III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Pathologi Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung
selama bulan Oktober 2009 sampai dengan Desember 2010.
3.2. Asal Inokulum
Isolat yang digunakan adalah jamur pelapuk putih P. ostreatus. Isolat tersebut merupakan koleksi Dr. Ir. Elis Nina Herliana, M.Si. Laboratorium
Penyakit Hutan.
3.3. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah kayu H. brasiliensis dan P. falcataria berbentuk balok berukuran 5 x 2,5 x 1,5 cm dengan arah serat longitudinal dan
cross section Gambar 2. Bahan-bahan yang digunakan pada pengujian SNI 01.7207-2006 antara lain adalah Malt Extract Agar MEA, air suling, antibiotik
berbentuk kapsul chloramphenicol, alkohol 70 , aluminium foil dan miselium jamur pelapuk kayu P. ostreatus. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada
pengujian menggunakan JIS K 1571-2004 antara lain H. brasiliensis dan P. falcataria berukuran 2 x 2 x 1 cm, air suling, aluminium foil, extra malt,
glukosa, miselium jamur pelapuk kayu P. ostreatus, pasir kuarsa dan pepton. Alat-alat yang digunakan pada pengujian menggunakan SNI 01.7207-2006
dan JIS K 1571-2004 antara lain gelas labu kaca erlemeyer, cawan petri, gelas ukur, gelas ukur, botol kaca dengan diameter 9 cm dan tinggi 15 cm , batang
pengaduk, neraca analitik, bunsen pembakar spritus, jarum ose, kapas, aluminium foil, plastik tahan panas, oven, autoclave, laminar air flow, ruang inkubasi,
chipper, mikrotom, mikroskop, alat hitung, alat tulis dan kamera.
Sumber foto: Dewi. A
Gambar 2 Contoh uji SNI kayu sengon longitudinal atas kiri, sengon cross section atas kanan, karet longitudinal bawah kiri dan karet cross
section bawah kanan.
3.4. Metode Penelitian 3.4.1. Pengambilan Contoh Uji
Pengujian SNI 01.7207-2006. Contoh kayu berukuran 5 x 2,5 x 1,5 cm.
Dengan bentuk pemotongan arah serat cross section dan longitudinal. Selanjutnya contoh uji ditimbang bobot awalnya bobot basah, kemudian dikeringkan di
dalam oven hingga mencapai kering mutlak, sehingga dapat diketahui bobot
kering ovennya dan akan dapat dihitung kadar airnya. Pengujian JIS K 1571-2004.
Kayu contoh uji yang digunakan dalam metode ini berukuran 2 x 2 x 1 cm. Dengan bentuk pemotongan arah serat cross
section dan longitudinal. Selanjutnya contoh uji ditimbang bobot awalnya bobot basah, kemudian contoh uji dikeringkan di dalam oven sampai mencapai kering
tanur. 3.4.2. Perbanyakan Kultur Jamur P. osteorus
Pengujian SNI 01.7207-2006. Biakan P. ostreatus pada cawan petri
dengan berisi MEA Malt Extract Agar yang telah disterilisasi di dalam autoclave. Biakan jamur dibuat dengan mencampur 50 gram extra malt dengan 20
gram agar dalam 1 liter air suling, kemudian sebanyak 40 cc campuran tersebut
1 cm 1 cm
1 cm 1 cm
dimasukkan ke dalam toples pengujian. Toples yang telah berisi media biakan jamur, kemudian disterilkan di dalam autoclave selama 30 menit pada tekanan 15
psi. Setelah steril toples tersebut diletakkan mendatar sehingga biakan berada di bagian bawah leher toples. Jamur penguji diinokulasikan beberapa hari kemudian.
Isolat yang telah ada di perbanyak ke dalam cawan Petri. Kultur diinkubasi selama lebih kurang 12 hari atau sampai semua permukaan dipenuhi oleh miselium
berwarna putih. Pengujian JIS K 1571-2004
. Pengujian keawetan kayu terhadap jamur harus dibuat lembab dengan menyediakan biakan jamur di dalam bejana yang
steril. Media biakan jamur yang digunakan adalah menggunakan pasir kuarsa yang telah dicampur dengan extract malt, pepton dan glukosa. Biakan jamur
dibuat dengan mencampur 250 gram pasir kuarsa dengan 16 gram glukosa, 1,2 gram pepton dan 6 gram extra malt dalam 400 cc air suling kemudian sebanyak
80 cc campuran tersebut dimasukkan ke dalam toples pengujian. Toples yang telah berisi media biakan jamur, kemudian disterilkan di dalam autoclave selama
30 menit pada tekanan 15 psi. Setelah steril toples tersebut diletakkan mendatar sehingga biakan berada di bagian bawah leher toples. Jamur penguji
diinokulasikan beberapa hari kemudian.
