4.2. Penurunan Bobot Kayu Karet dan Sengon Akibat Serangan Jamur P. ostreatus
Jamur pelapuk mampu merusak selulosa dan lignin penyusun kayu. Hal ini menyebabkan bobot kayu menurun dari bobot awalnya. Besarnya nilai penurunan
bobot akibat serangan jamur dalam waktu tertentu menunjukkan tingkat penyerangan jamur terhadap kayu tersebut.
Standar pengujian yang digunakan pada penelitian ini adalah SNI 01.7207- 2006 dan JIS K 1571-2004. Standar pengujian SNI 01.7207-2006 digunakan
untuk menguji kayu karet dan sengon dengan arah serat longitudinal dan cross section yang berasal dari Indonesia dengan ukuran 5 x 2,5 x 1,5 cm sedangkan
standar pengujian JIS K 1571-2004 digunakan untuk menguji kayu karet dan sengon dengan arah serat longitudinal dan cross section yang berasal dari
Indonesia dengan ukuran 2 x 2 x 1 cm. Standar pengujian SNI 01.7207-2006 menggunakan media berupa agarMalt Extrak Agar MEA sedangkan standar
pengujian JIS K 1571-2004 menggunakan media berupa pasir kuarsa yang dicampur dengan pepton.
Parameter ketahanan kayu terhadap jamur pelapuk P. ostreatus dilihat dari nilai kehilangan bobot contoh uji weight loss yang diperoleh dari hasil uji
laboratorium laboratory test. Kehilangan bobot akibat serangan jamur ini digunakan sebagai ukuran atau patokan, karena faktor ini mempengaruhi kekuatan
kayu. Kehilangan bobot merupakan nilai pengurangan bobot kayu akibat perlakuan uji laboratorium selama 92 hari yang mengakibatkan bobot kayu
berkurang. Dari pengujian dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kehilangan bobot
kayu sengon dengan arah serat longitudinal 22,25, arah serat cross section 18,76 dan kayu karet dengan arah serat longitudinal 23,12, arah serat cross
section 20,77. Berdasarkan SNI 01.7207-2006 nilai kehilangan bobot kayu karet dan sengon dengan arah serat longitudinal dan cross section termasuk ke
dalam kelas awet IV tidak tahan dengan persentase kehilangan bobot 10 - 30. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pandit dan Ramdan 2002 yang
mengatakan bahwa kayu karet dan sengon termasuk kelas awet IV-V yang berarti memiliki keawetan yang rendah sekali. Pengujian menggunakan standar JIS K
1571-2004 nilai kehilangan bobot kayu sengon dengan arah serat longitudinal 5,91, arah serat cross section 14.20 dan kayu karet dengan arah serat
longitudinal 9,21, arah serat cross section 10,95. Dilihat dari nilai rata-rata kehilangan bobot dengan menggunakan metode SNI, sebaiknya arah serat yang
digunakan dalam pengujian adalah arah serat longitudinal karena memiliki nilai rata-rata penurunan bobot yang tinggi, sedangkan untuk pengujian JIS arah serat
longitudinal sebaiknya tidak digunakan karena memiliki nilai rata-rata penurunan bobot yang sangat rendah.
Tabel 5 Hasil pengujian kayu karet dan sengon
Jenis Arah serat
Penurunan Bobot SNI
JIS
Karet Longitudinal
23,12 9,21
Cross section 20,77
10,95 Sengon
Longitudinal 22,25
5,91 Cross section
18,76 14,20
Nilai kehilangan bobot dengan metode SNI lebih tinggi dibandingkan dengan metode JIS. Hal ini diduga karena adanya hifa jamur yang masuk ke
dalam contoh uji. Hifa jamur yang masih tertinggal di dalam contoh uji akan mempengaruhi bobot akhir contoh uji setelah diumpankan. Selain itu, adanya
perbedaan ukuran contoh uji dan media yang digunakan SNI dan JIS juga diduga menyebabkan adanya perbedaan nilai kehilangan bobot yang cukup jauh.
4.3. Keawetan Kayu Karet dan Sengon terhadap Jamur Pelapuk P. ostreatus