-Ihsan membeli buah
manggis dari pemasok buah manggis untuk pasar lokal dan pengumpul untuk memenuhi kuantitas permintaan konsumen, maka buah manggis tersebut sudah
tidak memenuhi sayarat yang ditentukan oleh eksportir. Hal ini dapat menimbulkan risiko penolakan buah manggis yang diekspor jika importir
mengetahuinya dan ada kemungkinan menimbulkan risiko black list bagi negara Indonesia sebagai pengekspor buah manggis. Oleh karena itu, perlu
dilakukan peningkatan kesadaran bagi para petani untuk mendaftarkan kebun manggisnya dan memenuhi persyaratan sebagai kebun terdaftar melaksanakan
GAP . Keamanan buah manggis untuk dikonsumsi, kualitas buah manggis,
efisiensi operasi, dan keamanan lingkungan diharapkan dapat terpenuhi dengan mengadopsi GAP pada rantai pasok tersebut. Dengan mengadopsi GAP berarti
rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor ini secara tidak langsung sudah melaksanakan green supply chain management, yaitu pelaksanaan manajemen
rantai pasok dengan mempertimbangkan lingkungan di dalamnya agar rantai pasok tersebut berkelanjutan dari sisi keberhasilan ekonomi, masa depan
kondisi sosial, dan masa depan lingkungan Quesada, et al. 2012. Penambahan kebun terdaftar ini juga sudah didukung oleh kebijakan permerintah berupa
pengembangan luas areal tanaman melalui penumbuhan sentra produksi yang terpolakan untuk memberi peluang penanam modal menumbuhkan agroindustri
buah manggis. LSM fasilitator dan Dinas Pertanian dapat melakukan pendampingan dalam penerapan GAP yang sudah didukung oleh kebijakan dari
pemerintah. Peningkatan kualitas, kuantitas, dan nilai tambah buah manggis
merupakan pengembangan yang diperlukan untuk penguatan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor ini. Pembinaan
petani akan dilakukan secara intensif dan diarahkan kepada pengembangan ketrampilan petani dalam budidaya manggis dan penanganan buah manggis
pasca panen sehingga diharapkan kualitas, kuantitas, serta nilai tambah buah manggis yang dihasilkan dapat meningkat. Risiko penurunan kualitas dan
kuantitas buah manggis dari petani juga dapat dikurangi dengan mengurangi resiko penurunan kualitas dan kuantitas selama transportasi yang ditanggung
oleh petani. Pembangunan gudang penyangga yang sekaligus berfungsi sebagai
tempat pengemasan serta sortasi dan grading di sentra produksi buah manggis di Kabupaten Bogor merupakan pengembangan yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja rantai pasok hilir dalam hal memenuhi kualitas dan kuantitas permintaan konsumen pasar ekspor.
Penurunan kualitas buah manggis hasil panen dari tingkat petani dapat dikurangi jika pengangkutan buah manggis menggunakan sarana transportasi
yang memadai. Selama ini, pengangkutan buah manggis menggunakan kendaraan yang disewa dari perusahaan jasa transportasi yang tidak terikat
kontrak sehingga kondisi kendaraan yang disewa kadang-kadang kurang memadai dan menyebabkan kerusakan buah manggis selama transportas. Buah
manggis diangkut ke eksportir juga tanpa pengemasan yang memadai sehingga buah manggis masih banyak mengalami kerusakan selama transportasi. Untuk
memperoleh sarana transportasi yang memadai, KBU Al-Ihsan dapat melakukan kontrak dengan perusahaan jasa transportasi yang memberikan
pelayanan khusus pengangkutan produk hortikultura atau KBU Al-Ihsan dapat mengembangkan usahanya dengan membentuk usaha jasa transportasi khusus
pengangkutan produk hortikultura.Penurunan kualitas buah manggis hasil panen juga dapat dikurangi jika sortasi, grading, dan pengemasan dilakukan di
sentra buah manggis tersebut. Oleh karena itu, KBU Al-Ihsan dapat menempatkan gudang packing house di sentra buah manggis sehingga
kerusakan buah yang disebabkan oleh transportasi dapat dikurangi. Dalam proses pengembangan rantai pasok buah manggis yang dikelola
oleh KBU Al-Ihsan ini, akses terhadap permodalan perlu ditingkatkan dengan cara melibatkan investor, lembaga finansial perbankan dan LSM fasilitator
dalam kegiatan bisnisnya. LSM fasilitator dapat mendampingi KBU Al-Ihsan dengan memberikan rekomendasi situasi dan kondisi yang dipersyaratkan
untuk mencapai hasil yang optimal.dari segi teknologi dan permodalan sehingga perputaran modal yang digunakan dalam usaha manggis ini dapat
berjalan lancar dan meningkatkan kepercayaan lembaga perbankan finansial dan investor untuk memberikan bantuan modal kepada KBU Al-Ihsan dalam
mengelola rantai pasok buah manggis ini dengan optimal.