Model Struktural Rantai Pasok Buah Manggis di Kabupaten Bogor

6.1.2 Kendala Keberlanjutan Kemitraan dalam Rantai Pasok

Kendala keberlanjutan kemitraan dalam rantai pasok diperoleh dari hasil identifikasi rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor, yaitu: 1. Ketidakpercayaan dengan mitra 2. Ketidakcocokan karakter dan etika dalam bekerja sama 3. Ketidakcocokan dalam mengembangkan bisnis 4. Ketidaksamaan minat dan tujuan 5. Arah kerjasama yang tidak konsisten 6. Informasi tidak terbuka 7. Ketidakadilan dalam menanggung resiko 8. Ketidakadilan dalam pendistribusian manfaat dan keuntungan 9. Sumberdaya antar mitra tidak saling mendukung 10. Tidak terdapat kesepakatan kerjasama dalam waktu lama 11. Ketentuan-ketentuan yang telah disepakati tidak dipenuhi 12. Aturan, kebijakan, dan ukuran kinerja yang dipakai tidak saling mendukung Hubungan antar kendala keberlanjutan kemitraan dalam rantai pasok ini diperoleh dari kumpulan pendapat para ahli. Structural Self-Interaction Matrx SSIM awal Lampiran 9.b kemudian disusun berdasarkan hubungan antar kendala keberlanjutan kemitraan dalam rantai pasok tersebut. Intepretasi Reachability Matrix akhir untuk kendala keberlanjutan kemitraan dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor, ditunjukkan pada Tabel 27, sedangkan diagram model struktural kendala keberlanjutan kemitraan dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Gambar 17. Matriks DP-D kendala keberlanjutan kemitran dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor kemudian dapat dibuat berdasarkan Driver Power DP dan Dependence D. Matriks tersebut ditunjukkan pada Gambar 18. Diagram struktrual kendala keberlanjutan kemitraan dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa ketidakpercayaan dengan mitra, ketidakcocokan karakter dan etika dalam bekerja sama, ketidakcocokan dalam mengembangkan bisnis, ketidaksamaan minat dan tujuan, serta sumber daya mitra yang tidak saling mendukung mempunyai daya gerak yang besar untuk menimbulkan kendala keberlanjutan kemitraan lain dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. Keempat kendala keberlanjutan kemitraan tersebut mempunyai ketergantungan yang lemah terhadap kendala keberlanjutan kemitraan lain dalam rantai pasok ini. Hal ini ditunjukkan pada matriks DP-D kendala keberlanjutan kemitraan dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. Dengan daya gerak yang besar dan ketergantungan terhadap sistem yang lemah, maka ketidakpercayaan dengan mitra, ketidakcocokan karakter dan etika dalam bekerja sama, ketidakcocokan dalam mengembangkan bisnis, ketidaksamaan minat dan tujuan, serta sumber daya mitra yang tidak saling mendukung merupakan kendala keberlanjutan kemitraan yang diutamakan untuk ditangani dalam rantai pasok ini. Tabel 27 Intepretasi Reachability Matrix akhir untuk kendala keberlanjutan kemitraan dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor j 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 DP R i 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 5 1 1 5 6 1 1 1 1 1 1 1 7 2 7 1 1 1 1 1 1 1 7 2 8 1 1 1 1 1 1 1 7 2 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 1 10 1 1 1 3 3 11 1 1 1 3 3 12 1 1 1 1 1 1 1 7 2 D 5 5 5 5 12 9 9 9 5 11 11 9 R 4 4 4 4 1 3 3 3 4 2 2 3 Keterangan: DP : Driver Power D : Dependence R : Rank Penanganan kendala keberlanjutan kemitraan dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor ini dapat dilakukan dengan cara pemilihan kembali mitra dalam menjalankan proses bisnis manggis atau melakukan musyawarah antar mitra untuk meningkatkan kepercayaan dengan mitra, menyelaraskan karakter dan etika dalam bekerjasama, menyelaraskan minat dan tujuan, serta menyelaraskan sumberdaya agar sumberdaya dapat saling mendukung antar mitra. 5. Arah kerjasama yang tidak konsisten 11. Ketentuan-ketentuan yang telah disepakati tidak dipenuhi 10. Tidak terdapat kesepakatan kerjasama dalam waktu lama 7. Ketidakadilan dalam menanggung resiko 8. Ketidakadilan dalam pendistribusian manfaat dan keuntungan 12. Aturan, kebijakan, dan ukuran kinerja yang dipakai tidak saling mendukung 6. Informasi tidak terbuka 2. Ketidakcocokan karakter dan etika dalam bekerja sama 3. Ketidaksamaan minat dan tujuan 9. Sumberdaya antar mitra tidak saling mendukung 1. Ketidakpercayaan dengan mitra Gambar 17. Diagram model struktural kendala keberlanjutan kemitraan dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al- Ihsan di Kabupaten Bogor Keterangan: I : Autonomous II : Dependent III : Linkage IV : Independent Gambar 18 Matriks DP-D kendala keberlanjutan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. 1,2,3,4,9 1,2,3,4,9 1,2,3,4,9 1,2,3,4,9 6,7,8,12 6,7,8,12 6,7,8,12 10,11 10,11 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Dependence D ri ve r P ow er II IV I III Ketidakpercayaan dengan mitra, ketidakcocokan karakter dan etika dalam bekerja sama, ketidakcocokan dalam mengembangkan bisnis, ketidaksamaan minat dan tujuan, serta sumber daya mitra yang tidak saling mendukung merupakan kendala keberlanjutan kemitraan yang saling berkaitan menimbulkan kendala keberlanjutan kemitraan lain berupa informasi tidak terbuka, ketidakadilan dalam menanggung resiko, ketidakadilan dalam pendistribusian manfaat dan keuntungan, serta aturan, kebijakan, dan ukuran kinerja yang dipakai tidak saling mendukung. Keempat kendala tersebut merupakan kendala keberlanjutan kemitraan dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor yang mempunyai penggerak dan ketergantungan yang besar. Perubahan kendala keberlanjutan kemitraan tersebut dapat mempengaruhi perubahan kendala keberlanjutan kemitraan lain, yaitu ketentuan-ketentuan yang telah disepakati tidak dipenuhi dan kesepakatan kerjasama tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama. Karena ketentuan- ketentuan yang telah disepakati tidak dipenuhi dan kesepakatan kerjasama tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama, maka arah kerja sama antar mitra akan tidak konsisten. Kendala keberlanjutan kemitraan berupa ketentuan-ketentuan yang telah disepakati tidak dipenuhi, kesepakatan kerjasama tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama, serta arah kerja sama yang tidak konsisten merupakan kendala keberlanjutan kemitraan dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor yang tergantung pada kendala keberlanjutan kemitraan lain dan mempunyai kekuatan penggerak yang lemah. Hal tersebut ditunjukkan pada matriks DP-D kendala keberlanjutan kemitraan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor, yaitu ketiga kendala kemitraan keberlanjutan tersebut terletak pada kuadran II.