3.4.3. Prosedur Pengujian
Pengujian SNI 01.7207-2006. Pengumpanan contoh uji kayu untuk
masing-masing jenis pada isoalat P. ostreatus. dilakukan setelah seluruh permukaan media pada botol kaca dipenuhi miselia. Contoh uji yang steril dan
diketahui beratnya dimasukkan ke dalam botol kaca yang sudah berisi biakan jamur penguji. Sebelumnya diperiksa dahulu jika biakan jamur terkontaminasi.
Biakan jamur yang terkontaminasi harus diganti dan tidak digunakan dalam pengujian. Pengamatan dilakukan setelah 12 minggu. Contoh uji dibersihkan dari
miselium dan diamati secara visual menurut kerusakan yang terjadi. Penilaian kerusakan dapat dilakukan menurut kondisi contoh uji mulai dari utuh sampai
hancur sama sekali. Contoh uji kemudian dimasukkan kedalam oven selama 24 jam. Persentase kehilangan berat dihitung atas dasar selisih berat contoh uji
sebelum dan sesudah diserang jamur.
Pengujian JIS K 1571-2004. Contoh uji yang steril dan telah dihitung
beratnya dimasukkan ke dalam toples yang sudah berisi biakan jamur penguji. Sebelumnya diperiksa dulu jika biakan jamur penguji terkontaminasi. Pengamatan
dilakukan setelah 12 minggu. Contoh uji dibersihkan dari miselium dan diamati secara visual menurut kerusakan yang terjadi. Penilaian kerusakan dapat
dilakukan menurut kondisi contoh uji mulai dari “utuh” sampai “hancur sama sekali”. Klasifikasi kerusakan dapat dibuat menurut keperluan. Contoh uji tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam. Persentase kehilangan berat dihitung atas dasar selisih berat contoh uji sebelum dan sesudah diserang jamur.
3.5. Pengolahan Data
Setelah pengumpanan selesai, contoh uji dikeluarkan dari toples kaca dan dibersihkan dari jamur-jamur yang menempel disekelilingnya, kemudian
ditimbang bobot basahnya serta dikeringkan dengan oven untuk mengetahui bobot kering tanurnya.
Besarnya serangan jamur dapat dihitung dengan persentase penurunan berat, yaitu:
P = Wı – W x 100
Wı
dengan: P = Persentase penurunan bobot
Wı = Berat kering tanur contoh uji sebelum pengujian g W = Berat kering tanur contoh uji setelah pengujian g
Dalam penelitian ini digunakan Rancangan Acak Lengkap RAL dengan pola factorial dengan 3 faktor yaitu: 1. Metodologi SNI dan JIS; 2. Arah serat
longitudinal dan cross section; 3. Jenis kayu sengon dan karet. Ulangan dilakukan sebanyak 10 kali pada setiap jenis kombinasi perlakuan.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan R untuk mengetahui hubungan antara berat jenis dan kehilangan berat weight
loss dari masing-masing metode pengujian SNI dan JIS berbeda nyata atau tidak, maka digunakan pengujian beda nilai tengah beda rata-rata.
Nilai F-hitung yang diperoleh dibandingkan dengan F-tabel dengan selang kepercayaan 95 dengan kaidah keputusan:
1. Apabila F-hitung F-tabel, maka perbedaan dari kedua metode standar pengujian tersebut memberikan pengaruh tidak nyata atau sangat tidak nyata
terhadap kehilangan berat weight loss pada selang kepercayaan 95. 2. Apabila F-hitung F-tabel, maka perbedaan dari kedua metode standar
pengujian tersebut memberikan pengaruh nyata atau sangat nyata terhadap kehilangan berat weight loss pada selang kepercayaan 95.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengamatan Visual Kayu
Pengamatan visual kayu merupakan pengamatan yang dilakukan untuk melihat dampak akibat serangan jamur pelapuk P. ostreatus terhadap contoh uji
kayu yang diumpankan selama 3 bulan. Pengamatan yang dilakukan, terlihat bahwa contoh uji kayu yang telah diserang oleh jamur pelapuk P. ostreatus
mengalami perubahan warna, yaitu menjadi lebih terang cokelat muda atau kemerahan, baik pada kayu karet maupun pada kayu sengon. Seperti tercermin
pada Gambar 4, 5, 6 dan 7.
Kayu sengon arah serat longitudinal
Sumber foto : Dewi. A
Gambar 4 Miselium yang menempel pada kayu contoh uji sengon longitudinal. Contoh uji kayu sengon dengan metode SNI atas kiri tidak mengeluarkan
bakal tubuh buah, berbeda dengan contoh uji kayu dengan metode JIS yang mengeluarkan bakal tubuh buah atas kanan. Pengeluaran bakal tubuh buah pada
metode JIS dengan contoh uji kayu sengon longitudinal diduga terjadi karena
SNI JIS
1 cm
1 cm 1 cm
1 cm