6.1.3 Struktur Kelembagaan Rantai Pasok

Struktur kelembagaan rantai pasok diperoleh dari hasil identifikasi rantai pasok buah dari beberapa pustaka dan pendapat pakar, yaitu: 1. Petani 2. Kelompok tani 3. Pengumpul 4. Industri pengemas pengolah 5. Pedagang pengecer 6. Asosiasi Pelaku Usaha Manggis ASPUMA 7. Eksportir 8. Perusahaan transportasi 9. Pemasok bibit 10. Lembaga perbankan finansial 11. Koperasi 12. Lembaga penelitian universitas 13. LSM fasilitator 14. Pemerintah 15. Investor Hubungan antar kelembagaan dalam rantai pasok ini diperoleh dari studi pustaka dan kumpulan pendapat para ahli. Structural Self-Interaction Matrx SSIM awal Lampiran 9.c kemudian disusun berdasarkan hubungan antar kelembagaan dalam rantai pasok tersebut. Intepretasi Reachability Matrix akhir untuk kelembagaan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor, ditunjukkan pada Tabel 28, sedangkan diagram model struktural kelembagaan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al- Ihsan di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Gambar 19. Matriks DP-D kelembagaan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor kemudian dapat dibuat berdasarkan Driver Power DP dan Dependence D. Matriks tersebut ditunjukkan pada Gambar 20. Diagram struktrual kelembagaan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa KBU Al-Ihsan, ASPUMA, eksportir, lembaga perbankan keuangan, lembaga penelitian universitas, LSM fasilitator, pemerintah, dan investor mempunyai daya gerak yang kuat dalam proses bisnis rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. Kesembilan lembaga tersebut mempunyai ketergantungan yang lemah terhadap lembaga lain dalam rantai pasok ini. Hal ini ditunjukkan pada matriks DP-D kelembagaan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. Tabel 28 Intepretasi Reachability Matrix akhir untuk kelembagaan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor j 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 DP R i 1 1 1 1 1 1 1 1 7 3 2 1 1 1 1 1 1 1 7 3 3 1 1 1 1 1 1 1 7 3 4 1 1 1 1 1 1 1 7 3 5 1 1 1 1 1 1 1 7 3 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 1 8 1 1 1 1 1 1 1 7 3 9 1 1 1 1 1 1 1 7 3 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 2 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 1 13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 1 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 1 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 1 D 14 14 14 14 14 7 6 14 14 6 7 6 6 6 6 R 1 1 1 1 1 2 3 1 1 3 2 3 3 3 3 Keterangan: DP : Driver Power D : Dependence R : Rank Petani Kelompok Tani Pengumpul Industri Pengemas Pengolah Pedagang Perusahaan Transportasi Pemasok Bibit KBU Al-Ihsan Asosiasi Pelaku Usaha Manggis Eksportir Lembaga Perbankan Finansial Lembaga Penelitian Universitas LSM Fasilitator Investor Pemerintah Gambar 19 Diagram model struktural kelembagaan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. Keterangan: I : Autonomous II : Dependent III : Linkage IV : Independent Gambar 20 Matriks DP-D kelembagaan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. KBU Al-Ihsan dan ASPUMA dapat melakukan perannya dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor karena hal berikut: 1. Kebutuhan eksportir untuk mengekspor buah manggis dengan kualitas dan kuantitas serta waktu pengiriman yang sesuai dengan permintaan konsumen 2. Pinjaman modal dari lembaga perbankan finansial dengan pengembalian yang dapat terjangkau oleh KBU Al-Ihsan dan ASPUMA 3. Dukungan penelitian dan pengembangan teknologi dan ketrampilan dalam melakukan bisnis manggis dari lembaga penelitian universitas, LSM fasilitator 4. Dukungan kebijakan pemerintah terkait dengan pinjaman modal serta akses informasi dan teknologi 5. Tambahan modal dari investor Pada rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor ini, belum tampak peran dari lembaga perbankan finansial dan investor. Dukungan kebijakan pemerintah yang terkait dengan pinjaman modal serta akses informasi dan teknologi juga belum intensif disosialisasikan kepada para pelaku 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8 6, 9, 11, 12, 13, 14 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Dependence D r v e r P ow e r I II II I 6,11 9, 10, 12, 13,14,15 usaha manggis sehingga mereka belum dapat memanfaatkan dukungan tersebut untuk meningkatkan kinerja usahanya. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan keterlibatan lembaga perbankanfinansial, investor, dan pemerintah sebagai lembaga yang mempunyai daya gerak yang kuat dalam rantai pasok ini. Dengan dukungan dari eksportir, lembaga perbankan keuangan, lembaga penelitian universitas, LSM fasilitator, pemerintah, dan investor, maka KBU Al-Ihsan dan ASPUMA akan menggerakkan petani, kelompok tani, pengumpul, industri pengemas pengolah, pedagang, perusahaan transportasi, dan pemasok bibit. ASPUMA merupakan sebuah organisasi yang baru didirikan pada tahun 2008 dengan tujuan untuk memberikan informasi secara umum kepada pelaku rantai pasok serta pihak lain yang tertarik dengan bisnis manggis di Indonesia. Pada saat ini, peran ASPUMA dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor masih rancu dengan peran KBU Al-Ihsan karena sebagian besar pengelola KBU Al-Ihsan merupakan pengurus ASPUMA sehingga peran ASPUMA sebagai lembaga nasional belum optimal. Peningkatan peran ASPUMA akan saling mendukung dengan KBU Al-Ihsan untuk menggerakkan petani, kelompok tani, pengumpul, industri pengemas pengolah, pedagang, perusahaan transportasi, dan pemasok bibit. Pada saat ini, lembaga yang dapat digerakkan secara lebih intensif oleh KBU Al-Ihsan adalah petani dan kelompok tani. KBU Al-Ihsan akan mulai menggerakkan pengumpul untuk membantu KBU Al-Ihsan mengumpulkan buah manggis dari daerah lain jika KBU Al-Ihsan kekurangan buah manggis untuk memenuhi permintaan eksportir. KBU Al-Ihsan pada saat ini sedang merencanakan pendirian industri pengolah buah manggis untuk mengolah buah manggis yang tidak memenuhi persyaratan untuk diekspor. Buah manggis yang diolah akan memberikan nilai tambah yang lebih tinggi pada buah manggis yang tidak memenuhi persyaratan untuk diekspor. Hasil penelitian Kastaman 2007 menunjukkan bahwa buah manggis yang diolah menjadi sari buah manggis akan memberikan nilai tambah 25 lebih tinggi dibandingkan nilai tambah buah manggis segar kualitas lokal, sedangkan buah manggis yang diolah menjadi sirup manggis akan memberikan nilai tambah 53,33 lebih tinggi dibandingkan nilai tambah buah manggis segar kualitas lokal. Selain industri pengolah, industri pengemas dapat didirikan oleh KBU Al- Ihsan sebagai anggota rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al- Ihsan di Kabupaten Bogor ini. Sortasi dan grading sekaligus dapat dilakukan di industri pengemas tersebut. Keterlibatan industri pengemas buah manggis yang akan diekspor dapat mengurangi kerusakan buah manggis selama dalam transportasi. Industri pengemas ini dapat didirikan oleh eksportir di tempat yang merupakan pertengahan antar daerah pemasok buah manggis dengan tempat eksportir memberangkatkan buah manggis untuk diekspor sehingga kerusakan yang ditanggung oleh pihak pemasok dan eksportir dapat diminimumkan. Perusahaan transportasi dan pemasok bibit manggis juga dapat dilibatkan dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor ini. Perusahaan transportasi yang dijadikan mitra adalah perusahaan transportasi yang bersedia terikat kontrak untuk menjamin kualitas buah manggis selama dalam pengangkutan sehingga resiko kerusakan yang ditanggung oleh pemasok dapat diminimumkan. Kualitas buah manggis yang dipasok kepada eksportir juga akan lebih baik jika buah manggis tersebut berasal dari pohon yang bibitnya telah tersertifikasi. Oleh karena itu, pemasok bibit manggis dapat dilibatkan dalam pengembangan rantai pasok ini agar kualitas buah manggis lebih terjamin karena berasal dari bibit yang telah tersertifikasi yang dipasok oleh pemasok bibit manggis tertentu.

6.2 Pengurangan Risiko pada Rantai Pasok Buah Manggis

Untuk mengurangi timbulnya risiko, para anggota rantai pasok harus mempersiapkan strategi pengurangan risiko. Berdasarkan pendapat para pakar, pengurangan risiko yang dapat dipertimbangkan pada rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan ini adalah: 1. Integrasi vertikal 2. Koordinasi horizontal 3. Membangun kepercayaan 4. Penetapan kontrak harga dan kualitas antar KBU Al-Ihsan dengan petani 5. Penetapan kontrak harga dan kualitas antar KBU Al-Ihsan dengan eksportir 6. Peningkatkan fasilitas pinjaman lunak pada bisnis pertanian melalui lembaga keuangan perbankan Pemahaman dan penilaian hubungan yang rumit dan luas antara strategi pengurangan risiko akan membantu pengelola rantai pasok untuk lebih memusatkan perhatiannya pada pengurangan risiko yang pokok agar pengurangan risiko tersebut lebih efektif. Intepretive Structural Modeling ISM digunakan untuk memperoleh hubungan antara strategi pengurangan risko tersebut. Structural Self-Interaction Matrx SSIM awal Lampiran 10 disusun berdasarkan hubungan antar strategi pengurangan risiko dalam rantai pasok tersebut. Intepretasi Reachability Matrix akhir untuk strategi pengurangan risiko dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor, ditunjukkan pada Tabel 29, sedangkan diagram model struktural strategi pengurangan risiko dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al- Ihsan di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Gambar 21. Matriks DP-D strategi pengurangan risiko dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al- Ihsan di Kabupaten Bogor kemudian dapat dibuat berdasarkan Driver Power DP dan Dependence D. Matriks tersebut ditunjukkan pada Gambar 22. Tabel 29 Intepretasi Reachability Matrix akhir untuk strategi pengurangan risiko dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor j 1 2 3 4 5 6 DP R i 1 1 1 1 1 4 2 2 1 1 1 1 1 1 6 1 3 1 1 1 1 1 1 6 1 4 1 1 1 1 4 2 5 1 1 1 1 4 2 6 1 1 3 D 5 2 2 5 5 6 R 2 3 3 2 2 1 Keterangan: DP : Driver Power D : Dependence R : Rank 6. Peningkatan fasilitas pinjaman lunak pada bisnis pertanian melalui lembaga keuangan perbankan 1. Integrasi vertikal 4. Penetapan kontrak harga dan kualitas antar KBU Al-Ihsan dengan petani 5. Penetapan kontrak harga dan kualitas antar KBU Al-Ihsan dengan eksporter 2. Koordinasi horisontal 3. Membangun kepercayaan antar anggota rantai pasok Gambar 21 Diagram model struktural strategi pengurangan risiko dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. I : Autonomous II : Dependent III : Linkage IV : Independent Gambar 22 Matriks DP-D strategi pengurangan risiko dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. Diagram struktrual strategi pengurangan risiko dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa koordinasi horisontal dan membangun kepercayaan antar anggota rantai pasok akan saling mempengaruhi untuk medukung integrasi vertikal, penetapan kontrak harga dan kualitas antar KBU Al-Ihsan dengan petani, serta enetapan kontrak harga dan kualitas antar KBU Al-Ihsan dengan eksportir. 2,3 1,4,5 6 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 Dependence D ri v e r P o w e r IV III II I Berdasarkan matriks DP-D, koordinasi horisontal dan membangun kepercayaan antar anggota rantai pasok mempunyai daya gerak yang kuat sebagai strategi pengurangan risiko dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor. Kedua strategi tersebut mempunyai ketergantungan yang lemah terhadap strategi lain pada pengurangan risiko dalam rantai pasok ini. Hal ini menunjukkan bahwa pengelola rantai pasok harus lebih memberikan perhatian kepada koordinasi horisontal dan membangun kepercayaan antar anggota pada strategi mengurangi risiko dalam rantai pasok ini. Integrasi vertikal, penetapan kontrak harga dan kualitas antar KBU Al-Ihsan dengan petani, serta penetapan kontrak harga dan kualitas antar KBU Al-Ihsan dengan eksportir akan lebih mudah dilakukan jika telah dilakukan koordinasi horisontal dan kepercayaan antar anggota rantai pasok sudah terbangun. Hubungan bisnis antar mitra sebagai risiko yang potensial dalam rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan di Kabupaten Bogor dapat diatasi dengan melakukan integrasi vertikal, penetapan kontrak harga dan kualitas antar KBU Al-Ihsan dengan petani, serta penetapan kontrak harga dan kualitas antar KBU Al-Ihsan dengan eksportir. Ketiga strategi pengurangan risiko ini terletak pada kuadran III yang berarti ketiga strategi tersebut mempunyai daya dorong yang kuat dan mempunya ketergantungan yang tinggi terhadap strategi pengurangan risiko lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pada integrasi vertikal, penetapan kontrak harga dan kualitas antar KBU Al-Ihsan dengan petani, serta penetapan kontrak harga dan kualitas antar KBU Al-Ihsan dengan eksportir dapat mempengaruhi strategi pengurangan risiko lainnya. Integrasi vertikal, penetapan kontrak harga dan kualitas antar KBU Al-Ihsan dengan petani, serta penetapan kontrak harga dan kualitas antar KBU Al-Ihsan dengan eksportir akan meyakinkan lembaga keuangan perbankan bahwa rantai pasok tersebut dapat menjalankan bisnisnya jika didukung oleh pinjaman lunak sehingga strategi ini akan berdampak pada peningkatan fasilitas pinjaman lunak pada bisnis pertanian, termasuk bisnis manggis. Peningkatan fasilitas pinjaman lunak pada bisnis pertanian melalui lembaga keuangan perbankan mempunyai daya gerak yang paling lemah dan mempunyai ketergantungan yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa strategi pengurangan risiko tersebut membutuhkan strategi lainnya untuk mengurangi risiko dalam rantai pasok.

6.3 Dukungan Kebijakan

Pada saat ini, dukungan kebijakan dari Kementrian Pertanian Republik Indonesia terhadap bisnis manggis sedang dalam pengolahan. Kebijakan tersebut secara garis besar adalah pengembangan luas areal tanaman melalui penumbuhan sentra produksi yang terpolakan untuk memberi peluang penanam modal menumbuhkan agroindustri buah manggis, memperkecil kultivar manggis dengan cara menetapkan kultivar manggis unggulan secara nasional dan regional, serta mengurangi penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen buah manggis dengan memberikan fasilitas penyimpanan, transportasi, dan peralatan pasca panen yang memadai agar GHP Good Handling Practices dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam hal pemasaran, dukungan kebijakan yang akan diberikan oleh Kementrian Pertanian Republik Indonesia adalah jaminan harga dan pasar melalui pengembangan pasar lelang komoditas manggis, pengembangan sistem informasi hortikultura untuk mendukung sistem distribusi agar lebih efisien dan membantu petani dalam mencari pembeli yang sesuai, serta kebijakan pemasaran antar wilayahdaerah melalui pembentukan kerjasama perdagangan antar wilayahdaerah Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2009.

6.4 Pengembangan Rantai Pasok

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka sasaran pengembangan rantai pasok buah manggis yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan adalah: 1. Pembangunan kekuatan finansial 2. Peningkatan ketersediaan modal dan teknologi 3. Peningkatan keterlibatan beberapa lembaga yang dapat mendukung keberlanjutan rantai pasok yang dikelola oleh KBU Al-Ihsan. 4. Pembangunan kepercayaan antar anggota rantai pasok dan peningkatan koordinasi horisontal